Gempa berkekuatan
7.8 Skala Richter (SR) dan Magnitudo (M) 7,6 mengguncang kawasan Provinsi
Gaziantep, Turki, Senin (06/02), tepat pukul 04.17 (0117 GMT). United
States Geological Survey (USGS) menyatakan usai gempa dini hari, setidaknya
telah tercatat 19 kali gempa susulan dengan kekuatan lebih dari M 4,0. Gempa yang juga berdampak di Suriah ini,
menyebabkan kehancuran yang cukup besar dan menghantam banyak wilayah
berpenduduk.
Dilansir dari
AFP, gempa tersebut menyebabkan lebih dari 7.900 orang meninggal dunia,
34.000 orang luka-luka, dan 380.000 lainnya mengungsi. Bahkan, World Health
Organization (WHO) memprediksi korban jiwa gempa Turki ini akan terus bertambah
hingga menembus angka 20.000 orang.
Turki dan Suriah
menjadi wilayah yang rentan tertimpa gempa, sebab keberadaannya terletak di
antara persimpangan tiga lempeng tektonik besar yaitu Afrika, Anatolia, dan
Arab. Apabila salah dua atau ketiga lempeng tersebut saling bertumbukan, tentu
mengakibatkan terjadinya gempa bumi.
Sementara,
menurut Roger Musson, salah satu peneliti kehormatan dari British Geological
Survey, mengungkapkan bahwa gempa Turki-Suriah pada Senin lalu, terjadi akibat patahan
lempeng Anatolia Timur yang bergesekan dengan lempeng Arab.
Adapun pusat
gempa berada pada jarak 26 kilometer sebelah timut kota Nurdagi, Turki, dengan
kedalaman 18 kilometer. Gempa kemudian menyebar ke arah timur laut, hingga
menyebabkan kehancuran wliayah Turki tengah dan Suriah. Gempa yang melanda tak
hanya Skala Richter (SR), namun juga satuan Magnitudo (M).
Baca juga: Hikmah Terjadinya Bencana Dan Menolong Sesama | YDSF
Gempa Skala Richter (SR)
Skala Richter
merupakan ukuran kekuatan gempa berdasarkan energi yang telah dilepaskan.
Sementara, United States Geological Survey menyatakan bahwa dasar perhitungan
dari satuan Skala Richter menggunakan amplitudo (pergeseran vertikal gelombang
atau simpangan terjauh dari titik keseimbangan getaran). Hal inilah yang
menyebabkan Skala Richter terbatas hanya untuk mengukur gempa lokal saja atau
di wilayah yang cakupannya lebih sempit.
Satuan ini,
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1935 oleh Charles F. Richter, seorang
fisikawan asal Amerika Serikat. Biasanya, gempa Skala Richter diukur
menggunakan pengukur gempa seismometer.
Salah satu
kelemahan dari pengukuran gempa Skala Richter yaitu tidak dapat mengukur
magnitudo gempa di atas 6,0. Karena inilah, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) sejak tahun 2008 sudah tidak menggunakan satuan Skala richter
(SR) dalam menghitung kekuatan gempa.
Gempa Magnitudo (M)
Magnitudo merupakan ukuran kekuatan gempa bumi yang didasarkan pada momen seismik (frekuensi getaran saat gempa berlangsung). Semakin besar getaran tanah, maka akan semakin tinggi pula angka magnitudo gempa yang terjadi.
Satuan Magnitudo pertama kali diperkenalkan oleh Tom Hanks
dan Hiroo Kanamori pada tahun 1979. Biasanya, gempa Magnitudo diukur
menggunakan alat bantu seismograf.
Dibandingkan dengan Skala Richter, pengukuran Magnitudo memberikan hasil yang lebih akurat, serta cakupan wilayah pengukurannya pun lebih luas. Selain itu, satuan ini dapat mengukur magnitudo gempa dari angka 6,1 hingga di atas 12,9.
Baca juga: Bolehkah Korban Bencana Menerima Zakat? | YDSF
Secara garis besar, gempa Magnitudo terbagi menjadi enam tingkatan. Yaitu:
1. Gempa Magnitudo kurang dari 2,5: terekam seismograf,
tidak terasa getarannya.
2. Gempa Magnitudo 2,5 - 5,4: terekam seismograf, sering
dirasakan getarannya, menyebabkan kerusakan kecil.
3. Gempa Magnitudo 5,5 - 6,0: terekam seismograf, getaran
yang dirasakan cukup kuat, menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan.
4. Gempa Magnitudo 6,1 - 6,9: terekam seismograf, getaran
yang dirasakan kuat, menyebabkan kerusakan cukup parah di daerah padat penduduk.
5. Gempa Magnitudo 7,0 - 7,9: terekam seismograf, getaran
sangat kuat, berdampak kerusakan serius di wilayah cukup luas.
6. Gempa Magnitudo 8,0 hingga lebih besar: terekam
seismograf, getaran gempa sangat hebat, berdampak menghancurkan wilayah yang
sangat luas bahkan di luar titik pusat gempa.
(berbagai sumber)
Pray For Turkey-Syria:
Artikel Terkait:
Huntara untuk Korban Bencana | YDSF
Bagaimana Seorang Muslim Menyikapi Musibah | YDSF
Kisah Mualaf, Musibah Membuatku Hijrah | YDSF
Cara Menyikapi Musibah dalam Ajaran Islam | YDSF
Bersedekah Agar Terhindar Dari Musibah | YDSF
Melangitkan Doa untuk Menjemput Harapan | YDSF
Sasaran Distribusi Penerima Sedekah | YDSF
Waktu Sedekah Terbaik | YDSF