9 Langkah Menuju Derajat Taqwa | YDSF

9 Langkah Menuju Derajat Taqwa | YDSF

5 Desember 2023

Ada langkah-langkah yang bisa dilakukan sebagai seorang muslim untuk meningkatkan derajat taqwa. Dengan adanya peningkatan kualitas derajat taqwa ini diharapkan dapat menjadi sarana agar kita bisa lebih dekat dengan Allah Swt. Selalu ingat kepada-Nya, sehingga setiap langkah selalu memperhatikan rambu-rambu syari yang telah ditetapkan oleh-Nya. 

Kata taqwa berasal dari bahasa Arab waqa-yaqi-wiqayah yang berarti menjaga atau memelihara diri. Sementara secara istilah, taqwa berarti menjaga diri untuk tetap taat menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan Allah. Dalam Islam, bertaqwa kepada Allah sudah menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan seorang muslim. Bahkan, kata taqwa dalam Al-Qur’an sampai disebutkan sebanyak 19 kali. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan taqwa.

Dalam Al-Qur’an Allah Swt. berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali Imran: 102).

Membahas tentang taqwa, banyak sahabat, tabiin, hingga perawi hadits yang memiliki cara masing-masing untuk mencapai puncak ketaqwaan. Bagaimana Abu Hurairah bisa menghafal dan meriwayatkan 5.374 hadits, (islam.nu.or.id, 6-4-2018) jauh melebihi sahabat zain nya? Padahal ia hidup bersama Nabi Muhammad hanya tiga tahun saja. Bagaimana pula dengan Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) bisa jadi ahli ilmu dan pakar tafsir Al-Qur’an yang diakui para sahabat senior, sedangkan ia baru lahir tiga tahun sebelum hijrah?

Mengapa mereka bisa mencapai derajat optimal dengan ciri khas masing-masing sedangkan semua itu berasal dari satu guru dan ilmu yang sama? Barangkali jawabnya adalah lantaran mereka melakukan tarbiyah dzatiyah (swadidik diri) dengan penuh komitmen dan berkelanjutan. Dengan sarana apa saja seorang mukmin menapaki upaya peningkatan diri menuju titik optimal seperti itu?

Baca juga: Doa Memohon Ketakwaan & Kesucian Jiwa | YDSF

Di bawah ini adalah beberapa sarana yang bisa digunakan untuk menuju derajat taqwa (disarikan dari buku Tarbiyah Dzatiyah, Abdullah bin Abdul Aziz Al Aidan, An Nadwah, Jakarta, 2002).

1. Melakukan Evaluasi Diri (Muhasabah) Secara Tulus dan Mendalam

Seandainya manusia boleh bertindak semaunya tanpa ada pengawasan dan tanpa ada perhitungan, tentu dengan bodohnya menghambur-hamburkan kehidupannya sebagaimana orang bodoh menghamburkan hartanya.

Rasulullah saw. bersabda, “Orang berakal (cerdas) ialah orang yang melakukan evaluasi dirinya dan berbuat untuk (kepentingan) akhirat. Dan orang yang lemah (akal) ialah orang yang mengikatkan dirinya pada hawa nafsu dan hanya berangan-angan terhadap Allah (saja).” (HR. Tirmidzi).

Apa saja yang dievaluasi? Begini pesan Nabi, “Pada Hari Kiamat, kedua kaki seorang hamba tidak dapat bergerak, hingga ia ditanya empat hal: tentang umurnya untuk apa digunakan, tentang masa mudanya ke mana dihabiskan, tentang hartanya dari mana didapat dan dibelanjakan untuk apa, serta tentang ilmunya yang telah ia amalkan.” (HR. Tirmidzi).

2. Taubat dari Segala Dosa

Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa manusia tempatnya salah dan dosa, maka bertaubat menjadi solusi penting yang harus dilakukan oleh umat muslim agar tidak selalu terjerumus dalam kesesatan.

Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (QS. An-Nisa: 146).

3. Mencari ilmu dan Memperluas Wawasan

Ada ucapan Imam Syafii yang paling masyhur, “Siapa saja yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan siapa saja yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.” (Manaqib Asy Syafi’i, 2/139).

Dan Imam Bukhari menulis bab alam Kitab Shahih-nya: Al Ilmu Qoblal Qoul wal Amal ‘Ilmu itu Sebelum Ucapan dan Perbuatan.’

4. Mengerjakan Amalan-Amalan Iman

Untuk merintis jalan swadidik diri, tiap mukmin mesti meniti jalan keimanan. Karena, makin yakin kita kepada Allah maka makin kuat pula tekad kita taat kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt.,

Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. An-Nur: 52).

Baca juga: Tips Meraih Pahala Terbaik dari Allah | YDSF

5. Shalat lima Waktu Berjamaah

Dan bentuk ketaatan paling nyata adalah bersujud. Itulah shalat. Maka, amalan iman yang pertama dan utama adalah shalat. Kemudian mengerjakannya di awal waktu dan secara berjamaah. Rasulullah saw. bersabda,

"Manusia yang paling besar pahalanya dalam mengerjakan shalat adalah yang lebih jauh jalannya, kemudian yang lebih jauh lagi. Orang yang sedang menunggu pelaksanaan shalat, sehingga dia mengerjakannya bersama imam, adalah lebih besar pahalanya daripada orang yang mengerjakan shalat kemudian tidur." (HR. Muslim)

6. Shalat Sunnah sebagai Bonus

Siapa yang tidak ingin bonus? Tidak hanya orang dewasa, bonus juga disukai anak-anak. Maka, shalat sunnah adalah bonus dari Allah. Abdullah bin Umar menuturkan, ““Saya terus menjaga (amalan) dari Rasulullah 10 rakaat shalat sunnah, yaitu: dua rakaat sebelum Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Magrib dan dua rakaat sesudah Isya, serta dua rakaat sebelum Subuh.” (Muttafaq alaih).

Dalam riwayat lain disebutkan, “Tidaklah seorang muslim mendirikan shalat sunnah, ikhlas karena Allah, sebanyak 12 rakaat selain shalat fardhu, melainkan Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga.” (HR. Muslim). Angka 12 ini karena ada riwayat lain empat rakaat sebelum Dhuhur.

Shalat tahajud juga sebagai bonus dan paling disukai Nabi saw. “Dan pada sebagian malam, tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra: 79).

7. Merutinkan Zikir Pagi dan Petang

Ibarat bertinju, ada dua petarung namun yang satu matanya ditutup. Tentu tidak seimbang. Namun Allah membekali manusia dengan doa dan dzikir sebagai perlindungan. Maka rutinkan dzikir pada waktu subuh dan Ashar/Maghrib, antara lain dengan melafalkan Al-Fatihah, Al-Baqarah: 1-5, Ayat Kursi, dua ayat setelah ayat kursi (Al-Baqarah: 256-257), tiga ayat terakhir Al-Baqarah: 284- 286, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.

8. Memperhatikan Aspek Akhlak

Salah satu ciri utama yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim ialah berakhlaqul karimah atau memiliki akhlak yang baik. “Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan amal seorang mukmin pada Hari Kiamat selain akhlak yang baik…” (HR. Tirmidzi).

Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik (akhlaknya) kepada keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku.” (HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah).

9. Terlibat dalam Kegiatan Dakwah/Kebaikan

Seorang ustadz menulis di Facebook. “Jika tak sibuk dengan kebaikan, maka akan sibuk dengan kemaksiatan.” Sesungguhnya waktu, harta, ilmu, dan tenaga kita ini ujian. Apakah kita gunakan untuk ketaatan bersama saudara-saudara muslim lainnya atau justru sebaliknya.

Nabi saw. telah memperingatkan, “Sesungguhnya serigala hanya memangsa domba yang tercecer dari kawanannya.” (HR. Abu Daud & Ibnu Majah).

Sumber Majalah Al Falah Edisi Bulan Agustus 2023

 

Ikhtiar Bantu Palestina:


 

Artikel Terkait:

Sempurnakan Ibadah dengan Muhasabah | YDSF
Perintah dan Manfaat Muhasabah | YDSF
Muhasabah ala Sahabat Rasulullah saw. | YDSF
Mengatasi Darurat Akhlak | YDSF
Meraih Akhlak dengan Zakat | YDSF
Perbaiki Hati Sebelum Amal | YDSF
5 Tips Membersihkan Hati, Pikiran, dan Niat | YDSF
Amalan yang Merusak Amalan Lainnya | YDSF



Kajian Riyadhus Shalihin Bab Taubat:

Tags: taqwa, langkah menuju taqwa, bertaqwa kepada Allah, tips taqwa, arti taqwa, makna taqwa

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: