Tepat pada hari ini, 23 Juli 2022, kita sedang memperingati
Hari Anak Nasional. Ada baiknya bila peringatan ini bukan hanya menjadi sebuah
simbolis saja. Namun, juga menjadi momen bagi kita, para orang tua atau orang
dewasa yang berada di sekitar anak-anak untuk mengoreksi kembali pola asuh atau
adab kita kepada anak.
Sama seperti halnya orang dewasa, anak juga memiliki hak
untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan terlindungi. Sayangnya, justru saat
ini sedang muncul kasus kriminalitas yang beririsan langsung dengan anak. Baik mereka
sebagai korban atau justru pelakunya. Selain itu, pergeseran perilaku dan adab
dari anak-anak saat ini pun juga sangat dapat dirasakan. Kata-kata, hobi,
hingga banyak kebiasaan baru yang muncul dengan alasan kekinian justru sebenarnya
banyak menunjang adanya perilaku penyimpangan atau tidak sesuai dengan
norma-norma yang ada.
Kejadian-kejadian semacam itu tentu juga bukan sepenuhnya
kesalahan dari anak. Para orang tua dan lingkungan sekitar memiliki andil dalam
pembentukan karakter sehingga berujunglah pada dampak kejadian-kejadian yang
tidak diharapkan.
Ada banyak faktor di sekitar anak yang mempengaruhi
terbentuknya karakter dan tumbuh kembang pemikiran mereka. Selain melihat
langsung contoh dari orang-orang yang ada di sekitarnya, tayangan dan asupan
makanan yang halal pun juga dapat menstimulasi otak anak untuk menjadi sosok
yang lebih baik. Begitu pula bila mereka menerima asupan yang sebaliknya.
Menciptakan & Menjadi Teladan bagi Anak
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Setiap
bayi yang dilahirkan adalah dalam kondisi fitrah. Orang tuanya-lah yang
membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Jika hadits tersebut dimaknai secara denotatif, tentu tidak
disanksikan bahwa yang membentuk karakter anak tetap dalam fitrah atau keluar
darinya adalah orang tuanya. Namun, jika hadits tersebut dimaknai secara
konotatif, maka sungguh banyak faktor yang dapat mengubah karakter seseorang
bergeser dari fitrahnya.
Dimulai dari asupan yang diterima oleh anak-anak. Harus
dipastikan betul sumbernya, halal dan thoyyibnya. Karena setiap zat yang
dicerna oleh tubuh, akan berpengaruh pula pada pembentukan karakter dan pola
pikir. Sebagaimana Allah Swt. telah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Mu’minun
ayat 51, “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Kondisi setiap mili (lingkungan sekitar) juga tidak kalah
pentingnya dalam mengubah karakter manusia dari fitrahnya. Seperti teman
bergaul, bacaan yang disukainya, termasuk tayangan apapun yang ditontonnya.
Baca juga:
Mencetak Ahli Tafsir Alquran dari Anak Cerdas nan Beradab | YDSF
Inilah 4 Cara Mendidik Anak Menjadi Pahlawan Secara Islami | YSDF
Para mubaligh seringkali hanya pintar berbicara, namun tidak
pintar memberi keteladanan. Keteladanan yang dimaksud, tentunya, dengan menjaga
perilaku yang dipertontonkan di hadapan publik, baik untuk konsumsi anak maupun
orang dewasa. Bagi anak, kebutuhan teladan bukan hanya mengetahui konsep
teoritisnya saja, tetapi juga harus mengetahui secara langsung.
Sama halnya agar cermat dalam memilih channel-channel
dan kontennya yang disesuaikan dengan visi dan misi membangun peradaban yang
Islami. Baik isi intelektualitasnya maupun sisi moralnya. Dengan demikian,
orang tua, guru, dan pendidik lainnya tetap dapat memanfaatkan tayangan-tayangan
yang tidak merusak aspek ilmiah dan etika Islam.
Islam sangat jelas dan tegas dalam memberikan keterangan
tentang konsekuensi dari perbuatan. Itulah yang membuat kita selalu berpikir
sebelum bertindak. Kita sadar, setiap yang kita lakukan bakal ada konsekuensi
di belakangnya. Sehingga, anak juga perlu dididik untuk memahami dan patuh pada
aturan serta pandai memilih teman yang saleh.
Mencetak Generasi Terlindungi demi Indonesia Maju
Setelah memastikan betul faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang, karakter, dan pola pikir anak, sebagai mubaligh kita
juga harus memastikan bahwa anak berada pada lingkungan yang aman dan nyaman.
Setelah adanya pandemi yang terjadi sejak Maret 2020 silam, pola
hidup anak-anak menjadi berubah. Banyak kebiasaan baru seperti cara belajar,
hingga cara bergaul. Hal ini tentu sangat mempengaruhi perkembangan dan proses
pembentukan karakter anak.
Sedangkan, dalam beberapa waktu terakhir, kita sedang
sama-sama mencoba pulih dari pandemi. Meski, belum seratus persen bebas dari pandemi,
aktivitas sudah dapat dilakukan dengan normal. Termasuk aktivitas yang
dilakukan oleh anak-anak.
Dalam menyongsong era baru ini, kita sebagai para dewasa
yang lebih “dapat” beradaptasi, juga harus mau dan mampu menciptakan suasana yang
aman dan nyaman untuk memberikan ruang gerak pada anak. Karena sebagai penerus
bangsa, anak memiliki hak untuk dapat menjadi generasi penerus yang lebih baik
dari lingkungan yang kondusif dan terlindungi.
Saat anak berada di lingkungan yang aman dan nyaman, mereka
akan lebih mudah dalam menorehkan ide, kreativitas, serta prestasi. Selain itu,
dari lingkungan tersebut pula, anak juga dapat lebih mudah mencerna teladan baik
dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
Mari, wujudkan Indonesia maju dengan membentuk lingkungan terlindungi untuk anak!
Sumber:
Majalah
Al Falah Edisi Juli 2022
Majalah Al Falah Edisi Agustus 2022
Sedekah Mudah di YDSF:
Artikel Terkait:
Mengenal Generasi Strawberry | YDSF
TIPS MENUMBUHKAN TANGGUNG JAWAB ANAK | YDSF
Beda Zakat Penghasilan dan Zakat Maal | YDSF
DAMPAK NEGATIF SOSIAL MEDIA PADA ANAK | YDSF
Tips Mendidik Anak Berkarakter | YDSF
ZAKAT PADA BARANG INVESTASI | YDSF
Apa Itu Wakaf? Pengertian, Dalil, dan Hukum Wakaf | YDSF