Menunaikan
sedekah, memang merupakan hal yang mudah. Sayangnya, kemudahan ini menjadi
sering kali digampangkan dan diremehkan oleh sebagian orang. Hingga kemudian
lalai. Dan, baru menyadari betapa pentingnya menunaikan sedekah sebelum datangnya
kematian atau saat nyawa telah mencapai tenggorokan.
Allah Swt. telah
menjamin rezeki setiap umat-Nya. Mulai dari rezeki, jodoh, anak, hingga rezeki
umur. Nikmat-nikmat yang selalu Allah beri, tak jarang membuat sebagian besar
manusia menjadi terlalu merasa nyaman. Lalu, berujung dengan hidup seenaknya,
bahkan lupa dengan syariat agama.
Dalam surah
At-Takasur ayat 1-2, Allah Swt. berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan
kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.”
Melalui ayat ini
sebenarnya kita telah diperingatkan oleh Allah untuk jangan terlalu berlebihan
dalam menikmati kehidupan di dunia. Bermegah-megahan dalam memanfaatkan harta,
keturunan, dan segala rezeki yang Allah beri, tetapi lupa menyiapkan bekal
terbaik untuk akhirat. Baru kelabakan dan menyesal saat telah mencapai liang
kubur.
Jangan sampai
kita seperti Fir’aun. Yang terlambat dalam bertaubat. Mungkin kita akan lebih
mudah menemukan literasi tentang kesombongan Fir’aun, tetapi sedikit yang menceritakan
tentang kisah ditolaknya taubat dari Fir’aun. Padahal, kisah ini diabadikan
dalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 90, sebagai bentuk pelajaran bagi umat
setelahnya.
Dikisahkan, pada
saat dirinya berhadapan dengan sakaratul maut, Fir’aun sempat berucap, "Aku
percaya bahwa tidak ada tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel."
Karena takut Allah memberikan rahmat untuknya, malaikat Jibril pun menyumbat
mulut Fir’aun dengan lumpur laut. Serata berkata, "Wahai Muhammad,
seandainya kamu melihatku mengambil lumpur laut, lalu aku suapkan di mulutnya
karena aku takut rahmat mendapatinya."
Rasulullah saw.
bersabda, "Allah Swt. menerima taubat hamba-Nya selama napasnya belum
sampai di tenggorokan (sakaratul maut)." (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Naudzubillahimindzalik. Tentu kita tidak ingin memiliki akhir
yang sama sepertinya. Terlebih, kita sudah mengetahui kisah ini, maka perlu
untuk menghindari dan tidak mengikuti jalan salah tersebut.
Sedekah Sebagai Penolong
Selain menunaikan
shalat serta ibadah mahdah lainnya, juga terdapat amalan yang dapat menjadi
penolong terbaik kelak di hari kiamat. Amalan tersebut adalah dengan
menafkahkan rezeki yang kita miliki di jalan Allah Swt. atau kita menyebutnya
sedekah.
Baca juga: 6 Keutamaan Sedekah dalam Janji Allah Swt. | YDSF
Melalui sedekah,
kita tidak hanya sedang membantu sesama. Namun, kita juga sedang membantu diri
kita sendiri, karena setiap sedekah yang kita lakukan akan tercatat dan menjadi
penolong kita. Kebaikan dari sedekah yang kita lakukan dapat mulai dipetik
sejak di dunia, hingga saat tiba di akhir nanti.
Sebagai penolong
di dunia, contohnya adalah keutamaan sedekah yang dapat menjadi penolak bala.
Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, “Bersegeralah bersedekah, sebab bala
bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah. Belilah semua kesulitanmu dengan
sedekah. Obatilah penyakitmu dengan sedekah. Sedekah itu sesuatu yang ajaib.
Sedekah menolak 70 macam bala dan bencana, dan yang paling ringan adalah
penyakit kusta dan sopak (vitiligo).” (HR. Baihaqi dan Thabrani)
Rasulullah saw.
bersabda, “Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah)
sebutir kurma.” (Mutafaq’alaih) Sedangkan dalam hadits lain, Rasulullah saw.
bersabda, “Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.”
(HR. Ahmad)
Pada penunainnya,
tentu sama seperti amal kebaikan yang lain. Jangan sampai kita baru menyadari
dan mengamalkan sedekah saat nyawa telah di penghujung tenggorokan atau saat
kematian akan segera menjemput kita.
Seperti kisah
Tsalabah (meski kisahnya adalah tentang zakat, tetapi kita juga bisa memetik
hikmahnya). Seorang yang dulunya tidak mampu, lalu diangkat derajatnya oleh
Allah Swt. Tapi ia lalai menunaikan zakat. Hingga turun Allah tentang
peringatan untuk para kaum kaya yang tidak mau menunaikan zakat. Dirinya
langsung menemui Rasulullah dan hendak mengeluarkan zakatnya. Sayangnya,
Rasulullah saw. menolak. Ia sangat menyesal hingga menaburi kepalanya dengan
tanah sampai sakaratul menjemputnya.
Dalam sebuah hadits,
Rasulullah saw. telah memperingatkan umatnya untuk tidak meremehkan sedekah dan
baru ingat saat mendekati kematian saja. “Seorang laki-laki mendatangi
Rasulullah saw. dan bertanya: Wahai Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang
paling besar pahalanya? Maka beliau pun menjawab: Yaitu kamu bersedekah saat
sehat, kikir, takut miskin dan kamu berangan-angan untuk menjadi hartawan yang
kaya raya. Dan janganlah kamu lalai hingga nyawamu sampai di tenggorokan dan
barulah kamu bagi-bagikan sedekahmu, ini untuk si Fulan dan ini untuk Fulan.
Dan ingatlah, bahwa harta itu memang untuk si Fulan.” (HR Muslim)
Sedekah Berkah
Artikel Terkait:
MENGELUARKAN SEDEKAH DARI BUNGA BANK | YDSF
Layanan Operasi Hernia YDSF
YDSF KELOLA POTENSI WAKAF DEMI UMAT
Meraih Akhlak dengan Zakat | YDSF
Doa Memohon Rezeki yang Berkah dan Umur Panjang | YDSF
WAKAF TUNAI DI YDSF
YDSF Rayakan 'Agustusan' Bersama Puluhan ABK Madiun
IKATAN BAIK YDSF DAN MASJID AL FALAH