Kisah Qurban di Kawasan Minoritas Muslim | YDSF

Kisah Qurban di Kawasan Minoritas Muslim | YDSF

5 Agustus 2019

Bali identik dengan penduduk pemeluk Hindu. Di sinilah Ustadz Ubaidillah Fadlil yang merupakan da’i YDSF ditugaskan. Tepatnya di Desa Seririt, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali. Masyarakat Seririt ada yang beragama Hindu (80%), Islam (13%), Budha dan Kristen (7%).

“Sejak tahun 1988 tepatnya di bulan April, saya mulai ditugasi berdakwah di Bali oleh Ma’had Ali Manarul Islam Bangil,” kata Ubaidillah.

Awalnya ia mendapat sambutan kurang hangat karena ada yang mencurigainya akan menyebarkan ajaran Syiah. Masyarakat bahkan menyuruhnya pergi. Ia pun meminta kepada Ketua MUI Jawa Timur saat itu, KH. Misbach, untuk dibuatkan surat rekomendasi, bahwa dirinya bukan Syiah. Ia memang ditunjuk MUI Jawa Timur untuk berdakwah di sana.

Setelah itu barulah Ubaidillah diperkenankan melanjutkan dakwahnya di tengah masyarakat yang memiliki pengetahuan agama Islam sangat sedikit, sementara praktik perdukunan masih sangat tinggi.

Sebagai minoritas, hanya ada satu masjid dan dua mushola di Desa Seririt. Kesadaran berqurban juga masih minim. Apalagi di tengah masyarakat yang menganggap sapi sebagai binatang suci yang tidak boleh disembelih.

Walaupun begitu mereka tetap menghormati umat muslim yang menyembelih sapi untuk qurban.

“Selama ini memang ada omongan-omongan kalau sapi dimuliakan. Bahkan sempat mau ada petugas yang mau datang, tetapi selama ini tidak ada reaksi dari warga,” ujar pria kelahiran Kediri ini.

Hal ini merupakan buah dari usaha Ubaidillah dalam menjaga kerukunan antarumat dalam berqurban. Ketika penyembelihan hewan qurban, ia selalu melibatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat untuk menyaksikan penyembelihan, seperti kepala desa, polisi, koramil, camat, dan beberapa tokoh umat Hindu.

Setelah penyembelihan, tokoh-tokoh masyarakat tersebut diundang untuk makan bersama di rumahnya. “Harapannya walaupun mereka tidak mendapat pembagian daging qurban, tetapi tetap bisa merasakan daging qurban,” tuturnya.

“Dengan adanya jamuan ini semua jadi akrab. Saya percaya shodaqoh dapat mendekatkan hati,” kata bapak empat anak ini.

Berkat kebiasannya menjamu para tokoh ini, ia banyak dikenal oleh masyarakat. Bahkan ia pernah diundang untuk memberi ceramah pada pernikahan anak seorang camat, padahal yang hadir mayoritas Umat Hindu. Hanya ada dua orang yang muslim.

Sekitar tahun 2004, ia pernah mengundang seorang tokoh masyarakat muslim setempat. Namanya Sudarmanu, tokoh ini diundang ke rumahnya dan diberi daging qurban. Responnya di luar dugaannya, “Aku ini muslim, asli Bali, belum pernah sekali pun mendapat daging qurban,” kata Ubaid menirukan Sudarmanu.

Sebelum mendapat daging qurban dari YDSF, ketika Idul Adha daging qurban yang disembelih belum menjangkau semua umat muslim di sana. Dengan adanya daging qurban dari YDSF, Ubaidilillah menjadi lebih leluasa membagikan daging qurban. Bahkan ia bisa menyembelih sampai pada hari tasrik. Setelah shalat Idul Adha ia menyembelih qurban di masjid raya, kemudian hari tasrik ia menyembelih qurban di rumahnya.

“YDSF sangat membantu perjalanan dakwah di sini. Sejak mendapat qurban dari YDSF saya bisa menjangkau umat yang selama ini belum terjangkau. Bahkan bisa sampai 25 Km dari sini,” kata pria 57 tahun ini.

Umat muslim kawasan Seririt terpencar di berbagai lokasi. Biasanya ia berkoordinasi dengan penyuluh agama dari Kementrian Agama untuk mencari umat muslim yang belum mendapat daging qurban. Ia juga mengajak jamaahnya yang terkumpul dalam jamaah Ar-Ridho untuk turut berqurban. Jamaah yang terdiri dari 200 orang ini ikut membantu menyiarkan kemeriahan Idul Adha. Momen Idul Adha ini ia gunakan untuk menyatukan umat.

Ketika membagikan daging qurban, Ubaidilillah juga menyampaikan bahwa daging yang mereka terima berasal dari YDSF. Ia menambahkan bahwa umat muslim yang lain juga peduli dengan umat muslim yang berstatus minoritas di Bali.

Tidak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada para donatur yang telah mengamanahkan qurbannya kepada YDSF dan khususnya kepada dirinya. “Kami dari da’i yang ada di Bali berterima kasih kepada para mudhohi dan kepada seluruh jajaran pengurus YDSF. Semoga para mudhohi senantiasa sehat. Jazakumullah khairan katsir,” katanya. (Habibi)

 

Baca Juga:

Tingkatkan Semangat dan Nilai Berqurban | YDSF

Makna Qurban dalam Islam | YDSF

Bahagia dengan Gemar Berbagi | YDSF

Hikmah Pendidikan Dibalik Keyatiman Rasulullah | YDSF

5 Hajat Asasi Manusia Menurut Islam | YDSF 

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim | YDSF

Menjadi Hamba yang Pandai Bersyukur | YDSF

Menyambung Silahturahmi yang Terputus | YDSF

Hakikat dan Keutamaan Silaturahim

Membangun Kebersamaan dengan Silaturrahim | YDSF

Amalan Ringan Berpahala Besar | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: