Tidak semua dari kita diberi kesempatan oleh Allah merawat orang
tua dan berbakti kepadanya di akhir hayat. Sungguh beruntung mereka yang masih
memiliki kedua orang tua, pintu surga masih terbuka lebar baginya. Karena orang
tua merupakan pintu surga yang paling tengah. Sebagaimana sabda Rasulullah
saw., “Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu
itu, atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Ahmad).
Bagi kita yang telah ditinggal orang tua, bukan berarti
kewajiban berbakti kepada orang tua telah gugur begitu saja. Kewajiban ini
melekat dalam diri kita selama kita masih bernyawa. Lantas, Bagaimana cara
berbakti pada orang tua ketika mereka telah tiada?
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata:
“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah. Ketika itu datang seseorang
dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk
berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?”
Nabi menjawab, “Iya. mendo’akan
keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal
dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang
tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu
Daud).
Bentuk Bakti Kepada Orang Tua yang Meninggal
1. Mendoakan orang
tua
Satu diantara tiga amal yang masih bermanfaat bagi seorang
yang telah meninggal adalah anak shaleh yang mendoakan orang tuanya. Rasulullah
saw. bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya
kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan do’a
anak yang shaleh.” (HR. Muslim).
Betapa bahagianya orang tua ketika di alam barzah, amal
keburukannya telah terhenti, tetapi ia selalu mendapat kiriman doa kebaikan
dari anaknya. Doa anak diibaratkan air yang bisa menyejukkan dan menyegarkan
dahaga saat di padang tandus.
Jika kita memang berniat menjadi anak shaleh yang mendoakan orang
tua, maka jangan pernah tinggalkan doa untuk orang tua. Disetiap doa-doa kita,
senantiasa gaungkan doa untuk orang tua.
Baca juga: Bayar Zakat untuk Orang yang Meninggal | YDSF
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS Al Isra 24).
Semoga Allah mengampuni kesalahan orang tua kita.
2. Menyambung
Silaturahim dengan Saudara dan Kerabat Orang tua
Ibnu Dinar bercerita tentang Ibnu Umar, “Apabila Ibnu ‘Umar
pergi ke Makkah, beliau selalu membawa keledai sebagai ganti unta, dan ia
memakai sorban di kepalanya. Pada suatu hari, ketika ia pergi ke Makkah dengan
keledainya, tiba-tiba seorang Arab Badui lewat, lalu Ibnu Umar bertanya kepada
orang tersebut, “Apakah engkau adalah putra dari si fulan?” Ia menjawab, “Betul
sekali.” Kemudian Ibnu Umar memberikan keledai itu kepadanya dan berkata,
“Naiklah di atas keledai ini.” Ia juga memberikan sorbannya (imamahnya) seraya
berkata, “Pakailah sorban ini di kepalamu.”
Salah seorang teman Ibnu Umar berkata kepadanya, “Semoga
Allah memberikan ampunan kepadamu yang telah memberikan orang Badui ini seekor
keledai yang biasa kau gunakan untuk bepergian dan sorban yang biasa engkau
pakai di kepalamu.” Ibnu Umar berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat
baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik
ayahnya setelah meninggal dunia.” Sesungguhnya ayah orang ini adalah sahabat
baik (ayahku) Umar (bin Al-Khattab).
3. Bersedekah
Atas Nama Orang tua yang Telah Meninggal Dunia.
Dari Abdullah bin Abbas r.a., ia berkata: “Sesungguhnya ibu
dari Sa’ad bin ‘Ubadah telah meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu
tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di
sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad
mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku
bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.”
(HR. Bukhari).
Selama masih hidup, itulah kesempatan kita terbaik untuk
berbakti pada orang tua. Karena berbakti pada keduanya adalah jalan termudah
untuk masuk surga.
Al-Qadhi Baidhawi mengatakan, “Bakti pada orang tua adalah
pintu terbaik dan paling tinggi untuk masuk surga. Maksudnya, sarana terbaik
untuk masuk surga dan yang mengantarkan pada derajat tertinggi di surga adalah
lewat mentaati orang tua dan berusaha mendampinginya. Ada juga ulama yang
mengatakan, ‘Di surga ada banyak pintu. Yang paling nyaman dimasuki adalah yang
paling tengah. Dan sebab untuk bisa masuk surga melalui pintu tersebut adalah melakukan
kewajiban kepada orang tua.’ (Tuhfah Al-Ahwadzi, 6: 8-9).
Jika orang tua kita masih hidup, maka manfaatkanlah
kesempatan berbakti padanya walau sesibuk apa pun kita.
Sumber: Majalah Al
Falah Edisi Oktober 2019
Featured Image by Pexels.
Sedekah Atas Nama Orang Tua:
Artikel Terkait:
Berdoa dengan Menyebut Nama Perantara (Tawassul) Orang yang Sudah Meninggal | YDSF
HUNTARA UNTUK KORBAN BENCANA | YDSF
Amanah Rumah Wakaf dari Sepupu yang Meninggal | YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF
Wakaf Terbaik untuk Orang Tua Tercinta | YDSF