Salah satu kepribadian yang perlu kita tanamkan dalam diri adalah membangun karakter pahlawan. Untuk dapat melakukannya, tidak bisa secara instan. Ada progres dan keistiqamahan yang harus dijaga. Bahkan, lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh.
Secara etimologi kata “pahlawan” berasal dari bahasa Sanskerta “phala“, yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.
Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil dan bermanfaat bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia.
Belakangan ini, pahlawan sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam prestasi gemilang dalam bidang tertentu, misalnya: kemiliteran, lingkungan, olahraga, kemanusiaan dan lain sebagainya. Tidak mengherankan jika kategori pahlawan pun sekarang ada banyak, bergantung pada prestasi gemilang yang disumbangkannya.
Nilai Kepahlawanan Masa Kini
Cinta tanah air, rela berkorban, dan berani membela kebenaran tanpa pamrih adalah merupakan nilai-nilai kepahlawanan yang diharapkan masyarakat. Keinginan membangun karakter dan nilai kepahlawanan
harus dimulai dari lingkup terkecil
dalam keluarga. Nilai-nilai itulah yang
diperlukan untuk menjaga keutuhan bangsa
di tengah isu suku, agama, ras, dan
antar-golongan. Seseorang yang cinta
pada tanah air senantiasa berusaha agar
negerinya tetap aman, damai dan sejahtera.
Di masa kini, makna pahlawan dapat diartikan sebagai seseorang yang menonjol karena mempunyai jiwa yang berani, rela berkorban dan tidak
hanya mementingkan diri sendiri.
Banyak profesi bisa dikategorikan
pahlawan, seperti guru, aktivis
lingkungan hidup, dan relawan kemanusiaan.
Tercermin dari hasil jajak pendapat
Kompas.com, bahwa hampir seluruh
responden (93,2 persen) menilai perilaku
berpartisipasi dalam aksi-aksi kemanusiaan
sangat layak dikategorikan sebagai
tindakan kepahlawanan. Sikap meningkatkan
taraf hidup sosial ekonomi masyarakat
juga dianggap sebagai sikap yang
pantas disebut sebagai Tindakan kepahlawanan,
seperti dinyatakan oleh 92,6 persen
responden. Sikap dan tindakan anti korupsi atau anti rasuah, juga
dinilai sebagai tindakan pahlawan
oleh 69,8 persen responden
Membangun Karakter Kepahlawanan
Secara umum, hasil jajak pendapat menunjukkan pemahaman nilai-nilai kepahlawanan masyarakat berkutat pada dua hal mendasar, yaitu aspek rasa patriotisme dan rasa nasionalisme. Responden yang memahami nilai-nilai kepahlawanan pada sisi patriotisme mencapai 25,1 persen. Sementara nasionalisme
14,2 persen dan yang menilai keduanya
58,8 persen.
Pahlawan tempo doeloe, berjuang untuk merdeka melawan penjajah, pahlawan kini berjuang untuk merdeka dari penjajajahan ekonomi. Penjajahan ekonomi ini – alih-alih sudah bebas merdeka – mayoritas responden
berpandangan bahwa dominasi ekonomi
oleh pihak asing terhadap Indonesia
merupakan salah satu bentuk penjajahan
baru. Lemahnya daya saing dan
rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat
dipersepsi sebagai salah satu bentuk
penjajahan masa kini. Selain ekonomi,
pada urutan berikutnya konsumerisme
juga dipandang sebagai penjajahan
masa kini.
Baca juga:
Contoh Istiqomah dalam Beribadah | YDSF
Doa Pagi Hari Ajaran Nabi Muhammad saw. | YDSF
Untuk membangun karakter (nilai-nilai) kepahlawanan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari dapat dimulai dari lingkup terkecil, yaitu diri sendiri dan keluarga. Pertama, menanamkan semangat berkorban, disiplin, kebersamaan, dan motivasi untuk berprestasi bagi keluarga merupakan nilai-nilai yang dapat diaplikasikan dalam keluarga. Menanamkan nilai kepahlawanan dari lingkup terkecil dapat dimulai dari memberi pemahaman arti penting dari pengabdian, pengorbanan, kerja keras, dan mengerti kepentingan orang banyak, bukan kepentingan pribadi. Krisis ekonomi ini memberi kesempatan untuk menjadi pahlawan kemanusiaan dengan banyak memberi dan berbagi, bukan menuntut.
Kedua, sikap The Spirit of Ihsan, semangat selalu memberi terbaik, tidak cukup hanya dengan baik apalagi mediocrity, adalah karakter yang
perlu dibangun dalam diri, siapapun
kita, apapun profesinya. Motif
kebaikan yang dilakukan bukan meminta
atau menuntut balas dari sesama
manusia, tetapi hanya berharap
balasan pahala dari Allah Swt. (Allah
as a hidden stakeholder). Bersandar dan
berharap hanya kepada Allah itulah karakter
dasar pahalawan sejati (baca: pahlawan).
Ketiga, sikap kepahlawanan yang juga perlu dibangun di masa krisis ekonomi adalah lahirnya semangat nasionalisme dalam belanja: “Beli Indonesia, demi Indonesia”, sebagai upaya mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi ini. Seperti diketahui, pemulihan dan pertumbuhan ekonomi hanya bisa digerakkan dengan dua hal, belanja negara dan belanja masyarakat. Ketika pemerintah tidak banyak uang (malah banyak hutang), umat tidak boleh ikut-ikutan menahan menimbun aset atau hartanya dengan alasan klasik “wait and see”.
Sebagai hamba yang beriman, ada
pedoman bahwa rejeki dari Allah itu
harus diputar, diinvestasikan agar
menebar manfaat pada ekosistem bisinis
di sekitarnya (QS. 43:32).
Keempat, generasi milenial harus didorong untuk menjadi saudagar muslim yang profesional, karena Rasululah saw. dan para sahabat, juga pahlawan pergerakan Islam kemerdekaan adalah para saudagar, yang tradisi ini harusnya
diikuti. Negara-negara maju secara
ekonomi ternyata berbanding lurus
dengan etos kesaudagaran. Di Amerika
populasi pengusaha 11,5%, Singapura
7,2%, Korea, Thailand, Malaysia 4%
sedangkan Indonesia hanya 0,24%. Karakter yang hilang dan harus dibangun kembali dari kepahlawanan muda ini adalah etos kesaudagaran. Sebagaimana sabda Nabi: “Delapan dari sembilan pintu rejeki itu
ada di perdagangan”.
Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik dan menonjol kontribusinya pada sesama manusia, bisa juga diartikan yang paling baik sikap kepahlawanannya. Wallahu a’lam.
Sumber
Majalah Al Falah Edisi Desember 2021
Sedekah Mudah di YDSF:
Artikel Terkait:
Allah Lebih Melihat Keikhlasan | YDSF
ZAKAT DARI UANG PESANGON PENSIUN | YDSF
Berbakti Kepada Orang Tua yang Meninggal | YDSF
PERHITUNGAN ZAKAT RUMAH KONTRAKAN | YDSF
Larangan LGBT dalam Islam dan Kisah Kaum Luth | YDSF
PERBEDAAN ZAKAT, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF