Ada langkah-langkah yang bisa dilakukan sebagai seorang muslim untuk meningkatkan derajat taqwa. Dengan adanya peningkatan kualitas derajat taqwa ini diharapkan dapat menjadi sarana agar kita bisa lebih dekat dengan Allah Swt. Selalu ingat kepada-Nya, sehingga setiap langkah selalu memperhatikan rambu-rambu syari yang telah ditetapkan oleh-Nya.
Kata taqwa
berasal dari bahasa Arab waqa-yaqi-wiqayah yang berarti menjaga atau
memelihara diri. Sementara secara istilah, taqwa berarti menjaga diri untuk
tetap taat menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan Allah. Dalam
Islam, bertaqwa kepada Allah sudah menjadi sebuah kewajiban yang harus
dilakukan seorang muslim. Bahkan, kata taqwa dalam Al-Qur’an sampai disebutkan
sebanyak 19 kali. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan taqwa.
Dalam Al-Qur’an
Allah Swt. berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali Imran:
102).
Membahas tentang taqwa,
banyak sahabat, tabiin, hingga perawi hadits yang memiliki cara masing-masing
untuk mencapai puncak ketaqwaan. Bagaimana Abu Hurairah bisa menghafal dan
meriwayatkan 5.374 hadits, (islam.nu.or.id, 6-4-2018) jauh melebihi
sahabat zain nya? Padahal ia hidup bersama Nabi Muhammad hanya tiga tahun saja.
Bagaimana pula dengan Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) bisa jadi ahli ilmu dan
pakar tafsir Al-Qur’an yang diakui para sahabat senior, sedangkan ia baru lahir
tiga tahun sebelum hijrah?
Mengapa mereka
bisa mencapai derajat optimal dengan ciri khas masing-masing sedangkan semua itu
berasal dari satu guru dan ilmu yang sama? Barangkali jawabnya adalah lantaran
mereka melakukan tarbiyah dzatiyah (swadidik diri) dengan penuh komitmen dan
berkelanjutan. Dengan sarana apa saja seorang mukmin menapaki upaya peningkatan
diri menuju titik optimal seperti itu?
Baca juga: Doa Memohon Ketakwaan & Kesucian Jiwa | YDSF
Di bawah ini
adalah beberapa sarana yang bisa digunakan untuk menuju derajat taqwa (disarikan
dari buku Tarbiyah Dzatiyah, Abdullah bin Abdul Aziz Al Aidan, An Nadwah,
Jakarta, 2002).
1. Melakukan Evaluasi Diri (Muhasabah) Secara Tulus dan Mendalam
Seandainya
manusia boleh bertindak semaunya tanpa ada pengawasan dan tanpa ada perhitungan,
tentu dengan bodohnya menghambur-hamburkan kehidupannya sebagaimana orang bodoh
menghamburkan hartanya.
Rasulullah saw.
bersabda, “Orang berakal (cerdas) ialah orang yang melakukan evaluasi
dirinya dan berbuat untuk (kepentingan) akhirat. Dan orang yang lemah (akal)
ialah orang yang mengikatkan dirinya pada hawa nafsu dan hanya berangan-angan
terhadap Allah (saja).” (HR. Tirmidzi).
Apa saja yang
dievaluasi? Begini pesan Nabi, “Pada Hari Kiamat, kedua kaki seorang hamba
tidak dapat bergerak, hingga ia ditanya empat hal: tentang umurnya untuk apa
digunakan, tentang masa mudanya ke mana dihabiskan, tentang hartanya dari mana
didapat dan dibelanjakan untuk apa, serta tentang ilmunya yang telah ia
amalkan.” (HR. Tirmidzi).
2. Taubat dari Segala Dosa
Sebagaimana
disebutkan dalam hadits bahwa manusia tempatnya salah dan dosa, maka bertaubat
menjadi solusi penting yang harus dilakukan oleh umat muslim agar tidak selalu
terjerumus dalam kesesatan.
“Kecuali
orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka
mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan
kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (QS. An-Nisa: 146).
3. Mencari ilmu dan Memperluas Wawasan
Ada ucapan Imam
Syafii yang paling masyhur, “Siapa saja yang menginginkan (kebahagiaan)
dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan siapa saja yang menginginkan
(kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.” (Manaqib Asy Syafi’i,
2/139).
Dan Imam Bukhari
menulis bab alam Kitab Shahih-nya: Al Ilmu Qoblal Qoul wal Amal ‘Ilmu
itu Sebelum Ucapan dan Perbuatan.’
4. Mengerjakan Amalan-Amalan Iman
Untuk merintis
jalan swadidik diri, tiap mukmin mesti meniti jalan keimanan. Karena, makin
yakin kita kepada Allah maka makin kuat pula tekad kita taat kepada-Nya.
Sebagaimana firman Allah Swt.,
“Dan barang
siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa
kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS.
An-Nur: 52).
Baca juga: Tips Meraih Pahala Terbaik dari Allah | YDSF
5. Shalat lima Waktu Berjamaah
Dan bentuk
ketaatan paling nyata adalah bersujud. Itulah shalat. Maka, amalan iman yang
pertama dan utama adalah shalat. Kemudian mengerjakannya di awal waktu dan
secara berjamaah. Rasulullah saw. bersabda,
"Manusia
yang paling besar pahalanya dalam mengerjakan shalat adalah yang lebih jauh
jalannya, kemudian yang lebih jauh lagi. Orang yang sedang menunggu pelaksanaan
shalat, sehingga dia mengerjakannya bersama imam, adalah lebih besar pahalanya
daripada orang yang mengerjakan shalat kemudian tidur." (HR. Muslim)
6. Shalat Sunnah sebagai Bonus
Siapa yang tidak
ingin bonus? Tidak hanya orang dewasa, bonus juga disukai anak-anak. Maka,
shalat sunnah adalah bonus dari Allah. Abdullah bin Umar menuturkan, ““Saya terus
menjaga (amalan) dari Rasulullah 10 rakaat shalat sunnah, yaitu: dua rakaat sebelum
Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Magrib dan dua rakaat sesudah
Isya, serta dua rakaat sebelum Subuh.” (Muttafaq alaih).
Dalam riwayat
lain disebutkan, “Tidaklah seorang muslim mendirikan shalat sunnah, ikhlas
karena Allah, sebanyak 12 rakaat selain shalat fardhu, melainkan Allah akan membangunkan
baginya sebuah rumah di surga.” (HR. Muslim). Angka 12 ini karena ada riwayat
lain empat rakaat sebelum Dhuhur.
Shalat tahajud
juga sebagai bonus dan paling disukai Nabi saw. “Dan pada sebagian malam,
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra: 79).
7. Merutinkan Zikir Pagi dan Petang
Ibarat bertinju,
ada dua petarung namun yang satu matanya ditutup. Tentu tidak seimbang. Namun
Allah membekali manusia dengan doa dan dzikir sebagai perlindungan. Maka
rutinkan dzikir pada waktu subuh dan Ashar/Maghrib, antara lain dengan melafalkan
Al-Fatihah, Al-Baqarah: 1-5, Ayat Kursi, dua ayat setelah ayat kursi
(Al-Baqarah: 256-257), tiga ayat terakhir Al-Baqarah: 284- 286, Al-Ikhlas,
Al-Falaq, dan An-Nas.
8. Memperhatikan Aspek Akhlak
Salah satu ciri
utama yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim ialah berakhlaqul karimah
atau memiliki akhlak yang baik. “Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan
amal seorang mukmin pada Hari Kiamat selain akhlak yang baik…” (HR. Tirmidzi).
“Sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik (akhlaknya) kepada keluarganya. Dan aku orang
yang paling baik bagi keluargaku.” (HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah).
9. Terlibat dalam Kegiatan Dakwah/Kebaikan
Seorang ustadz
menulis di Facebook. “Jika tak sibuk dengan kebaikan, maka akan sibuk dengan
kemaksiatan.” Sesungguhnya waktu, harta, ilmu, dan tenaga kita ini ujian.
Apakah kita gunakan untuk ketaatan bersama saudara-saudara muslim lainnya atau
justru sebaliknya.
Nabi saw. telah
memperingatkan, “Sesungguhnya serigala hanya memangsa domba yang tercecer
dari kawanannya.” (HR. Abu Daud & Ibnu Majah).
Sumber Majalah Al Falah Edisi Bulan Agustus 2023
Ikhtiar Bantu Palestina:
Artikel Terkait:
Sempurnakan Ibadah dengan Muhasabah | YDSF
Perintah dan Manfaat Muhasabah | YDSF
Muhasabah ala Sahabat Rasulullah saw. | YDSF
Mengatasi Darurat Akhlak | YDSF
Meraih Akhlak dengan Zakat | YDSF
Perbaiki Hati Sebelum Amal | YDSF
5 Tips Membersihkan Hati, Pikiran, dan Niat | YDSF
Amalan yang Merusak Amalan Lainnya | YDSF
Kajian Riyadhus Shalihin Bab Taubat: