Benarkah Inti Ibadah Haji adalah Wukuf Arafah? | YDSF

Benarkah Inti Ibadah Haji adalah Wukuf Arafah? | YDSF

26 Juni 2023

Dalam rangkaian ibadah haji terdapat beberapa kegiatan, mulai dari ihram, wukuf di Arafah, mabid di Muzdalifah, melempar jumrah, mabid di Mina, hingga thawaf. Namun, salah satu yang paling populer dan dinantikan waktunya adalah penunaian wukuf di Arafah. Karena, pada rangkaian ibadah wukuf ini menjadi salah satu tolok ukur penentuan jatuhnya 10 Dzulhijjah, atau hari raya Iduladha.  

Ibadah haji merupakan salah satu amalan yang masuk dalam rukun Islam. Sehingga, menjadi wajib terutama bagi mereka yang mampu. Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah.” Lantas ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga tiga kali. Rasulullah saw. lantas bersabda, “Seandainya aku mengatakan ‘iya’, maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup.” (HR. Muslim).

Tingkat kemampuan yang dimaksud sebenarnya bukan hanya masalah harta. Tetapi hendaknya kita juga mengukur kemampuan secara fisik dan psikis. Secara fisik, maksudnya adalah kondisi kesehatan harus betul-betul diperhatikan sebelum berangkat haji. Meski saat ini sudah banyak fasilitas (seperti, kursi roda otomatis yang membantu perjalanan kita), bukan berarti kita berangkat dalam keadaan yang lemah. Begitu pula untuk kondisi psikis, usahakan mental kita telah siap untuk menjalani serangkaian ibadah selama haji di tanah suci.

Wukuf Arafah adalah

Sama halnya dalam penunaian ibadah lainnya, saat menunaikan ibadah haji kita juga harus patuh pada syariat Islam yang telah menentukan rukun dan wajib haji. Apabila salah satu rukun tidak dilakukan, maka haji menjadi tidak sah. Sedangkan, apabila wajib haji tidak dilakukan, makan dikenakan sanksi berupa qurban dam.

Dalam rangkaian rukun dan wajib haji, terdapat satu kegiatan yang masuk dalam keduanya, yaitu wukuf di Arafah. Secara bahasa, wukuf berasal dari akar kata waqafa yang berarti berhenti. Sedangkan Padang Arafah merupakan tempat pertama kalinya Nabi Adam a.s. dipertemukan kembali dengan Hawa setelah 40 tahun berpisah di bumi.

Oleh karenanya, wukuf di Arafah adalah momen untuk berdiam diri, merenung, memohon ampunan, berserah diri, meraih kesempurnaan kembali fitrahnya sebagai seorang manusia. Usai menjalani wukuf, seseorang diharapkan dapat mampu menahan dirinya dari sifat-sifat buruk, angkuh, serta dzalim yang pernah dilakukannya.

Waktu dikatakan wukuf di Arafah adalah waktu mulai dari matahari tergelincir (waktu zawal) pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga waktu terbit fajar Shubuh (masuk waktu Shubuh) pada hari nahr (10 Dzulhijjah).

Waktu wukuf di Arafah dimulai dari awal memasuki 9 Dzulhijjah (hari Arafah) hingga waktu terbit fajar (Subuh) pada 10 Dzulhijjah (hari nahr, berqurban). Saat menjalani wukuf, seseorang boleh dalam keadaan sadar, berkendaraan, duduk, berbaring, berjalan, bahkan tidur, baik suci maupun tidak suci (haid, nifas, junub).

Baca juga: 
Jamak Shalat Karena Sakit | YDSF
CARA MENCARI BERKAH (TABARRUK) ALLAH SESUAI SYARIAT ISLAM | YDSF

Wukuf Arafah Menjadi Inti Ibadah Haji

Dalam sebuah hadits shahi yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Ahmad, Tarmidzi, Nasai, Ibnu Majah, Al Hakim, Al-Baihaqi, Rasulullah saw. bersabda, “Al-Hajju Arafat, man ja-a qabla shalat subhi min lailatil jam’i faqad tamma hajjuhu.” Yang memiliki arti, “Inti ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Barangsiapa yang mendatanginya (untuk wukuf) sebelum datangnya waktu Subuh pada malam Muzdalifah maka hajinya telah sempurna.”

Dari Ustadz Zainuddin MZ, Lc., MA, Dewan Syariah Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF) menjelaskan:

Hadits di atas mempunyai asbab wurud (latar belakang historis lahirnya sebuah hadits), sebagaimana yang dapat dicermati dari periwayatan Abdurrahman ibn Ya’mar dalam teks yang sempurna. Dalam hadits tersebut dipaparkan bahwa Abdurrahman ibn Ya’mar berkata, “Saya menghadap kepada Rasulullah saw. yang saat itu beliau sedang wukuf di Arafah.” Lalu beliau didatangi sekelompok umat penduduk Nejed, di antara mereka ada yang diperintah untuk menyeru, “Wahai Rasulullah, bagaimana tata krama ibadah haji?”

Maka Rasulullah saw. menyuruh seseorang yang menyatakan, “Inti ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Barangsiapa yang mendatanginya (untuk wukuf) sebelum datangnya waktu Subuh pada malam Muzdalifah maka hajinya telah sempurna.”

Dengan adanya asbabul wurud di atas menunjukkan alangkah gampangnya pelaksanaan ibadah haji, walaupun sebagain orang menganggapnya ibadah yang sangat melelahkan. Bagi mereka yang melaksanakan “tarwiyah” (tanggal 8 Dzulhijjah menuju ke Mina untuk mabit atau bermalam di situ mulai dari shalat Dhuhur sampai shalat Subuh) tentu akan mendapatkan kendala untuk dapat melaksanakan wukuf di Arafah mulai setelah tergelincirnya matahari.

Hal ini dikarenakan perjalanan tanggal 9 Dzulhijjah dari Mina menuju Arafah sangat padat, bahkan tidak sedikit di antara jamaah haji yang tidak mendapatkan kendaraan menuju Arafah. Mereka harus berjalan kaki.

Kalaulah ada yang mendapatkan kendaraan, itupun tidak semudah untuk dapat ke lokasi wukuf yang ditentukan.

Akhirnya banyak yang baru sampai di Arafah menjelang Maghrib, bahkan menjelang Isya’. Maka tidak sedikit di antara mereka yang menilai hajinya tidak sah. Karena dalam pandangan mereka waktu wukuf itu hanya mulai setelah Dhuhur sampai Maghrib.

Maka hadits di atas tentunya dapat dijadikan argumentasi kekeliruan pendapat mereka, karena menurut hadits yang shahih, walaupun kita terlambat memasuki Arafah, dan baru sampai ke tempat tersebut sebelum terbitnya fajar (waktu Subuh) oleh Rasulullah saw. dinyatakan sah hajinya.

Beginilah nikmat mengkaji hadits, sehingga kita temukan begitu sederhananya tuntunan Rasulullah saw.

 

Kejar Berkah, Istiqamah Sedekah


 

Artikel Terkait

Berdoa dengan Menyebut Nama Perantara (Tawassul) Orang yang Sudah Meninggal | YDSF
ZAKAT MAAL BULANAN | YDSF
Perintah dan Manfaat Muhasabah | YDSF
ZAKAT UNTUK HARTA CICILAN | YDSF
Perbedaan Shalat Tahajud dan Shalat Lail | YDSF
BOLEHKAH ZAKAT MAAL DALAM BENTUK BARANG? | YDSF
Tidak Shalat Jumat Lebih dari Tiga Kali | YDSF
PERBEDAAN ZAKAT, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF

 

Perjuangan Dion (Seorang Yatim yang Hanya Hidup dengan Neneknya) Wujudkan Asa



Tags: wukuf arafah, inti ibadah haji wukuf arafah, ydsf, wukuf, wukuf adalah, wukuf arafah adalah

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: