Dampak Negatif Sosial Media Pada Anak | YDSF

Dampak Negatif Sosial Media Pada Anak | YDSF

10 Januari 2020

Sebagian anak-anak dan remaja bahkan bocah di bawah umur sudah terampil unjuk diri di akun media sosial seperti Instagram, Whatapps, dan Faceebook. Sebuah survei yang dilansir laman Kidshealth mengungkap, sekitar 90 persen remaja telah menggunakan beberapa bentuk media sosial (medsos) dan 75 persen memiliki profil di situs jejaring sosial.

Memang, medsos memiliki banyak manfaat. Seperti memudahkan berkomunikasi, memudahkan mengakses situs-situs yang diperlukan, menjadi hiburan di waktu luang, memudahkan mendapatkan informasi secara cepat, bahkan dapat memunculkan ide-ide kreatif.

Namun jangan mengabaikan sisi buruknya. Medsos memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak atau remaja jika berlebihan. Akibat kecanduan medsos, anak-anak dan remaja lebih memilih menghabiskan waktunya berkomunikasi lewat medsos dari pada bersosialisasi dengan teman-teman di sekitarnya. Bahkan dengan orangtuanya. Mereka terlalu banyak mengekspresikan perasaannya melalui medsos sehingga gagap berkomunikasi di dunia nyata.

Peg Streep, seorang pemerhati tren digital dan remaja, menuliskan 4 alasan utama remaja menjadi maniak medsos, seperti dilansir dalam situs Psychology Today, Selasa, 25 Juni 2013. (dikutip dari tempo.co).

  1. Mendapatkan Perhatian

Hasil penelitian Pew Research Center Study, AS, menunjukkan, sebagian besar remaja berbagi informasi di medsos. Berbagai informasi menjadi kunci bagi mereka untuk mendapatkan perhatian bagi diri mereka sendiri. Mereka seringkali mengeluhkan tentang ‘oversharing’ yang dilakukan pengguna medsos lain. Padahal, mereka sendiri juga terjebak di dalamnya. Mereka berbagi begitu banyak hal (bahkan yang bersifat pribadi) di medsos.

  1. Meminta Pendapat

Remaja seringkali meminta pendapat dan persetujuan rekan-rekannya untuk memutuskan sesuatu. Itu wajar jika di dunia nyata. Namun, dengan adanya medsos, mereka menjadi meminta pendapat untuk hal yang tidak penting. Contohnya, mereka akan semakin sering mengunggah foto untuk sekadar melihat bagaimana komentar rekanrekannya. Semakin banyak pujian atau sekadar “Like” di Facebook akan membuat mereka merasa populer. Dengan kata lain, medsos menjadi indikator kepopuleran meraka. Ada ‘kepuasan intrinsik’ pada remaja jika mereka populer di medsos. Bukan hanya lewat foto, remaja seringkali menulis status yang berisikan permintaan saran pada rekan-rekan mereka. Dan, lagi-lagi, ini bukanlah hal yang penting untuk dibagi.

  1. Menumbuhkan Citra

Medsos tidak akan mampu mendeskripsikan pribadi seorang pengguna secara utuh. Oleh sebab itu, remaja menjadikan medsos penumbuh citra positif mereka. Remaja akan cenderung memberikan kesan yang baik saat di medsos. Mereka berharap orang lain melihat mereka seperti apa yang mereka harapkan.

  1. Kecanduan

Media sosial membuat remaja kecanduan. Mereka akan sulit mengalihkan pandang dari situ. Mereka ‘terjebak’ dalam lingkaran drama media sosial. Meskipun mereka terus mengeluh tentang ‘’drama’ dalam medsos nyatanya mereka jugalah pelaku drama tersebut.

Peran Orangtua

Penggunaan medsos pada anak perlu dikontrol orang tua. Hal ini perlu dilakukan mengingat materi di medsos tidak semuanya positif, ada juga materi yang tidak pas bagi anak sehingga berdampak pada pola pikir, moral, dan psikologis anak. Orangtua bisa mencari tahu apa yang dilakukan anak saat bermain media sosial serta pergaulan dan interaksinya ketika di dunia maya.

Jika ada yang melenceng, orangtua bisa memberikan edukasi agar baik bagi perkembangan moral anak. Selain itu, orangtua juga perlu mengedukasi hal-hal apa saja yang bisa dilakukan saat menggunakan medsos.

Orangtua harus memberi batasan dan terus memantau. Sangat penting kebijakan orangtua untuk mengajari anak menggunakan medsos yang baik, dan membicarakan secara halus kepada anak tentang bahaya dan akibat kecanduan. Anak-anak dan remaja usianya hendaklah memperbanyak berinteraksi dengan teman-temannya secara langsung, bersosialisasi dengan lingkungan sekitar agar terbentuk karakter anak bangsa yang baik dan berkualitas. (Habibi)

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi September 2019

 

Baca juga:

Mengasuh Anak Generasi Milenial | YDSF

JANGAN TERBIASA BERBOHONG PADA ANAK | YDSF

Parenting Islami: Cara Mendidik Anak Agar Bahagia | YDSF

Televisi Bukan Teman Anak

INILAH KUNCI SUKSES BUNDA YATIM MENDIDIK ANAK | YDSF

Inilah 4 Cara Mendidik Anak Menjadi Pahlawan Secara Islami | YSDF

Mengenal Generasi Millenial | YDSF

TIPS MENUMBUHKAN TANGGUNG JAWAB ANAK | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: