Tepat hari ini,
Indonesia memperingati hari nasional, yakni Hari Pahlawan. Peringatan ini
sebagai penghormatan atas pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Banyak
pahlawan Indonesia yang ikut terjun, berjuang dan berkorban menghadapi penjajah
dalam pertempuran pertama setelah kemerdekaan ini. Meski saat ini tinggal nama,
para pahlawan akan selalu terkenang perjuangannya oleh bangsa dan negara.
Kemerdekaan bangsa
Indonesia yang telah dirasakan oleh masyarakatnya hingga saat ini, tak lain
ialah buah dari pengorbanan para pahlawan terdahulu. Baik ketika melawan saat
masih dijajah, juga mempertahankan pascakemerdekaan. Pertempuran 10 November
1945 salah satunya.
Pertempuran
tersebut, diawali perintah pengibaran bendera Indonesia di seluruh wilayah oleh
pemerintah pada 31 Agustus 1945. Namun, ternyata di wilayah Surabaya, tepatnya
di Hotel Yamato yang saat ini bernama Hotel Majapahit, masih ada bendera Belanda
yang dikibarkan. Mengetahui hal tersebut, beberapa pemuda asal Surabaya
memanjat ke gedung dan merobek bagian berwarna biru pada bendera tersebut.
Pada 25 Oktober
1945, pasukan sekutu termasuk Belanda dan Inggris kembali datang ke Indonesia
tepatnya di Surabaya. Kehadiran mereka membuat geram masyarakat Surabaya. Akhirnya
terjadilah gesekan-gesekan antara sekutu dan masyarakat, hingga gencatan
senjata. Puncaknya, pertempuran besar-besaran yang terjadi pada 10 November
1945. Beberapa pahlawan yang ikut andil dan berpengaruh atas kemenangan
pertempuran tersebut diantaranya,
Baca juga: Membangkitkan Sisi Pahlawan dalam Diri | YDSF
Bung Tomo
Sutomo atau kerap
dipanggil Bung Tomo ialah salah satu tokoh pahlawan yang berpengaruh dalam
pertempuran 10 November. Pria asli Surabaya yang lahir pada 3 Oktober 1920 ini,
selain sebagai jurnalis handal, ia juga seorang penyiar radio dan ahli orasi. Berkat
kemampuannya lah, Bung Tomo bisa menggerakkan arek-arek Surabaya dalam melawan
sekutu.
Saat mengetahui
ultimatum dari Mayjen E.C. Mansergh yang memaksa rakyat Surabaya untuk menyerah
tanpa syarat, para pemuda termasuk Bung Tomo menolak keras akan hal tersebut.
Melalui siaran radio, Bung Tomo tak henti berorasi menyerukan pesan kepada para
pejuang untuk terus bergelora mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Semangat yang
dikobarkan Bung Tomo ini, membuat para pemuda berjuang tanpa rasa takut pada
pertempuran di Kota Surabaya. Hingga akhirnya, pertumpahan darah kala itu membuahkan
keberhasilan.
Gubernur Suryo
Gubernur Suryo
atau dikenal dengan nama Raden Soerjo lahir di Magetan pada 9 Juli 1898. Pria
yang menjabat sebagai gubernur pertama di Jawa Timur ini, tentu memiliki peran
yang sangat dekat dalam pertempuran 10 November Surabaya. Beliau lah yang
mengadakan perjanjian gencatan senjata dengan Jendral AWS Mallaby di Surabaya.
Namun, tak lama setelah perjanjian tersebut, Jendral Mallaby tewas. Dari situlah pertempuran kembali terjadi. Presiden Soekarno setelah mengetahui hal tersebut, menyerahkan sepenuhnya atas segala kebijakan kepada pemerintah Jawa Timur. Melalui pidatonya yang tegas, Gubernur Suryo menyeru kepada rakyat Surabaya untuk melawan sekutu sampai titik darah penghabisan, dan dimulai tepat pada 10 November 1945.
Mayjen Sungkono
Mayjen Sungkono
merupakan Komandan Angkatan Perang Surabaya yang lahir pada 1 Januari 1911 di
Purbalingga. Beliau juga termasuk pahlawan yang ikut andil dalam pertempuran 10
November Surabaya. Melalui perintah dari Gubernur Suryo untuk ikut serta melawan
sekutu, beliau pun segera menyusun rencana malam itu juga untuk ikut berperang
bersama pejuang lainnya.
Selain itu, beliau juga menyampaikan pidato singkat untuk pasukannya, yang kemudian dideklarasikan sebagai sumpah pejuang Surabaya dengan semboyan ‘Merdeka atau Mati’.
Baca juga: Pelajaran Istiqomah dari Seorang Pahlawan Bangsa | YDSF
HR. Mohammad Mangoendiprodjo
HR. Mohammad
Mangoendiprodjo lahir ialah tokoh pahlawan yang lahir di Sragen, 5 Januari 1905.
Beliau merupakan bagian dari Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang pernah mendesak
Panglima Pertahanan Jawa Timur Jepang Jenderal Iwabe untuk menyerahkan senjata
pasukannya. Selain itu, Mohammad Mangoendiprodjo menjadi salah satu saksi sejarah
awal adanya pertempuran 10 November Surabaya.
Kala itu, ia dijadikan
sebagai sandera sementara oleh pihak sekutu, Jendral AWS Mallaby yang kemudian
tewas saat berada di luar gedung. Tewasnya Mallaby lah yang memicu mulainya
pertempuran 10 November 1945. Saat pertempuran berlangsung, Mohammad ditunjuk
sebagai ketua Dewan Pertahanan RI Surabaya oleh para komandan pasukan Surabaya.
Abdul Wahab Saleh
‘Terbingkailah segala
kata, terbingkailah segala peristiwa’, itulah semboyan yang terkenal dari Abdul
Wahab Saleh, sang fotografer pada masa perjuangan. Kala itu, saat terjadi
perobekan bendera Belanda yang berkibar di Hotel Yamato oleh arek-arek Surabaya,
Abdul Wahab memotretkan insiden tersebut dengan kameranya.
Tak hanya itu, pemuda
yang bekerja di kantor berita Antara itu juga mengabadikan para pemuda Surabaya
yang membawa senjata bambu runcing ketika akan berjuang dalam pertempuran 10
November Surabaya. Foto-foto tersebt menjadi saksi perjuangan para pahlawan dan
akan terus abadi hingga masa mendatang.
KH. Hasyim Asy’ari
Beliau salah satu
pelopor persatuan umat Islam di Indonesia. Dalam pertempuran 10 November
Surabaya, KH. Hasyim Asy’ari memiliki peran yang sangat besar. Melalui fatwa
dari beliau yang menyatakan ‘Resolusi Jihad’, beliau meminta kepada para santri
untuk wajib berjihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Alhasil melalui
fatwa tersebut, pasukan pertempuran 10 November bertambah banyak, hingga
berhasil membawa keberhasilan. Meski, saat itu juga banyak santri dan pahlawan
lain yang gugur di medan perang. (berbagai sumber)
Sedekah Online:
Artikel Terkait:
Pahlawan dalam Islam | YDSF
Membangun Karakter Pahlawan dalam Diri | YDSF
Rasulullah Menempa Kepahlawanan Ali bin Abi Thalib | YDSF
Konsep Patriotisme dalam Islam | YDSF
Kisah Perjalanan Hidup Pahlawan Nasional, AR. Baswedan | YDSF
Catatan Sejarah Ar. Baswedan Memperjuangkan NKRI | YDSF
Ernest Douwes Dekker, Mualaf Indo, Pejuang Negeri Indonesia | YDSF
Sejarah Indonesia, Perjuangan Kasman Singodimedjo untuk Negeri | YDSF
Mendidik Generasi Berdaya Juang Pahlawan | YDSF