Untuk dapat
menjaga ketakwaan dan kesucian jiwa, sebagai seorang muslim tentu juga harus
diiringi dengan doa. Karena, tak ada Dzat lain yang dapat membantu kita untuk
terus menjaga keteguhan takwa dan kesucian jiwa selain Allah Swt.
Menjaga Ketakwaan dan Kesucian Jiwa
Sebagai manusia, kita
harus memiliki keteguhan hati. Dengan hal inilah kita menjadi seseorang yang
memiliki prinsip. Tidak mudah goyah dengan adanya segala godaan atau lemah saat
menghadapi ujian.
Takwa itu tidak
semudah kata yang kita baca, tulis, dan ucapkan. Bentuk takwa adalah dengan
benar-benar menjalankan setiap perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya.
Mungkin terdengar mudah. Namun, pada realisasinya akan ada banyak godaan dan ujian.
Ketakwaan bukan
hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah mahdhah saja. Dalam menjaga ketakwaan,
kita juga harus benar-benar mengamalkan apa yang telah diajarkan dalam Islam.
Bagaimana bermuamalah dengan sesama, hingga menjaga dengan baik hubungan hablu
minannas (dengan sesama manusia) pula.
Salah satu penunjang
teguhnya takwa adalah dengan menjaga kesucian hati pula. Hati yang suci akan
lebih mudah dalam mengamalkan ibadah dan kebaikan lainnya. Selain itu, juga dapat
bertindak lebih baik karena selalu bisa mempertimbangkan terlebih dahulu dampak-dampak
yang akan muncul dari setiap apa yang dilakukan.
Oleh karena itu,
menjaga ketakwaan dan kesucian jiwa merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Kisah Hakim, Sahabat yang
Memiliki Keteguhan Hati
Salah satu kisah
dari sahabat Rasulullah saw. yang memiliki keteguhan hati adalah Hakim bin
Hamzah. Pemuda yang juga merupakan keponakan dari Khadijah r.a. ini memang
tidak langsung memeluk Islam saat mengetahui dakwah Rasulullah.
Baca juga: WAKTU TERBAIK TERKABULNYA DOA | YDSF
Sejak sebelum
Rasulullah saw. diangkat menjadi nabi dan rasul, Hakim merupakan teman dekat
Rasulullah saw. Kebijaksanaan yang tertanam dalam dirinya inilah yang membuat
Hakim tidak pernah menyakiti umat muslim meski dirinya belum memeluk Islam. Dririnya
tidak pernah ikut-ikutan kaum Quraisy yang lain dalam meboikot Rasulullah dan
umat muslim, padahal Hakim sendiri merupakan seorang keturunan bangsawan Quraisy.
Hakim baru
menjadi seorang muslim setelah pembebasan kota Mekkah (fathu Makkah). Tepatnya
dua puluh tahun setelah Rasulullah saw. mendakwahkan Islam. Pascamualaf, Hakim
bersumpah akan menjauhkan diri dari kebiasaan jahiliah dan menghentikan bantuan
dana kepada Quraisy. Harta yang dimilikinya, dipindahkan untuk mendukung kegiatan
dakwah dan kebutuhan Rasulullah serta umat muslim saat itu.
Apa yang telah ia
niatkan pun benar-benar dilakukan. Setiap musim haji, Hakim selalu memberikan
bantuan untuk umat muslim. Contohnya, saat dia wukuf di Arafah dengan seratus
orang hamba sahayanya. Masing-masing sahaya tergantung di lehernya sebuah
kalung perak bertuliskan kalimat, "Bebas karena Allah Azza wa jalla, dari
Hakim bin Hazam". Selesai menunaikan ibadah haji, semua budak itu
dimerdekakan. Masya Allah.
Pernah, sekali ia
melakukah khilaf. Usai Perang Hunain, Hakim meminta harta rampasan perang, lalu
Rasulullah pun memberikannya. Tak lama, Hakim pun meminta kembali. Dan, Rasulullah
pun memberinya kembali. Lalu, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya harta itu
manis dan enak. Siapa yang mengambilnya dengan rasa syukur dan rasa cukup, dia
akan diberi berkah dengan harta itu. Dan siapa yang mengambilnya dengan nafsu
serakah, dia tidak akan mendapat berkah dengan harta itu. Bahkan dia seperti
orang makan yang tidak pernah merasa kenyang. Tangan yang di atas (memberi)
lebih baik daripada tangan yang di bawah (meminta atau menerima).”
Baca juga: Berdoa dengan Menyebut Nama Perantara (Tawassul) Orang yang Sudah Meninggal | YDSF
Mendengar sabda
tersebut, Hakim bersumpah bahwa dirinya tidak akan meminta-minta lagi selama
sisa hidupnya di dunia. Lagi, sumpah ini ditepatinya. Bahkan, saat masa
pemerintahan Abu Bakr hingga Umar bin Khattab, Hakim tidak pernah mengambil
gajinya sebagai pengurus baitul maal.
Khalifah Umar lantas
mengumumkan kepada masyarakat, "Wahai kaum Muslimin, aku telah memanggil
Hakim bin Hazam beberapa kali supaya mengambil gajinya dari Baitul Mal, tetapi
dia tidak mengambilnya."
Hinggal meninggal,
dirinya sudah tidak pernah lagi mengambil atau meminta sesuatu dari orang lain
sesuai dengan apa yang pernah ia katakan kepada Rasulullah saw.
Hakim benar-benar
menjaga apa yang telah ia janjikan. Ini merupakan bentuk contoh seseorang yang memiliki
prinsip karena teguh dalam menjaga hati dan takwanya kepada Allah Swt.
Doa Memohon Ketakwaan dan
Kesucian Jiwa
Lalu, bagaimana
lafadz doa memohon ketakwaan dan kesucian jiwa yang diajarkan Rasulullah saw.?
اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا،
وَزَكِّهَا، أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
Allahumma aati nafsi taqwaha wa zakkiha anta
khoiru man zakkaha anta waliyyuha wa maulaha
“Ya Allah berikan jiwaku ini ketakwaan, sucikan ia, Engkaulah sebaik-baik
yang mensucikannya, Engkau penolongnya dan pemiliknya.” (HR. Muslim)
Sahabat, mari
kita dampingi niat dalam menjaga ketakwaan dan kesucian jiwa dengan memanjatkan
doa kepada Allah Swt.
Zakat di YDSF:
MENUMBUHKAN KEBIASAAN BERBAGI MENJADI SEBUAH KEBUTUHAN HIDUP | YDSF
Hukum Puasa Weton dalam Islam | YDSF
MENDAHULUKAN JAMAK-QASHAR DALAM SHALAT FARDHU | YDSF
ZAKAT PADA BARANG INVESTASI | YDSF
KEUTAMAAN PUASA SENIN KAMIS | YDSF
Kriteria Yatim yang Berhak Menerima Santunan | YDSF
Pengukuhan Kembali YDSF sebagai LAZNAS: