Mengatasi Darurat Akhlak | YDSF

Mengatasi Darurat Akhlak | YDSF

14 September 2022

Belakangan ini seringkali kita disuguhkan dengan berita-berita tentang pergeseran perilaku, sopan santun, dan etika. Pelakunya pun beragam. Bahkan orang yang berpendidikan sekali pun juga ada. Kita sedang darurat akhlak, sehingga perlu untuk kembali meresapi ajaran Islam dengan baik dan benar.

Seorang gadis mencibir ibu hamil yang meminta tolong untuk diberi tempat duduk di sebuah transportasi umum. Gadis itu tidak peduli dan bahkan mencibir. Videonya viral. Juga video seorang anak yang melemparkan barang-barang ke orang tuanya karena tidak dibelikan motor.

Kisah lain terjadi di Jakarta. Seorang putri keraton Yogyakarta dibully dengan sebutan kampungan. Penyebabnya, sang putri mengucapkan terima kasih kepada petugas keamanan yang membantunya menyeberang jalan. Di tempat lain, kita sering mendengar anak-anak melontarkan sumpah serapah ketika sedang main game online.

Miris dan merisaukan. Dari contoh-contoh di atas, kita bisa tahu apa yang sedang terjadi di masyarakat. Untuk itu, perlu kiranya kita membangun akhlak untuk mengatasinya.

Mengapa?

“Karena kita sedang mengalami darurat akhlak,” jawab Ustadz Marzuki Imron kepada Al Falah.

Menurut pendakwah yang lebih akrab disapa Ustadz Naruto itu, membangun akhlak bukan lagi hanya urusan guru agama. Tapi ini urusan kita semua, karena kita dalam keadaan krisis akhlak.

Lalu bagaimana menyadarkannya?

Lebih lanjut, beliau menerangkan setiap orang tua tentu memiliki pengalaman hidup, maka harus menunjukkan contoh kepada yang muda. Banyak orang hebat, bukan karena kepintarannya, tapi karena keramahan sikap dan sopan santunnya.

Ceritakan bagaimana Sahabat Ali bin Abi Thalib berjalan di belakang seorang lansia Nasrani. Padahal beliau sendiri tergesa–gesa menuju masjid untuk shalat subuh. Namun, beliau memilih berjalan perlahan di belakang orang yang sudah tua, karena menjaga sopan santun.

Atau ceritakan pula bagaimana ulama besar bernama Imam Abu Hanifah yang berjalan jauh sekali untuk meminta fatwa kepada ulama lain. Padahal beliau adalah ulama pemberi fatwa nomor satu saat itu. Namun, saat itu sang ibu tidak mau mendengar fatwa dari Abu Hanifah, dan hanya mau mendengar fatwa dari ulama lain. Maka, beliau berjalan jauh untuk meminta fatwa dari ulama lain, demi ketaatan dan kecintaan terhadap Ibunya.

Anak–anak muda saat ini, akan lebih tergerak kalau kita menceritakan kisah-kisah hebat orang terdahulu.

Baca juga: Hukum Percaya Pawang Hujan dalam Islam | YDSF

Akhlak Penentu Derajat dalam Agama

Memiliki akhlak mulia hendaknya menjadi prioritas yang terus-menerus diupayakan. Seperti dinyatakan oleh Mahmud al-Mishri dalam bukunya bertajuk Ensiklopedia Akhlak Muhammad saw., bahwa buku tersebut sengaja mengupas habis akhlak mulia. Penyebabnya, lantaran saat ini kita hidup dalam realitas krisis akhlak yang sangat memprihatikan; fenomena menyedihkan yang tak patut untuk disikapi dengan masa bodoh.

Definisi akhlak sendiri menurut etimologi, berasal dari al-akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari al-khuluq, yang maksudnya adalah sebuah karakter atau tabiat dasar penciptaan manusia. Kata ini terdiri dari huruf kha-la-qa yang biasa digunakan untuk menghargai sesuatu.

Allah berfirman dalam Surat Al-Qalam ayat 4, Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.

Dalam ayat tersebut terkandung tata krama yang sangat tinggi, yang telah ditanamkan Allah Swt. di dalam jiwa Rasul-Nya, yang tercermin melalui Islam dan ajarannya.

Dalam sebuah kisah yang disampaikan perawi Imam Junaid r.a., menerangkan bahwa akhlaq Rasulullah saw. sangat terpuji karena beliau hanya mengedepankan ajaran Allah Swt. Ulama lain berpendapat, itu disebabkan beliau mempunyai potensi semua budi pekerti yang baik.

Terkait hal ini, Fairuzabadi mengatakan, “Komponen utama agama Islam adalah akhlak. Jika seseorang memiliki akhlak yang lebih baik daripada akhlakmu, berarti dia lebih tinggi derajatnya daripada dirimu dalam hal agama. Akhlak yang baik berdiri di atas empat fondasi, yaitu kesabaran, keberanian, keadilan, dan kesucian.”

Leksikografer yang terkenal dengan karyanya, sebuah kamus bahasa Arab yang komprehensif ini, juga menyebutkan bahwa keempat fondasi tersebut saling menyeru akhlak. Sehingga, dapat membawa sang pemilik akhlak untuk menerapkan akhlak mulia lainnya.

Dengan kesabaran, misalnya, dapat melatih diri menahan emosi, bersikap waspada dan hati-hati, serta lemah-lembut dan santun.

Baca juga: Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF

Berakhlak Mulia, Perintah Allah dan Rasul

Berakhlak mulia merupakan salah satu perintah Allah. Seperti firman-Nya dalam Al-Baqarah ayat 83, yang artinya, “... Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia,...”

Akhlak mulia memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Oleh karenanya, kalau kita ingin melihat dalil-dalil tentang akhlak yang mulia, kita akan menjumpai dalil-dalil yang sangat banyak. Kita mengenal sebuah ungkapan al-birru husnul khuluq (kebajikan adalah akhlak yang mulia).

Rasulullah saw. pun menghendaki umatnya untuk senantiasa berakhlak baik. Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh HR. Muslim dan Ahmad, Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan budi luhur.”

Nabi bersabda, “Orang yang paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya.” (HR. At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 791)

Begitu pula dalam riwayat lain, Nawwas bin Sam’an r.a., bertanya kepada Rasulullah tentang kebajikan dan dosa. Beliau menjawab, “Kebajikan adalah akhlak mulia, sedangkan dosa adalah apa yang amat berbekas serta meresap dalam hatimu, namun kamu tidak menyukai hal itu diketahui oleh orang lain.”

Rasulullah juga pernah bersabda: “Tiada Suatu Dosa yang besar disisi Allah selain dari akhlak yang buruk. Sesungguhnya akhlak yang baik itu benar-benar dapat melebur dosa-dosa, sebagaimana sinar mentari mencairkan salju. Dan sesungguhnya akhlak yang buruk itu benar-benar merusak amal (baik) sebagaimana cuka merusak madu.”

Berakhlak mulia mendatangkan manfaat yang luar biasa. Baik dalam kaitannya dengan habblum minallah maupun hablum minannas. Di antaranya, menjadi cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah, wujud menaati Rasulullah saw., menghapus dosa, bukti kesempurnaan iman, dan salah satu cara meraih ampunan dan cinta Allah.

Selain itu, juga merupakan amalan terbaik, mendapat gelar hamba terbaik, mudah berinteraksi dengan orang lain, mudah menjalin persahabatan, hingga dapat mengubah musuh menjadi teman. Masih banyak sederet manfaat bisa didapat dengan memiliki akhlak mulia.

Semoga, Allah memudahkan setiap ikhtiar kita menjadi hamba-Nya yang berakhlak mulia. Aamiin.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Agustus 2022

 

Wakaf Tunai di YDSF

 

 

Artikel Terkait:

JENIS WAKAF DALAM ISLAM MENURUT BWI | YDSF
Mengingatkan Teman Penyuka Sesama Jenis | YDSF
BOLEHKAH UMRAH TAPI BELUM ZAKAT MAAL? | YDSF
Balasan Menolong dan Membantu Orang lain | YDSF
HUKUM BAYAR ZAKAT ONLINE DALAM ISLAM
Zakat pada Barang Investasi | YDSF


Berita YDSF



Tags: darurat akhlak, ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: