Berdoa dengan Menyebut Nama Perantara (Tawassul) Orang Yang Sudah Meninggal| YDSF

Berdoa dengan Menyebut Nama Perantara (Tawassul) Orang Yang Sudah Meninggal| YDSF

20 Juni 2009

Pernah tidak kita mendatangi suatu tempat yang dianggap keramat atau suci, kemudian berdoa di tempat tersebut? Dalih bahwa orang terhormat dan semacamnya akan membawa berkah pada setiap doa menjadi alasan. Bagaimana Islam memandangnya?

Berdoa dengan menyebut nama perantara sering kita sebut juga dengan istila bertawassul). Sebagian besar masyarakat sangat gemar berdoa denga dengan menyebutkan nama-nama ulama atau wali yang telah meninggal. Dengan anggapan, mereka dapat menyampaikan apa yang kita inginkan lebih mudah, karena memiliki derajat tinggi dan telah berada di tempat yang lebih dekat dengan Sang Pencipta.

Tawassul Tidak Dicontohkan Rasulullah saw.

Tawassul berasal dari kata wasilah, yang berarti perantara. Sedangkan semasa Rasulullah saw. hidup, beliau tidak pernah berdoa dengan melalui atau menyebut perantara. Bahkan hal ini bertentangan dengan firman Allah Swt. yang menyatakan bahwa Allah itu sangat dekat dengan setiap makhluk-Nya.

Hal tersebut tercantum dalam Surah Al-Baqarah ayat 186,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Al Alusi mengatakan doa dengan tawassul kepada orang yang sudah meninggal itu termasuk bid’ah, tidak pernah dikerjakan oleh para ulama terdahulu. Bahkan, Abu Yazid al Basthami mengatakan, “Makhluk minta tolong kepada makhluk itu sama dengan orang yang dipenjara minta tolong kepada penghuni penjara. Kalau ada permintaan pertolongan (istighatsah) melalui Nabi saw. Maka itu terjadi ketika beliau masih hidup.” (Tafsir Al Munir, Dr. Wahbah Az Zukhaili, juz VI, hal. 176).

Pernyataan terakhir dari Abu Yazid tentang ‘Kalau ada permintaan pertolongan (istighatsah) melalui Nabi saw. Maka itu terjadi ketika beliau masih hidup.’ pun juga masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Karena hingga saat ini pun masih ada dari kita yang bertawassul dengan menggunakan nama Rasulullah saw. sedangkan beliau telah wafat.

Sedangkan contoh yang diberikan Allah dan Rasulullah saw., berdoa itu dengan menyebut salah satu dari 99 asma Allah (Asmaul Husna). Teladan tersebut juga telah disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya,

وَلِلّهِ الأَسْمَاء الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

"Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaaul Husna itu." (QS. Al-A'raf: 180)

Sebagaimana yang selalu kita pelajari bahwa Asmaul Husna merupakan nama-nama mulia dari sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah Swt. Dengan menyebut salah satu dari nama-nama mulia Allah tersebut, ini berarti kita telah menjalankan apa yang diperintahkan Allah. Dan membuat kita berbeda dengan orang jahiliyah, yang setiap doa mereka menyebut nama-nama berhala, Lata dan Uzza pada zaman itu namanya. Hal itu tentunya sudah masuk dalam kategori syirik. Padahal, Allah tidak bisa dibandingkan bahkan disetarakan dengan makhluk dan benda apapun itu.

Dengan selalu menyebut Allah dalam setiap doa yang kita panjatkan kepada-Nya, sejatinya juga dapat melatih diri dan hati untuk selalu terpaut dengan Allah. Sehingga rasa dekat dengan Allah juga bisa semakin terpupuk.

Adapun perintah untuk mencari wasilah dalam mencari kedekatan (taqarrub) kepada Allah, juga disebutkan dalam  Surah Al-Maidah ayat 35 yang artinya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Merujuk pada ayat tersebut, kata wasilah diartikan dengan jalan oleh tim Al-Qur’an Depag RI. Tafsir ayat ini pun dikembangkan oleh para ulama dengan iman dan taqwa atau iman dan amal. Maksudnya adalah mencari jalan yang mendekatlan diri kepada Allah dengan berpegang iman dan taqwa atau iman dan amal.

Salah satu dari 99 Asmaul Husna Allah Swt. yang bisa kita gunakan dalam berdoa adalah Ar Rahman (Maha Pengasih). Hal ini dengan jelas dipaparkan dalam firman Allah Swt.,

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu",” (Surah Al-Isra’: 110)

Jadi, sudah berdoa dengan benar hari ini?

 

Disadur dari Majalah Al Falah Edisi Juni 2009

 

Baca juga:

Hukum Aqiqah Bagi Bayi yang Meninggal

CARA MENCARI BERKAH (TABARRUK) ALLAH SESUAI SYARIAT ISLAM | YDSF

Durasi Bertahan Hidup Virus Corona Pada Permukaan Benda | YDSF

FASE NEW NORMAL, HATI-HATI DENGAN OTG | YDSF

Persiapan Diri Memasuki Era New Normal | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: