Perbaiki Hati Sebelum Amal | YDSF

Perbaiki Hati Sebelum Amal | YDSF

7 Mei 2022

Menguatkan kebaikan merupakan sebuah proses panjang. Dimulai dari bertaubat, menjauhi perbuatan-perbuatan yang diharamkan, dan berteman dengan orang-orang yang dapat meningkatkan kualitas ibadah.

 

Fase pertama yang harus dilalui seseorang yang ingin menguatkan kebaikannya adalah dengan bertaubat. Jangan sampai kita mengira sudah bersih dari dosa. Tanyakan pada nurani, renungkan dosa-dosa yang masih kita lakukan. Karena manusia tempatnya salah dan khilaf. Rasulullah berwasiat: “Jauhilah segala yang haram niscaya kamu menjadi hamba yang terbaik.”

 

Amalan pertama yang dibutuhkan untuk menguatkan kebaikan bukan memperbanyak amalan-amalan sunah, tetapi dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa. Rasul mengingatkan bahwa setiap dosa akan meninggalkan noda hitam dalam hati. Dosa-dosa inilah yang menjadikan hati menjadi gelap dan sukar menerima kebaikan. Dengan bertaubat dan tidak mengulanginya, akan membersihkan hati dan siap menerima kebaikan.

 

Perbuatan yang awalnya mubah, jika diniati untuk menghindari dosa akan bernilai ibadah. Apalagi saat ini kemaksiatan bisa kapan saja dan di mana saja. Tidur pun bisa bernilai ibadah, jika dalam keadaan terjaga ada kecenderungan untuk melakukan maksiat. Kebaikan dimulai dari hal-hal kecil yang ada pada diri sendiri, tidak harus yang terlihat oleh orang banyak. Kebaikan ada di hal-hal kecil yang dibarengi dengan niat baik. Intinya, tidak melakukan maksiat.

 

Salah satu caranya adalah dengan membahagiakan diri dengan hal yang halal. Contohnya saat sedang banyak pikiran, carilah hiburan yang halal, hiburan tidak harus dengan perkara yang haram. Tentu etiap orang memiliki kebahagiannya masing-masing. Ada yang bahagia dengan makan, jalan-jalan, bersenda gurau dengan keluarga dan lainnya. Sibukkan diri dengan hal-hal yang halal, maka itu akan menjadi kebaikan terbesar yang diapresiasi oleh Allah dan Rasulullah.

 

Baca juga: 6 Amalan Ringan Dan Mudah Menuju Surga | YDSF

 

Perbaiki Ahwal Sebelum Amal

 

Ibnu Atha'illah juga mengatakan: “Amal yang baik muncul dari Ahwal (hati) yang baik.” Amal adalah perilaku atau ibadah yang dapat dilihat dengan mata. Misalnya, shalat, sedekah, dan lainnya. Sedangkan ahwal adalah kondisi hati atau batin ketika melakukan amal. Contohnya niatan atau pandangan hati ketika shalat, puasa, sedekah, dan sebagainya.

 

Kadang-kadang ahwal lebih penting daripada amal. Inilah yang sering dibahas oleh orang-orang tasawuf. Sedang amal telah dibahas oleh ahli fiqih. Apakah saat sujud hati kita ikut sujud? Apakah saat ruku’ hati kita ikut ruku’?

 

Ahwal yang baik menjadi sebuah pilar untuk meningkatkan kebaikan. Kebaikan amal dimulai dari hati yang baik. Amal yang sama belum tentu memiliki ahwal yang sama. Sama-sama shalat tapi hasilnya bisa berbeda. Inilah poin penting bagi kita untuk memasuki bulan Ramadhan. Umumnya produktivitas kerja akan menurun saat Ramadhan. Lantas, apa yang kita perbaiki di bulan Ramadhan?

 

Bukti kesuksesan bulan Ramadhan adalah menjadi lebih bertaqwa. Taqwa secara amal mungkin bisa turun, tetapi secara ahwal akan naik. Saat Ramadhan kita sangat patuh kepada Allah. Walaupun tidak ada yang melihat, kita tidak akan membatalkan puasa. Ini menunjukkan saat puasa walaupun amal turun ahwal akan naik. Sehingga muncul perasaan bahagia karena kita telah beribadah kepada Allah. Menikmati ibadah kepada Allah adalah tingkatan ahwal yang tinggi.

 

Orang yang hatinya baik tetapi amalnya sedikit, lebih baik daripada orang yang amalnya banyak tetapi hatinya kurang baik.

 
Baca juga: Tanda-tanda Allah Memberi Hidayah | YDSF

 

Berteman Orang Shalih

 

Ibnu Atha'illah as-Sakandari, dalam kitab hikam mengatakan: “jangan selalu ikuti orang-orang yang tidak meningkatkan kualitas penghambaan kita kepada Allah.” Artinya, kita mencari orang yang jika kita bersamanya, kita menjadi semangat beribadah kepada Allah. Cari orang yang perkataannya membuat kita menjadi semangat beribadah kepada Allah.

 

Tidak harus bertemu secara langsung, mendengarkan ceramah lewat media sosial juga bisa. Carilah lingkungan yang mendukung untuk beribadah. Bagi yang sudah berkeluarga, suami istri diajak mengaji di rumah. Kuatkan yang ada di sekitar kita, supaya mereka juga bisa menguatkan kita.

 

Memperbaiki diri dan keluarga, memberi kesan baik ketika anak mengajarkan ibadah kepada anak. Harapannya dengan memberi pengalaman yang baik ketika beribadah kepada Allah akan memberi kesan kebaikan kepada anak.

 

 

Sumber: Majalah Al Falah Edisi Mei 2021

 

Featured Image by Pexels

 

Sedekah Mudah dari Rumah:



Artikel Terkait:
Pilar Dakwah Di Rumah Kita
Contoh Istiqomah dalam Beribadah | YDSF
Asy Syifa’, Alquran Penyembuh Penyakit | YDSF
Cara Mencari Berkah (Tabarruk) Allah Sesuai Syariat Islam | YDSF
Makna Qurban dalam Islam | YDSF

Tags: hati, amal, amal baik, orang shalih

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: