Kedatangan 2020 memang sangatlah dinantikan sejak beberapa hari lalu. Terutama di tahun ini merupakan sebuah awal dari dekade baru. Namun, ternyata sehari sebelum pergantian tahun masehi tersebut, hujan mengguyur beberapa kota di Indonesia. Dan di beberapa wilayah, hujan mengguyur hingga seharian. Bahkan menyebabkan banjir.
Sebanyak 184 titik banjir telah dipetakan oleh BNPB pada kawasan Jabodetabek dan Bandung Raya. Ketinggian banjir pun beragam, mulai dari 30 centimeter hingga 3 meter. Tercatat 409.840 warga telah mengungsi dari Jabodetabek. Tak hanya itu, juga terdapat 43 orang dinyatakan meninggal oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Kamis (02/01), karena terseret arus banjir hingga hipotermia.
Menurut perkiraan cuaca yang dilansir dari situs resmi Badan Meteorologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG), beberapa kawasan di wilayah Jabodetabek masih dalam keadaan berawan bahkan hujan petir. BNPB juga telah mengadakan rapat koordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk bisa menangani hujan pada kawasan tersebut.
Lantas, apakah hubungannya antara bencana dengan muhasabah diri yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang?
Manusia harus mampu membaca ayat-ayat kauniyah (alam) dan ayat-ayat qauliyah (kitab Al Quran). Bukankah perintah yang pertama turun kepada tugas kenabian adalah iqra (membaca)? Ketika membaca ayat qauliyah kita akan mendapati tanda-tanda kerusakan moral manusia sehingga mengakibatkan bencana, selain juga kerusakan pada lingkungan. Kejadian-kejadian bencana yang terjadi akhir-akhir ini pada hakikatnya telah menimpa pada umat-umat terdahulu.
Inilah urgensi bagi kita bagaimana bencana itu terjadi dan apa hikmah yang terkandung di balik terjadinya sebuah bencana. Kita bisa memetakan bencana apa dan sebab apa bencana itu yang digambarkan dalam Al Quran (diolah dari berbagai sumber).
Kaum Nabi Nuh & Banjir Bandang
Nabi Nuh as berdakwah selama 950 tahun, namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Banyak di antara kaumnya yang justru mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh. Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang ingkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh as (QS. Al Ankabut 14).
Kaum Ad dan Angin Kencang Disertai Guruh
Nabi Hud as diutus untuk kaum 'Ad (suku bangsa kuno yang menempati antara Yaman dan Oman), kaum yang hidup setelah peristiwa banjir Nabi Nuh as. Ternyata, kaum ‘Ad mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa (QS. Attaubah 70, Al Qamar 18, Fushshilat 13, An Najm 50, dan Qaaf 13).
Kaum Tsamud dan Gempa
Nabi Saleh as diutus Allah untuk berdakwah kepada kaum Tsamud. Beliau diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Namun, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan gempa kepada mereka (QS. Al Hijr 80, Huud 68, dan Qaaf 12).
Kaum Sodom dan Gempa-Hujan Batu
Umat Nabi Luth as di negeri Sodom terkenal dengan perbuatan menyimpang, yaitu hanya mau menikah dengan pasangan sesama jenis (homoseksual dan lesbian). Kendati sudah diberi peringatan, mereka tak mau bertobat. Allah akhirnya memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth as ini akhirnya tertimbun di bawah reruntuhan rumah mereka sendiri (QS Alsyu'araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67, Alfurqan: 38, dan Qaf: 12).
Kaum Madyan dan suara keras & awan panas
Nabi Syuaib diutus kepada kaum Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh Allah karena mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi timbangan. Allah pun mengazab mereka berupa hawa panas yang teramat sangat. Kendati mereka berlindung di tempat yang teduh, hal itu tak mampu melepaskan rasa panas. Akhirnya, mereka binasa (QS. At Taubah 70, Al Hijr 78, Thaaha 40, dan Al Hajj 44).
Selain kepada kaum Madyan, Nabi Syuaib juga diutus kepada penduduk Aikah. Mereka menyembah sebidang padang tanah yang pepohonannya sangat rimbun. Kaum ini menurut sebagian ahli tafsir disebut pula dengan penyembah hutan lebat (Aikah) (QS Al Hijr 78, AS Syu'araa 176, Shaad 13, dan Qaaf 14).
Firaun & Gelombang Laut
Kaum Bani Israil sering ditindas oleh Firaun. Kemudian, Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun malah mengaku sebagai tuhan. Ia akhirnya tewas di Laut Merah walau jasadnya berhasil diselamatkan. Hingga kini masih bisa disaksikan di museum mumi di Mesir (QS. Al Baqarah 50 dan Yunus 92).
Ashab Al-Qaryah (Yasin) & Suara Keras
Menurut sebagian ahli tafsir, Ashab Al-Qaryah (suatu negeri) adalah penduduk Anthakiyah (sebagian ahli menyebut wilayah Turki saat ini). Mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah membinasakan mereka dengan sebuah suara yang sangat keras (QS. Yaasiin: 13).
Kaum Saba dan Banjir Besar
Mereka diberi berbagai kenikmatan berupa kebun-kebun yang ditumbuhi pepohonan untuk kemakmuran rakyat Saba (kini wilayah Yaman). Karena mereka enggan beribadah kepada Allah walau sudah diperingatkan oleh Nabi Sulaiman, akhirnya Allah menghancurkan bendungan Ma'rib dengan banjir besar (Al Arim) (QS Saba: 15-19).
Disadur dari: Majalah Al Falah Edisi Januari 2018
Baca juga:
BANTU KORBAN BANJIR JABODETABEK
Dampak Maksiat dalam Kehidupan | YDSF
WAKTU TERBAIK TERKABULNYA DOA | YDSF
Pintu Dosa di Era Digital | YDSF
Keajaiban Sedekah Rutin di YDSF
Bahagia dengan Gemar Berbagi | YDSF