Banyak orang berdoa agar amal kebaikan yang mereka lakukan dapat istiqomah. Istiqomah merupakan perkara yang sangat penting, mempunyai kedudukan, dan keutamaan yang besar dalam beribadah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istiqomah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Sedangkan dalam bahasa Arab, istiqomah berasal dari kata istiqama, yastaqimu, istiqamah yang berarti tegak lurus. Bilamana ditarik kesimpulan, maka istiqomah dalam Islam merupakan sebuah ketetapan hati dalam beribadah kepada Allah Swt.
Allah Swt telah memerintahkan orang-orang beriman untuk beristiqomah. Perintah Allah ini ada dalam surat Huud ayat 112.
فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat besertamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah Mahamelihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Huud:112)
Nabi Muhammad Saw juga bersabda:
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ
Dari Sufyan bin Abdullâh ats-Tsaqafi, ia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasûlullâh, katakan kepadaku di dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya kepada seorangpun setelah Anda!” Beliau menjawab: “Katakanlah, ‘aku beriman’, lalu istiqomahlah”. [HR Muslim, no. 38; Ahmad 3/413; Tirmidzi, no. 2410; Ibnu Majah, no. 3972].
Menurut salafush shaleh dan ulama’ salaf, istiqomah meliputi tiga aspek, yaitu:
- Istiqomah di atas tauhid (Abu Bakr Ash-Shidiq dan Mujahid);
- Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah (Ibnu ‘Abbas, Al-Hasan dan Qotadah);
- Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput (Abul ‘Aliyah dan As Sudi). (Zaadul Masiir, Ibnul Jauziy, 5/304, Mawqi’ At Tafasir).
Selain memerintahkan untuk beristiqomah, Allah Swt juga menguji keimanan manusia dengan berbagai bentuk ujian keimanan. Semua ujian dari Allah tersebut sesuai dengan kadar keimanan mereka. Tujuan Allah adalah untuk menyeleksi antara mereka yang benar dalam pengakuan imannya dan mereka yang dusta.
(اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ يُّتۡرَكُوۡۤا اَنۡ يَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَـنُوۡنَ ﴿2﴾ وَلَقَدۡ فَتَـنَّا الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِهِمۡ فَلَيَـعۡلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ صَدَقُوۡا وَلَيَعۡلَمَنَّ الۡكٰذِبِيۡنَ ﴿3
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (Qs. al-Ankabut [29]: 2-3).
Contoh Perilaku Istiqomah yang diajarkan Rasulullah Saw
Rasulullah Saw tak hanya memberikan teladan dengan menjalani perilaku istiqomah yang tidak terbatas dalam memegang erat Islam dan iman. Namun, juga dalam mendakwahkan Islam di segenap lapisan masyarakat, baik bangsa Arab maupun ‘Ajamy.
Dalam beristiqomah Rasulullah Saw tidaklah sepi dari berbagai ujian keimanan, di antaranya tawaran kenikmatan duniawi, gelaran buruk seperti gila, gangguan, pemboikotan, siksaan fisik hingga percobaan pembunuhan. Semua itu dilakukan musuh-musuh Allah agar beliau meninggalkan Islam dan dakwah. Tapi semua upaya itu tidak menyurutkan langkah beliau.
Berikut jawaban Rasulullah Saw yang menunjukkan keteguhan hati beliau setelah Abu Thalib menyampaikan tuntutan kaum Quraisy untuk menghentikan dakwah.
“Wahai paman, demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara ini (dakwah), hingga Allah memenangkannya atau aku mati karenanya, niscaya aku tidak akan meninggalkannya.”
Nabi Saw mengira pamannya akan meninggalkannya dan mengurangi pertolongannya. Beliau pun bersedih hati hingga meneteskan air mata. Mengetahui keteguhan hati keponakannya ini, Abu Thalib mempersilakannya untuk meneruskan perjuangannya. Bahkan ia bersumpah akan tetap melindunginya selama hayat masih di kandung badan. (Ar-Rahiqul Al-Makhtum, AlMubarokfury, I/86).
Contoh Perilaku Istiqomah Para Sahabat Nabi Saw
Tak hanya Rasulullah Saw, para sahabat pun juga diuji keistiqomahannya dalam beribadah. Mereka juga tidak lepas dari berbagai ujian keimanan. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang lebih memilih siksaan dan kematian daripada melepas iman.
Potret pengorbanan Yasir, beserta anaknya (Ammar) dan istrinya (Sumayyah), dalam mempertahankan iman dan demi Islam patut dijadikan teladan. Mereka disiksa dengan berbagai bentuk siksaan, salah satunya adalah ‘dipanggang’ di atas padang pasir yang panas dan di bawah terik matahari saat panasnya mencapai puncaknya.
Saat Rasulullah Saw menemui mereka, beliau menyuruh ketiganya untuk bersabar, bahkan Rasulullah Saw juga meyakinkan bahwa tempat yang dijanjikan bagi mereka adalah surga.
“Sabarlah, wahai keluarga Yasir, sesungguhnya tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.”
Tragedi tanpa peri kemanusiaan itu mengantarkan Yasir dan istrinya menyandang predikat Asy-Syahidah. Sumayyah adalah wanita pertama dalam Islam yang menyandang gelar mulia itu. Yasir wafat akibat siksaan-siksaan, sedangkan istrinya meninggal secara tragis; Abu Jahal la’natullah menikamkan tombak pada (maaf) farji-nya.
Siksaan kepada Ammar, putra Yasir, juga bertambah pedih antara lain dibakar, ditenggelamkan ke dalam air, dan dadanya ditindih dengan batu panas membara. Akhirnya, Ammar pun dilepas setelah -tanpa disadarinya- menuruti keinginan penyiksanya untuk mencaci maki Muhammad Saw atau memuji berhala Latta Uzza. (Ar-Rahiqul Al-Makhtum, AlMubarokfury, I/79).
Contoh Istiqomah pada Awal Penyebaran Islam
Di antara berkah keistiqomahan Assabiqun Al-Awwalun adalah masuk Islamnya penduduk Makkah secara berbondong-bondong, yang juga diikuti oleh penduduk di wilayah-wilayah lain baik di dalam dan di luar Jazirah Arab. Sehingga Islam sampai kepada setiap generasi hingga masa kini dan menyebar ke banyak negeri.
Selain itu, mereka juga memperoleh janji-janji Allah Swt sebelum maut menghampiri yang termaktub dalam surat Fushilat ayat 30 dan Al Jin ayat 16.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:“Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat 30),
وَأَلَّوِ ٱسْتَقَٰمُوا۟ عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَٰهُم مَّآءً غَدَقًا
Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). (QS. Al Jin 16).
Ibrah Keistiqomahan di akhir zaman
Ujian keimanan bagi orang-orang beriman tidak akan berhenti hingga kehidupan di dunia ini berhenti. Untuk itu umat Islam di akhir zaman ini –ketika memegang teguh Islam bagaikan memegang bara api- mesti mengambil ibrah dari keistiqomahan Assabiqunal Al-Awwalun.
Umat Islam dapat mengambil ibrah di antaranya adalah mesti istiqomah dalam memeluk, mengamalkan, dan mendakwahkan Islam. Selain itu, sesama muslim mesti saling menguatkan agar mereka mampu istiqomah.
Penguatan ini khususnya ditujukan kepada mereka yang mengalami ujian keimanan hingga mengancam keselamatan aqidah, akal, jiwa, dan fisik. Kedua hal ini dilakukan sebagai upaya agar Islam sampai kepada generasi-generasi mendatang. Selain itu, agar mereka juga memperoleh janji-janji baik dari Allah Swt tersebut di atas. Wallahu a’alam.
Editor: Ayu SM
Baca: Video Istiqomah dalam Beribadah
Keajaiban Sedekah Rutin di YDSF
Contoh Sedekah Jariyah di YDSF
Pembangunan Masjid Al-Huda Bukit Bromo
Gerakan YDSF untuk Pemberdayaan Masjid