Momen lebaran adalah momen yang sangat penting
untuk kita mampu menjaga lisan. Karena jangan sampai dalih menanyakan kabar
justru menjadi percakapan yang berujung menyakitkan. Tak jarang, basa-basi yang
sering dilontarkan oleh sebagian besar orang justru memasuki ranah pribadi yang
harusnya kita hormati.
Idulfitri, menjadi salah satu momen lebaran
yang paling ditunggu oleh kaum Muslim. Jatah libur yang lebih panjang membuat
sebagian besar masyarakat memanfaatkannya untuk mudik, mengunjungi kampung halaman.
Melepas rasa rindu dengan keluarga dan kerabat terkasih.
Tentunya, momen lebaran juga menjadi saat
untuk saling memaafkan meski selama ini hanya pernah berjumpa secara digital. Oleh
karenanya, tidak afdhal rasanya bila saat lebaran tidak diisi dengan canda tawa
dan berbagai obrolan hangat yang semakin membuat kita akrab dengan keluarga. Namun,
bukan berarti karena ingin membuat suasana menjadi hidup dan cair, justru kita
tidak menjaga lisan saat lebaran.
Saat berkumpul dengan keluarga dan kerabat, kita
akan berada dalam satu lingkar diskusi dari berbagai generasi. Kepada yang
lebih tua kita menghormati, kepada yang lebih muda hendaknya kita juga mampu
menghargai. Sehingga, harus lebih selektif dalam memilih bahasa komunikasi yang
digunakan.
Berawal dari menanyakan kabar, biasanya akan berlanjut
pada pembahasan kariri, kondisi ekonomi, status pernikahan, bahkan urusan anak.
Meski tidak berniat untuk mengetes atau menjatuhkan lawan bicara, tetapi kita
perlu paham bahwa pertanyaan-pertanyaan yang masuk ranah pribadi ini tidak
membuat semua orang merasa nyaman.
Lisan atau ucapan adalah nahkoda, maka dalam
suasana lebaran penting untuk menjaga lisan. Sebagai salah satu bentuk akhlak
yang baik dan menjadi perilaku yang perlu dibiasakan, agar lisan tidak menjadi
pisau yang dapat melukai orang lain dan diri sendiri. Rasulullah saw.
mengajarkan pada hambanya untuk menjaga lisan sebagaimana diriwayatkan oleh
Imam Bukhari, “Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga
lisan.”
Baca juga: Syawal Menjadi Sebuah Awal l YDSF
5 Keutamaan Menjaga Lisan
1.
Mendapatkan derajat mulia sebagai
seorang muslim
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw. ditanya,
“Siapakah muslim yang paling utama?' Kemudian beliau menjawab, "Orang yang
bisa menjaga lisan dan tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain.” (HR
Bukhari).
2.
Menjadi bukti kadar ketakwaan yang
meningkat
Karena kuat lemahnya kualitas takwa seseorang
tercermin dari apa yang diucapkan, maka pentingnya menjaga tiap tutur kata
dalam berucap.
3.
Menjadi amalan berpahala
Lisan yang baik dan terjaga sejatinya menjadi
amalan yang memberikan keberkahan dan berselimutkan pahala yang melimpah.
4.
Menyelamatkan diri di akhirat
Dinarasikan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang
tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam
neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
5.
Mendapat ganjaran surga
Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa
bisa memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara
kedua tulang rahangnya; yakni mulut atau lidah, serta antara kedua kakinya;
yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan surga untuknya.” (HR.
Al-Bukhari).
Adab Silaturahmi dalam Islam
Penting bagi seorang Muslim untuk selalu
menjaga adab dalam bersilaturahmi. Karena, ketika seseorang sudah mengerti dan
mengamalkannya, maka akan lebih mudah baginya untuk menjaga lisan.
Rasulullah saw. mengajarkan kepada umat Muslim
untuk memulai lebih dulu sebuah tali silaturahmi, dan bukan saling tunggu.
Sebagaimana dalam hadits, “(Hakikat) orang yang menyambung silaturahmi itu
bukan orang yang membalas kebaikan (dengan kebaikan). Akan tetapi, ia yang
apabila silaturahminya terputus, maka bergegaslah menyambungnya.” (HR.
Bukhari).
Baca juga: Panduan Zakat Sedekah Ramadhan l YDSF
1.
Niat bersilaturahmi
Sebelum memulai silaturahim, alangkah baiknya
kita meniatkannya Lillahi Ta’ala. Bukan karena ingin mendapatkan pujian
semata, atau sekadar terlihat baik dalam penilaian orang lain. Insya Allah,
niat yang baik karena tulus Lillahi Ta’ala akan menghasilkan ukhuwah
yang baik pula.
2.
Berpakaian rapi dan sopan
Saat hendak bertamu alangkah baiknya memakai
pakaian yang sopan dan rapi sekalipun hanya berkunjung ke rumah kerabat atau
teman sendiri. Sebagai seorang muslim, hal-hal sederhana seperti memperhatikan
penampilan agar rapi, bersih, dan juga sopan merupakan sesuatu yang perlu
diterapkan. Ini juga merupakan salah satu sarana dakwah, sebagaimana Rasulullah
saw. telah mengajarkan.
3.
Mengetuk pintu dan mengucap salam
Saat mengetuk pintu dan mengucap salam harus
dilakukan dengan sopan. Meski tujuannya agar tuan rumah terdengar, bukan
berarti kita harus berteriak-teriak dan membuat warga sekitar menjadi
terganggu.
Rasulullah saw. bersabda, “Meminta izin itu
tiga kali, jika diizinkan maka masuklah, jika tidak, maka pulanglah.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
4.
Tidak terlalu lama saat bertamu
Jangan sampai karena kita sedang berada di
rumah orang lain, membuat mereka merasa sungkan untuk melakukan aktivitas lain
yang memang seharusnya dikerjakan. Bila memang tidak ada niatan untuk menginap,
maka jangan sampai terlalu lama bertamu dalam seharian itu. Islam memberikan
kelonggaran selama tiga hari tiga malam untuk menginap.
5.
Berperilaku sopan
Selama berkunjung, jagalah sikap dan lisan
kita. Hindari obrolan yang dapat menimbulkan rasa saling tersinggung atau tidak
enak. Pun, bersikaplah dengan sopan, seperti menjaga cara duduk, hingga saat
kita disuguhi makanan maka makanlah dengan sopan (tidak berkecap, duduk
seenaknya, dan sebagainya).
6.
Menerima dan menikmati jamuan
Jangan berkomentar apapun yang disuguhkan oleh
pemilik rumah, alangkah baiknya dicicipi terlebih dahulu dan tidak mengambil
dengan berlebihan.
7.
Mengucapkan salam saat berpamitan
Sebelum meninggalkan rumah yang dikunjungi,
hendaknya kita juga harus berucap salam kepada pemilik rumah. Bukan hanya
berucap salam di waktu awal saja, akan tetapi saat berpamitan pula. Dalam
sebuah hadits hasan yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi, Rasulullah saw.
bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian mendatangi sebuah perkumpulan,
hendaklah ia mengucapkan salam. Salam yang pertama itu tidak lebih afdhal dari
pada yang terakhir.” (Berbagai sumber).
Zakat Mudah di YDSF
Artikel Terkait
Pesan Rasulullah Saw. Untuk Umat Muslim Jelang Akhir Zaman | YDSF
ZAKAT DAN PAJAK | YDSF
Mendahulukan Qadha Puasa, Lalu Puasa Syawal | YDSF
KEJAR BERKAH, RUTIN SEDEKAH | YDSF
Garage Sale, SD Al-Hikmah Tanamkan Rasa Empati dan Jiwa Wirausaha Kepada Siswa
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF