Umat Islam sudah seharusnya mencontoh generasi Islam pertama jika ingin berjaya kembali. Sebagai orangtua atau calon orangtua sudah seharusnya membentuk anak-anak agar mampu menganalisis dan mengamalkan Alquran secara penuh komitmen.
Dulu ada anak belasan tahun semacam Abdullah bin Abbas yang ahli dalam tafsir Alquran. Memiliki kecerdasan yang cemerlang serta mampu menyaingi para sahabat yang lebih tua. Permasalahan inilah yang sedang menjadi perhatian Dr. Adian Husaini, M.A., pengurus pusat Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).
Bila kita berkaca kepada Ibnu Abbas, konsep yang digagas oleh Adian Husaini dan sejumlah tokoh Islam saat ini mengarah pada pemuda-pemuda muslim Indonesia yakni mengarahkan mereka menjadi ahli tafsir atau pakar hadits.
Indonesia yang terdiri dari mayoritas orang muslim harusnya banyak melahirkan generasi-genarasi yang ahli tafsir dan hadits. Yang mana saat ini sangat minim diminati anak-anak muda zaman sekarang. Ironisnya lagi, banyak dari kita yang tidak memproyeksikan anak kita menuju ke sana (ahli tafsir dan hadits, Red.).
Pembentukan tokoh Islam juga harus diawali dari sekolah-sekolah Islam yang dimulai sejak usia dini. Sebagai orangtua janganlah kita memperlakukan anak sebagai ‘anak kecil’ terlalu lama. Dalam Islam bahkan hanya mengajarkan dua fase, yaitu sebelum baligh (anak) dan baligh. Hal ini berbeda dengan ilmu modern yang membagi fase anak terlalu banyak.
Orangtua juga harus menyiapkan kemandirian anak sesuai adab Islam. Lalu, kita lihat kebutuhan umat. Selanjutnya, kita bentuk anak kita untuk menjadi pejuang di tengah umat. Maka, sudah sepatutnya dunia pendidikan kita sangat menekankan proses ta’dib, sebuah proses pendidikan yang mengarahkan para siswanya menjadi orang-orang yang beradab.
Ketika adab hilang pada diri seseorang, maka akan mengakibatkan kezaliman, kebodohan, dan menuruti hawa nafsu yang merusak. Manusia dikatakan zalim, jika misalnya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.
Bagi orang-orang yang memegang institusi bila tidak memiliki adab, maka akan terjadi kerusakan yang lebih parah. Adab mesti ditanamkan pada seluruh manusia dalam berbagai lapisan, pada murid, guru, pemimpin rumah tangga, pemimpin bisnis, pemimpin masyarakat, dan lainnya.
Prof. Wan Mohd. Nor Wan Daud, guru besar di Akademi Alam dan Tamadun Melayu Universiti Kebangsaan Malaysia, mengatakan bahwa gejala penyalahgunaan kuasa, penipuan, berbagai jenis suap/korupsi, politik uang, pemubaziran, kehilangan keberanian dan keadilan, sikap malas dan kegagalan pemimpin rumah tangga, dan sebagainya mencerminkan masalah pokok ini.
Mencari Ilmu Harus Lillahi Ta’ala
Seorang muslim yang beradab pasti lebih mencintai dan mengidolakan Nabi Muhammad Saw ketimbang manusia manapun. Mereka juga akan menghormati sahabat-sahabat Nabi dan keluarganya serta ulama pewaris Nabi, ketimbang penguasa yang zalim.
Salah satu adab penting yang harus dimiliki seorang muslim adalah adab terhadap ilmu. Seorang yang beradab, haruslah mengenal derajat ilmu. Mana ilmu yang wajib ‘ain (wajib dimiliki oleh setiap muslim) dan mana yang wajib kifayah (wajib dimiliki sebagian muslim).
Islam memandang kedudukan ilmu sangatlah penting. Sebagai jalan mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya.Tak hanya itu, ilmu juga satu-satunya jalan meraih adab. Orang yang berilmu (ulama) adalah pewaris Nabi. Karena itu, dalam Bidayatul Hidayah, Imam AlGhazali mengingatkan, orang yang mencari ilmu dengan niat yang salah, untuk mencari keuntungan duniawi dan pujian manusia, sama saja dengan menghancurkan agama.
Selain itu, kitab Adabul ‘Alim wal-Muta’allim karya KH. Hasyim Asy’ari juga mengutip hadits Rasulullah Saw, ‘Siapa saja mencari ilmu bukan karena Allah atau ia mengharapkan selain keridhaan Allah Ta’ala, maka bersiaplah dia mendapatkan tempat di neraka’.
Naskah: Putra
Sumber: Dr. Adian Husaini, MA
Editor: Ayu SM
Baca :
Banyak Menghafal Alquran, Tubuh Jadi Semakin Sehat
Asy Syifa’, Alquran Penyembuh Penyakit
Kisah Keluarga Teladan dalam Al Quran
Kisah Umar dalam Melayani Umat
Tak hanya Membagi Ilmu, Imam Syafi'i juga Membagi Harta
Belajar Membaca Alquran di Masa Rasulullah SAW | YSDF