Perbedaan Shalat Tahajud dan Shalat Lail | YDSF

Perbedaan Shalat Tahajud dan Shalat Lail | YDSF

15 Maret 2022

Beberapa muslim di dunia ini, mungkin masih belum mengetahui tentang Shalat tahajud dan Shalat lail. Kedua istilah tersebut, apakah hal yang sama atau beda? Jika beda, di mana saja letak perbedaannya? Berikut penjelasannya!

Dalam Islam, terdapat banyak jenis ibadah sunnah yang dapat dilakukan oleh setiap muslim, sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits. Salah satunya adalah shalat sunnah tahajud. Allah Swt. telah memerintahkan hambaNya untuk melaksanakan shalat tahajud melalui surah Al-Isra’ ayat 79 berikut,

  وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”

Selain itu, terdapat hadits dari Abu Hurairah r.a., Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah (Muharram). Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163)

 

Baca juga: Kupas Tuntas Perbedaan Madzab dalam Shalat

 

Shalat Tahajud dan Shalat Lail

Sebenarnya, istilah shalat lail disebut juga shalat malam atau juga qiyamul lail atau juga tahajud, termasuk sejenis dengan shalat tarawih ketika Ramadhan. Dengan kata lain, empat istilah tersebut memiliki satu makna. Oleh karena itu, rakaatnya pun sama, yaitu 11 rakaat.

Dari Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah lebih dari sebelas rakaat baik di dalam Ramadhan maupun di luar Ramadhan, yaitu beliau shalat empat rakaat. Jangan tanya tentang bagus dan panjangnya, lalu shalat lagi empat rakaat. Jangan tanya tentang bagus dan panjangnya, lalu shalat lagi tiga rakaat.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Nasa’i).

Apa yang dimaksud hadits dari Aisyah di atas adalah shalat malam. Kalau dikatakan baik di bulan Ramadhan maupun tidak, berarti shalat tarawih dan yang bukan tarawih adalah sama, yaitu 11 rakaat.

Adapun pendapat lain mengatakan terkadang jumlah rakaat ditambah dua rakaat sunnah, menjadi 13 rakaat. Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, “Dua rakaat setelah witir itu tanda bahwa masih bolehnya dua rakaat setelah witir dan jika seseorang telah mengerjakan shalat witir bukan berarti tidak boleh lagi mengerjakan shalat sunnah sesudahnya. Adapun hadits ‘Jadikanlah akhir shalat kalian di malam hari adalah shalat witir’, yang dimaksud menjadikan shalat witir sebagai penutup shalat malam hanyalah sunnah (bukan wajib). Artinya, dua rakaat sesudah witir masih boleh dikerjakan.” (Zaad Al-Ma’ad, 1:322-323).

 

Baca juga: Sujud Setelah Shalat | YDSF

 

Shalat Witir dan Shalat Hajat

Mayoritas muslim mengenal shalat witir sebagai penutup dari shalat malam. Istilah “witir” sendiri secara bahasa berarti ganjil. Sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ

Sesungguhnya Allah itu witir (tunggal) dan menyukai yang witir (ganjil).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sesuai hadits tersebut, shalat witir dikerjakan dengan jumlah kelipatan ganjil, bisa satu rakaat, tiga rakaat, dan kelipatan ganjil selanjutnya. Mayoritas ulama mengatakan, bahwa shalat witir hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang dianjurkan).

Waktu pengerjaan shalat witir berada diantara setelah isya hingga sebelum subuh. Ibnu ‘Umar r.a. berkata, “Barangsiapa yang melaksanakan shalat malam, maka jadikanlah akhir shalat malamnya adalah witir karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan hal itu. Dan jika fajar tiba, seluruh shalat malam dan shalat witir berakhir, karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Shalat witirlah kalian sebelum fajar.” (HR. Ahmad, hadits ini shahih menurut Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)

Berbeda dengan shalat witir, shalat hajat adalah shalat sunnah dua rakaat karena ada keperluan yang sangat penting, usai mengerjakan shalat berdoa dan menyebutkan hajat yang dimaksud. Dari Abu Darda r.a., Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Siapa saja berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu shalat dua rakaat (shalat hajat) dengan sempurna pula, maka Allah akan memberinya apa yang dia minta baik segera atau tertunda.” (HR. Ahmad)

Sehingga, pada intinya shalat tarawih, shalat tahajud, serta segala shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari merupakan bagian atau jenis dari shalat lail (shalat malam).

 

Sumber: Disadur dari Majalah Al Falah Edisi 282 Bulan September 2011

 

Sedekah dari Rumah:


Artikel Terkait:
Shalat Khusyuk Itu Mudah
Perbedaan Pahala Shalat Di Masjid Dan Mushola | YDSF
Menegur Anak Dan Menantu Tidak Shalat | YDSF
Jamak Shalat Karena Macet | YDSF
Mendahulukan Jamak-Qashar Dalam Shalat Fardhu | YDSF
Gerakan Shalat Dan Terapi Untuk Kesehatan | YDSF

Tags: Shalat tahajjud, shalat lail, shalat witir, shalat hajat, shalat sunnah

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: