Pentingnya Menjaga Lisan Saat Lebaran | YDSF

Pentingnya Menjaga Lisan Saat Lebaran | YDSF

11 April 2024

Momen lebaran adalah momen yang sangat penting untuk kita mampu menjaga lisan. Karena jangan sampai dalih menanyakan kabar justru menjadi percakapan yang berujung menyakitkan. Tak jarang, basa-basi yang sering dilontarkan oleh sebagian besar orang justru memasuki ranah pribadi yang harusnya kita hormati.

Idulfitri, menjadi salah satu momen lebaran yang paling ditunggu oleh kaum Muslim. Jatah libur yang lebih panjang membuat sebagian besar masyarakat memanfaatkannya untuk mudik, mengunjungi kampung halaman. Melepas rasa rindu dengan keluarga dan kerabat terkasih.

Tentunya, momen lebaran juga menjadi saat untuk saling memaafkan meski selama ini hanya pernah berjumpa secara digital. Oleh karenanya, tidak afdhal rasanya bila saat lebaran tidak diisi dengan canda tawa dan berbagai obrolan hangat yang semakin membuat kita akrab dengan keluarga. Namun, bukan berarti karena ingin membuat suasana menjadi hidup dan cair, justru kita tidak menjaga lisan saat lebaran.

Saat berkumpul dengan keluarga dan kerabat, kita akan berada dalam satu lingkar diskusi dari berbagai generasi. Kepada yang lebih tua kita menghormati, kepada yang lebih muda hendaknya kita juga mampu menghargai. Sehingga, harus lebih selektif dalam memilih bahasa komunikasi yang digunakan.

Berawal dari menanyakan kabar, biasanya akan berlanjut pada pembahasan kariri, kondisi ekonomi, status pernikahan, bahkan urusan anak. Meski tidak berniat untuk mengetes atau menjatuhkan lawan bicara, tetapi kita perlu paham bahwa pertanyaan-pertanyaan yang masuk ranah pribadi ini tidak membuat semua orang merasa nyaman.

Lisan atau ucapan adalah nahkoda, maka dalam suasana lebaran penting untuk menjaga lisan. Sebagai salah satu bentuk akhlak yang baik dan menjadi perilaku yang perlu dibiasakan, agar lisan tidak menjadi pisau yang dapat melukai orang lain dan diri sendiri. Rasulullah saw. mengajarkan pada hambanya untuk menjaga lisan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.”

Baca juga: Syawal Menjadi Sebuah Awal l YDSF

5 Keutamaan Menjaga Lisan

1.      Mendapatkan derajat mulia sebagai seorang muslim

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah muslim yang paling utama?' Kemudian beliau menjawab, "Orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain.” (HR Bukhari).

2.      Menjadi bukti kadar ketakwaan yang meningkat

Karena kuat lemahnya kualitas takwa seseorang tercermin dari apa yang diucapkan, maka pentingnya menjaga tiap tutur kata dalam berucap.

3.      Menjadi amalan berpahala

Lisan yang baik dan terjaga sejatinya menjadi amalan yang memberikan keberkahan dan berselimutkan pahala yang melimpah.

4.      Menyelamatkan diri di akhirat

Dinarasikan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

5.      Mendapat ganjaran surga

Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara kedua tulang rahangnya; yakni mulut atau lidah, serta antara kedua kakinya; yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan surga untuknya.” (HR. Al-Bukhari).

Adab Silaturahmi dalam Islam

Penting bagi seorang Muslim untuk selalu menjaga adab dalam bersilaturahmi. Karena, ketika seseorang sudah mengerti dan mengamalkannya, maka akan lebih mudah baginya untuk menjaga lisan.

Rasulullah saw. mengajarkan kepada umat Muslim untuk memulai lebih dulu sebuah tali silaturahmi, dan bukan saling tunggu. Sebagaimana dalam hadits, “(Hakikat) orang yang menyambung silaturahmi itu bukan orang yang membalas kebaikan (dengan kebaikan). Akan tetapi, ia yang apabila silaturahminya terputus, maka bergegaslah menyambungnya.” (HR. Bukhari).

Baca juga: Panduan Zakat Sedekah Ramadhan l YDSF

1.      Niat bersilaturahmi

Sebelum memulai silaturahim, alangkah baiknya kita meniatkannya Lillahi Ta’ala. Bukan karena ingin mendapatkan pujian semata, atau sekadar terlihat baik dalam penilaian orang lain. Insya Allah, niat yang baik karena tulus Lillahi Ta’ala akan menghasilkan ukhuwah yang baik pula.

2.      Berpakaian rapi dan sopan

Saat hendak bertamu alangkah baiknya memakai pakaian yang sopan dan rapi sekalipun hanya berkunjung ke rumah kerabat atau teman sendiri. Sebagai seorang muslim, hal-hal sederhana seperti memperhatikan penampilan agar rapi, bersih, dan juga sopan merupakan sesuatu yang perlu diterapkan. Ini juga merupakan salah satu sarana dakwah, sebagaimana Rasulullah saw. telah mengajarkan.

3.      Mengetuk pintu dan mengucap salam

Saat mengetuk pintu dan mengucap salam harus dilakukan dengan sopan. Meski tujuannya agar tuan rumah terdengar, bukan berarti kita harus berteriak-teriak dan membuat warga sekitar menjadi terganggu.

Rasulullah saw. bersabda, “Meminta izin itu tiga kali, jika diizinkan maka masuklah, jika tidak, maka pulanglah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

4.      Tidak terlalu lama saat bertamu

Jangan sampai karena kita sedang berada di rumah orang lain, membuat mereka merasa sungkan untuk melakukan aktivitas lain yang memang seharusnya dikerjakan. Bila memang tidak ada niatan untuk menginap, maka jangan sampai terlalu lama bertamu dalam seharian itu. Islam memberikan kelonggaran selama tiga hari tiga malam untuk menginap.

5.      Berperilaku sopan

Selama berkunjung, jagalah sikap dan lisan kita. Hindari obrolan yang dapat menimbulkan rasa saling tersinggung atau tidak enak. Pun, bersikaplah dengan sopan, seperti menjaga cara duduk, hingga saat kita disuguhi makanan maka makanlah dengan sopan (tidak berkecap, duduk seenaknya, dan sebagainya).

6.      Menerima dan menikmati jamuan

Jangan berkomentar apapun yang disuguhkan oleh pemilik rumah, alangkah baiknya dicicipi terlebih dahulu dan tidak mengambil dengan berlebihan.

7.      Mengucapkan salam saat berpamitan

Sebelum meninggalkan rumah yang dikunjungi, hendaknya kita juga harus berucap salam kepada pemilik rumah. Bukan hanya berucap salam di waktu awal saja, akan tetapi saat berpamitan pula. Dalam sebuah hadits hasan yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian mendatangi sebuah perkumpulan, hendaklah ia mengucapkan salam. Salam yang pertama itu tidak lebih afdhal dari pada yang terakhir.” (Berbagai sumber).

 

 

Zakat Mudah di YDSF


 

Artikel Terkait

Pesan Rasulullah Saw. Untuk Umat Muslim Jelang Akhir Zaman | YDSF
ZAKAT DAN PAJAK | YDSF
Mendahulukan Qadha Puasa, Lalu Puasa Syawal | YDSF
KEJAR BERKAH, RUTIN SEDEKAH | YDSF
Garage Sale, SD Al-Hikmah Tanamkan Rasa Empati dan Jiwa Wirausaha Kepada Siswa
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF

 

Serunya Milad 37 di DBL Arena Surabaya

Tags: menjaga lisan lebaran, tips menjaga lisan lebaran, lisan, jaga lisan, ydsf

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: