Perintah dan Manfaat Muhasabah | YDSF

Perintah dan Manfaat Muhasabah | YDSF

4 September 2020

Muhasabah berasal dari kata hisab, yang berarti melakukan perhitungan.  Secara syar’i muhasabah dipahami sebagai intropeksi. Bertanya kepada diri sendiri tentang perbuatan yang dia lakukan dan memastikan apakah perbuatan yang dilakukan sesuai dengan perintah Allah Ta’ala.

Rasulullah SAW merupakan sosok yang sudah dijamin masuk surga oleh Allah. Beliau masih melakukan introspeksi diri dengan memohon ampunan selama seratus kali dalam sehari (HR. Muslim). Istighfar dan muhasabah Rasulullah SAW merupakan sikap syukur kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat yang diberikan sekaligus sebagai contoh untuk umatnya. Menurut ulama’, di samping sebagai contoh, istighfarnya adalah untuk perkara-perakara yang mubah dilakukan Rasulullah SAW, bukan untuk kesalahannya.

Perintah Muhasabah dalam Islam

Seorang mukmin diperintahkan Allah senantiasa bermuhasabah dan menyiapkan bekal kehidupan di akhirat. Tercantum dalam surat Al-Hasyr ayat 18:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Rasulullah juga menganjurkan umatnya untuk selalu bermuhasabah. Bahkan beliau memasukkan orang yang bermuhasabah sebagai orang yang pandai (cerdas). Hadis riwayat Imam At Tirmidzi menyebut:

“Orang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.”

Salah satu tujuan muhasabah adalah untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk yang telah dilakukan. Jika kita mendapati telah melakukan amal buruk atau telah melewatkan suatu amal kebaikan, maka ia akan mengganti dengan amal yang lebih baik lagi.

Tuntunan Rasulullah:

“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Baca juga: Sempurnakan Ibadah dengan Muhasabah | YDSF

Manfaat Muhasabah bagi Muslim

  1. Meningkatkan Semangat dan Kualitas Ibadah

Setelah bermuhasabah, seseorang biasanya merasa dirinya memiliki banyak kesalahan. Dengan mengingat dosa dan kesalahan yang telah lalu akan menumbuhkan semangat untuk beribadah dengan lebih baik. Mencegah diri agar tidak kembali melakukan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya.

Menjadikan masa lalunya sebagai tolok ukur untuk menjadi lebih baik dengan selalu meningkatkan kualitas ibadahnya.

  1. Mencegah dari Sifat Sombong

Kita sering merasa aman dari dosa dan kesalahan. Karena Allah masih menutup aib kita dari orang lain, dan Allah masih menahan untuk tidak memberi balasan kepada kita di dunia. Tetapi, Allah melihat dan mencatat semua amal perbuatan kita.

Allah berfirman dalam surat An-Najm ayat 32:

“…Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia (Allah) mengetahui tentang orang yang bertakwa.”

Bermuhasabah akan mencegah kita dari sifat sombong. Karena selalu ingat kesalahan yang dibuatnya, walaupun orang lain tidak ada yang tahu.

Muhammad bin Wasi’ rahimahullah  berkata, “Andaikan dosa itu memiliki bau, tentu tidak ada dari seorang pun yang ingin duduk dekat-dekat denganku.” 

  1. Memanfaatkan waktu dengan baik

Muhasabah berarti mengoreksi waktu yang telah kita habiskan. Seberapa banyak waktu yang kita habiskan untuk beribadah? Seberapa banyak yang sia-siakan? Sebagai seorang muslim selayaknya kita selalu mengisi waktu dengan beribadah.

Ibnu ‘Asakir pernah menceritakan tentang Salim bin Ayyub Ar-Razi bahwa ia terbiasa mengoreksi dirinya dalam setiap nafasnya. Ia tidak pernah membiarkan waktu tanpa faedah. Kalau kita menemuinya pasti waktu Salim Ar-Razi diisi dengan menyalin, belajar atau membaca.

  1. Meringankan Hisab pada Hari Kiamat

Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Mukmin yang rajin menghisab dirinya dan ia mengetahui bahwa ia akan berada di hadapan Allah kelak. Sedangkan orang munafik adalah orang yang lalai terhadap dirinya sendiri (enggan mengoreksi diri). Semoga Allah merahmati seorang hamba yang terus mengoreksi dirinya sebelum datang malaikat maut menjemputnya.”

Maka siapa pun kita, hendaklah muhasabah diri, baik orang yang bodoh maupun orang yang berilmu, karena manfaat yang besar. Sebelum beramal hendaklah kita bermuhasabah, begitu pula setelah kita beramal, kita bermuhasabah pula. Jangan sampai amal kita menjadi sia-sia.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi September 2020

 

 Bayar Zakat Online:

 

Baca juga:

Amalan Ringan Berpahala Besar

Jamak Shalat Karena Sakit | YDSF

ANJAY DILARANG, BEGINI ADAB BERBICARA DALAM ISLAM | YDSF

Bagaimana Cara Membedakan Bid’ah atau Bukan?

KONSULTASI ZAKAT DI YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: