Menguatkan kebaikan merupakan sebuah proses panjang. Dimulai dari bertaubat, menjauhi perbuatan-perbuatan yang diharamkan, dan berteman dengan orang-orang yang
dapat meningkatkan
kualitas ibadah.
Fase pertama yang harus dilalui seseorang yang ingin menguatkan kebaikannya adalah dengan
bertaubat. Jangan sampai
kita mengira sudah bersih dari
dosa. Tanyakan pada nurani, renungkan dosa-dosa
yang masih kita lakukan. Karena manusia
tempatnya salah dan khilaf. Rasulullah
berwasiat: “Jauhilah segala yang
haram niscaya kamu menjadi hamba yang
terbaik.”
Amalan pertama yang dibutuhkan untuk menguatkan kebaikan bukan
memperbanyak amalan-amalan
sunah, tetapi dengan meninggalkan
perbuatan-perbuatan dosa. Rasul
mengingatkan bahwa setiap dosa akan
meninggalkan noda hitam dalam hati. Dosa-dosa
inilah yang menjadikan hati menjadi
gelap dan sukar menerima kebaikan. Dengan
bertaubat dan tidak mengulanginya, akan
membersihkan hati dan siap menerima kebaikan.
Perbuatan yang awalnya mubah, jika diniati untuk menghindari dosa akan
bernilai ibadah. Apalagi
saat ini kemaksiatan bisa kapan
saja dan di mana saja. Tidur pun bisa bernilai
ibadah, jika dalam keadaan terjaga ada
kecenderungan untuk melakukan maksiat. Kebaikan dimulai dari hal-hal kecil
yang ada pada diri
sendiri, tidak harus yang terlihat oleh
orang banyak. Kebaikan ada di hal-hal kecil yang dibarengi dengan niat
baik. Intinya, tidak
melakukan maksiat.
Salah satu caranya adalah dengan membahagiakan diri dengan hal yang
halal. Contohnya saat
sedang banyak pikiran, carilah
hiburan yang halal, hiburan tidak harus
dengan perkara yang haram. Tentu etiap
orang memiliki kebahagiannya masing-masing.
Ada yang bahagia dengan makan,
jalan-jalan, bersenda gurau dengan keluarga
dan lainnya. Sibukkan diri dengan hal-hal
yang halal, maka itu akan menjadi kebaikan
terbesar yang diapresiasi oleh Allah dan
Rasulullah.
Baca juga: 6 Amalan Ringan Dan Mudah Menuju Surga | YDSF
Perbaiki Ahwal Sebelum
Amal
Ibnu Atha'illah juga mengatakan: “Amal yang baik muncul dari Ahwal (hati)
yang baik.” Amal adalah
perilaku atau ibadah yang dapat dilihat
dengan mata. Misalnya, shalat, sedekah, dan
lainnya. Sedangkan ahwal adalah kondisi hati atau batin ketika melakukan amal. Contohnya niatan atau pandangan
hati ketika shalat, puasa, sedekah, dan
sebagainya.
Kadang-kadang ahwal lebih penting daripada amal. Inilah yang sering
dibahas oleh orang-orang
tasawuf. Sedang amal telah dibahas oleh ahli fiqih. Apakah
saat sujud hati kita ikut
sujud? Apakah
saat ruku’ hati kita ikut
ruku’?
Ahwal yang baik menjadi sebuah pilar untuk meningkatkan kebaikan.
Kebaikan amal dimulai dari
hati yang baik. Amal yang sama
belum tentu memiliki ahwal yang sama. Sama-sama shalat tapi hasilnya bisa berbeda. Inilah poin penting bagi kita untuk memasuki bulan Ramadhan. Umumnya produktivitas kerja akan menurun
saat Ramadhan. Lantas,
apa yang kita perbaiki di bulan
Ramadhan?
Bukti kesuksesan bulan Ramadhan adalah menjadi lebih bertaqwa. Taqwa
secara amal mungkin bisa
turun, tetapi secara ahwal akan
naik. Saat Ramadhan kita sangat patuh kepada
Allah. Walaupun tidak ada yang melihat,
kita tidak akan membatalkan puasa. Ini
menunjukkan saat puasa walaupun amal turun
ahwal akan naik. Sehingga muncul perasaan
bahagia karena kita telah beribadah kepada
Allah. Menikmati ibadah kepada Allah
adalah tingkatan ahwal yang tinggi.
Orang yang hatinya baik tetapi amalnya sedikit, lebih baik daripada orang
yang amalnya banyak
tetapi hatinya kurang baik.
Baca juga: Tanda-tanda Allah Memberi Hidayah | YDSF
Berteman Orang Shalih
Ibnu Atha'illah as-Sakandari, dalam kitab hikam mengatakan: “jangan
selalu ikuti orang-orang
yang tidak meningkatkan kualitas penghambaan kita kepada
Allah.” Artinya, kita
mencari orang yang jika kita
bersamanya, kita menjadi semangat beribadah
kepada Allah. Cari orang yang perkataannya
membuat kita menjadi semangat
beribadah kepada Allah.
Tidak harus bertemu secara langsung, mendengarkan ceramah lewat media sosial juga bisa. Carilah
lingkungan yang mendukung
untuk beribadah. Bagi yang sudah
berkeluarga, suami istri diajak mengaji di
rumah. Kuatkan yang ada di sekitar kita, supaya
mereka juga bisa menguatkan kita.
Memperbaiki diri dan keluarga, memberi kesan baik ketika anak mengajarkan
ibadah kepada anak.
Harapannya dengan memberi pengalaman
yang baik ketika beribadah kepada
Allah akan memberi kesan kebaikan kepada
anak.
Sumber: Majalah Al Falah Edisi Mei 2021
Featured Image by Pexels
Sedekah Mudah dari Rumah:
Artikel Terkait:
Pilar Dakwah Di Rumah Kita
Contoh Istiqomah dalam Beribadah | YDSF
Asy Syifa’, Alquran Penyembuh Penyakit | YDSF
Cara Mencari Berkah (Tabarruk) Allah Sesuai Syariat Islam | YDSF
Makna Qurban dalam Islam | YDSF