Salah satu sumber
yang mempengaruhi perkembangan karakter seseorang adalah asupan makanan dan
harta yang dikonsumsi. Hanya demi memenuhi gaya hidup, penilaian orang lain
agar terlihat “mampu” atau “berada”, dan hal-hal duniawi lain, membuat
seseorang tak segan melakukan segala cara untuk meraihnya. Padahal, Allah Swt. jelas
melarang perbuatan tentang mengambil harta dan mengonsumsi makanan yang tidak
baik.
Beberapa waktu
terakhir, sempat viral kasus penganiayaan yang dilakukan oleh para remaja
berusia 18-22 tahunan dan membuat mereka berakhir di meja hijau. Hebatnya warganet
masa kini, mampu menelusur seluk beluk dari orang-orang yang terlibat. Bukan
hanya pelakunya saja, bahkan latar belakang keluarganya juga terdeteksi. Diketahui,
memang beberapa anggota keluarga dari yang bersangkutan memiliki kondisi hidup
yang (dapat dikatakan) miris.
Dalam Islam, kita memang tidak mengenal karma. Namun, kita
tahu bahwa setiap apa yang dilakukan pasti ada ganjarannya. Entah itu perbuatan
yang baik, maupun buruk. Ganjaran bisa langsung dirasakan dan didapatkan saat
masih hidup di dunia, tetapi bila tidak maka telah menunggu di akhirat.
Apapun ganjarannya, tentu kita tidak dapat menebak atau bahkan
memaksakan diri untuk mengetahuinya. Sebagaimana Allah Swt. berfirman, “Katakanlah:
Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib,
kecuali Allah.” (An-Naml: 65).
Hikmah yang dapat kita petik dari kasus viral tersebut
adalah betapa pentingnya memperhatikan asupan dan pencarian harta yang halal. Karena dampaknya bukan hanya pada diri
sendiri, melainkan juga keluarga.
Dalam surah Al-Baqarah
ayat 188, Allah Swt. Berfirman, “Dan janganlah kamu makan harta di antara
kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu
kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang
lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”
Ayat tersebut
diturunkan karena adanya peristiwa perselisihan masalah tanah antara Imriil
Qais bin ‘Abis dan ‘Abdan bin Asyma’ al-Hadlrami. Dan, merupakan sebuah
peringatan agar tidak merampas hak orang lain.
Berpedoman dengan ayat ini, maka sebagai seorang muslim yang
selalu ingin taat kepada-Nya, kita hindari memilih mencari harta dengan jalan
yang tidak baik. Terdapat beberapa sumber harta dari jalur yang haram, di
antaranya: riba, curang dalam timbangan, mencuri, dan menyuap.
Selain harta, makanan pun harus diperhatikan asal usulnya,
pembuatannya, hingga unsur-unsur kandungannya. Usahakan untuk selalu bisa
mencari makanan yang halal, dari aspek apapun. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Mu’minun ayat 51, “Wahai para
rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan.
Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Baca juga: 4 Sumber Harta Haram | YDSF
Allah menyertakan perbuatan kebajikan
dengan perihal konsumsi makanan yang baik, hal ini menandakan bahwa keduanya
memiliki korelasi. Awalnya, perintah ini ditujukan kepada para nabi dan rasul
untuk istiqamah dan berhati-hati menjaga makanannya dari yang haram, supaya
mempermudah mereka mengerjakan kebajikan. Namun dalam perkembangannya, sebagai
umat yang taat tentu kita juga harus mau dan mampu untuk mengikuti jejak beliau-beliau.
Dampak Mengonsumsi Harta & Makanan Haram
Setiap hal yang buruk, pasti akan berujung pada keburukan
pula. Sama halnya bila seseorang coba-coba atau sudah terlanjur mengonsumsi
harta dan makanan yang haram. Pasti ada dampak
yang terasa dalam kehidupannya. Meski, terkadang Allah menunjukkan secara tidak
langsung (ke si pelaku), melainkan juga bisa menjadi ujian melalui pasangan,
anak, dan keluarganya.
Berikut kami rangkumkan lima dampak dari
mengonsumsi harta dan makanan yang haram:
1.
Tindakan Durhaka kepada Allah Swt.
Perbuatan yang menjurus
atau bahkan sudah termasuk kategori haram, merupakan kebiasaan yang dilakukan
oleh setan. Allah Swt. berfirman, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal
lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168). Segala tindakan yang mengikuti langkah
setan adalah bentuk dari durhaka kepada Allah Swt.
2.
Doa Sulit Dikabulkan
Kesalahan bila dilakukan satu-dua kali,
mungkin akan bisa dilumrahkan. Apalagi saat seseorang belum mengetahui ilmunya.
Namun, meski kita tahu bahwa Allah Maha Pengampun, bukan berarti bisa semaunya
sendiri mengulang kesalahan. Utamanya, berkenaan dengan hal yang haram.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (thayyib), tidak menerima
kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin
seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala
berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal shalih.’ (QS. Al-Mu’minun: 51). Dan Allah Ta’ala
berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang
Kami berikan kepadamu.’ (QS. Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah saw.
menyebutkan seseorang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan
menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai
Rabbku.’ Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan
ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul.”
(HR. Muslim).
Baca juga: Membuat Nafkah Menjadi Berkah | YDSF
3.
Kemunduran untuk Umat Muslim
Mirisnya, pelaku
dari pengumpulan harta yang haram dan mengonsumsi makanan yang tidak thayyib
ini juga dilakukan oleh kaum muslim sendiri. Padahal, hal ini dapat
memberikan dampak buruk yaitu penilaian buruk terhadap umat muslim dan Islam.
Sehingga, kemunduran pun tak terelakkan.
“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah (salah satu
transaksi riba), mengikuti ekor sapi (maksudnya: sibuk dengan peternakan),
ridha dengan bercocok tanam (maksudnya: sibuk dengan pertanian) dan
meninggalkan jihad (yang saat itu fardhu ‘ain), maka Allah akan menguasakan
kehinaan atas kalian. Allah
tidak akan mencabutnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud).
4.
Mendatangkan Bencana Hingga Adzab
Saat artikel ini
diterbitkan, momennya tidak cukup jauh dengan peristiwa banjir bandang yang
terjadi di Brasil. Bencana yang terjadi pada 20 Februari 2023 lalu itu, diduga
merupakan akibat dari masyarakat setempat yang sehari sebelumnya mengadakan
festival berunsur penyembahan setan.
Peristiwa tersebut hendaknya membuat kita menjadi belajar. Bahwa,
memupuk dosa akan berakhir dengan adanya bencana dan adzab. Mungkin, tidak
langsung dirasakan. Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah saw. Bersabda, “Apabila
telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk
negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.”
(HR. Hakim).
5.
Dekat dengan Neraka
Nasihat
Rasulullah saw. untuk Ka’ab, “Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan
yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api
neraka.” (HR. Tirmidzi).
(ay)
Sucikan Harta dengan Berzakat
Artikel Terkait
DAMPAK MAKANAN HARAM BAGI MUSLIM | YDSF
Waktu Terbaik Terkabulnya Doa | YDSF
ZAKAT DARI UANG PESANGON PENSIUN | YDSF
Mendahulukan Jamak-Qashar dalam Shalat Fardhu | YDSF
FIDYAH DALAM ISLAM DAN KETENTUANNYA | YDSF
Kisah Mualaf, Musibah Membuatku Hijrah | YDSF
WAKTU MEMBAYAR ZAKAT MAAL | YDSF
Sujud Setelah Shalat | YDSF