Mencari Sumber-sumber Ketenangan Jiwa | YDSF

Mencari Sumber-sumber Ketenangan Jiwa | YDSF

2 Juni 2022

Setiap orang menginginkan ketenangan. Membutuhkan kedamaian dalam keluarganya. Sayangnya banyak manusia salah jalan. Ada yang mencari ketenangan dengan mengonsumsi obat-obatan. Bahkan kemudian melampaui batas.

Ada yang mencari ketenangan dengan berlibur di gunung atau pantai. Maka banyaklah paket wisata ke pantai dan gunung. Konsep traveling digencarkan untuk memberi sensasi kenyamanan dan ketenangan.

Namun ternyata ketenangan tidak ada pada tempat-tempat itu. Lalu manusia membuat klaim-klaim tertentu tentang ketenangan dan kedamaian. Lantas di manakah ketenangan itu? Kemanakah mencari kedamaian?

Berikut ini nasihat tentang hakikat ketenangan dan kedamaian. Kita simak wejangan dari Allah, dari Rasulullah saw. dan dari para ulama tentang hakikat ketenangan.

Carilah Ketenangan (Sakinah) di Majelis Ilmu/Agama

“Tidaklah suatu kaum duduk/bermajelis lalu berzikir (mengingat) Allah, melainkan mereka dikelilingi oleh para malaikat, diliputi oleh rahmat, diturunkan sakinah (ketenangan), dan merekadisebut oleh Allah di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya.’” (HR. Muslim, no.2700)

Di riwayat lain, “Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah (masjid), sembari membaca Kitab Allah, saling mendaras (mengkaji) di antara mereka, melainkan turun ketenangan pada mereka, rahmat menyelimuti mereka, malaikat mengerumuni mereka dan mereka akan disebut Allah pada makhluk di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawud)

Inilah pesan Nabi Muhammad saw. kemana harus mencari sakinah (ketenangan). Akan lebih lengkap jika suami istri beserta anak-anak secara rutin hadir di majelis ilmu agama. Bukankah setiap keluarga mengharapkan rumah tangga yang sakinah?

Boleh saja keluarga itu mencari ketenangan dengan berlibur ke pegunungan atau tempat wisata. Tapi, pesan nabi ini adalah petunjuk dari Allah. Dan hanya Allah yang memahami kebutuhan manusia.

Baca juga: 5 Tips Membersihkan Hati, Pikiran, dan Niat | YDSF

Carilah Ketenangan dalam Shalat

Rasulullah saw. bersabda, “Wahai sekalian manusia. Kalian semua sedang bermunajat (berbisik-bisik) dengan Rabbnya (ketika shalat di masjid). Oleh karena itu, janganlah di antara kalian mengeraskan suara kalian ketika membaca Al-Qur’an sehingga menyakiti saudaranya yang lain.”

Ibnu Taimiyah mengulas hadits nabi ini dengan penjelasan, “Dari sini tidak boleh bagi seorang pun mengeraskan bacaan Al-Qur’annya sehingga menyakiti/mengganggu saudaranya yang lain seperti menyakiti saudara-saudaranya yang sedang shalat.” (Majmu’ Al Fatawa, 23/64 dari islampos.com).

Bahkan ketika kita membaca surat Al-Fatihah, di situlah dialog yang mesra antara mukmin dengan Allah. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah mengabarkan hal ini.

Allah ber­firman, “Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan bagi hamba-Ku apa yang dia mohonkan. Maka ketika hambaKu membaca alhamdulillahi robbil alamin: hambaKu memujiKu. Ketika hambaKu membaca arrohmanir rohim: hambaKu telah memujiKu. Ketika hambaKu membaca maaliki yaumiddin: hambaKu memuliakan Aku. Ketika hambaKu membaca iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in: ini adalah bagianKu dan bagian hambaKu dan bagi hambaKu apa yang dimintanya (begitu seterusnya hingga akhir surat)” (HR. Muslim).

Carilah Ketenangan di dalam Zikir pada Keheningan Malam

Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah memberi nasihat, “Carilah hatimu di tiga tempat ini: di saat engkau mendengarkan Al Quran, di saat engkau berada di majelis zikir (majelis ilmu) dan di saat engkau menyendiri bermunajat kepada Allah. Jika engkau tidak temukan hatimu di sana, maka mintalah kepada Allah agar memberimu hati karena sesungguhnya engkau sudah tak punya hati lagi.” (Al Fawaid 1/148).

Firman Allah, “Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan Al-Quran pada waktu itu) lebih berkesan.” (QS. Al-Muzammil 6).

Baca juga: Akhlaq Baik, Cerminan Hati Bersih | YDSF

Carilah Ketenangan Saat Menyelami Makna-makna Ayat Al-Quran

Nabi saw berpesan, “Hati ini bisa berkarat seperti berkaratnya besi jika terkena air.” Lalu Nabi ditanya, “Apa pembersihnya?” Sabda beliau, “Banyak mengingat mati dan membaca Al-Quran.” (HR. Al Baihaqi).

Setiap perbuatan itu ada tata caranya. Seperti halnya kita mengendarai mobil atau mengoperasikan komputer. Demikian juga dengan Al Quran. Ada tata caranya.

“Tidaklah kami melewatkan satu ayat pun dari Rasulullah kecuali kami membacanya, menghafalnya, memahaminya, dan mengamalkannya.” Di riwayat lain ada tambahan: mengajarkannya.

Maka, begitulah ketenangan jiwa akan akan terisi dengan menjiwai Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup. “Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertakwa, “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Kebaikan (khoiron)” (QS. An Nahl 30).

Carilah ketenangan bercengkrama tentang kebajikan bersama orang shalih Imam Al Hasan Al Bashri pernah mengungkapkan perasaannya tentang teman-temannya di majelis ilmu/agama. “Sahabat-sahabat kami lebih mahal daripada keluarga kami. Sebab, keluarga kami mengingatkan kami kepada dunia. Sedangkan sahabat-sahabat kami mengingatkan kami kepada akhirat.”

Menjauh dari majelis ilmu dan pertemuan dengan orang-orang shalih dapat mengeraskan hati. Karena itu, Wali Songo punya senandung nasihat tentang Tombo Ati (Penyejuk Jiwa) ada lima: berpuasa, membaca dan memahami Al-Qur’an, zikir di malam hari, shalat malam dan mengakrabi dengan orang shalih.

 

Sumber: Majalah Al Falah Edisi Bulan Juli 2021

Features Image by unsplash

 

Sedekah dari Rumah:



Artikel Terkait:

Bukti dari Keimanan | YDSF
Tips Meraih Pahala Terbaik dari Allah | YDSF
Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Jiwa, Dari Awal Hingga Akhir | YDSF
Menjadi Hamba yang Pandai Bersyukur | YDSF
Perbaiki Hati Sebelum Amal | YDSF
Melangitkan Doa untuk Menjemput Harapan | YDSF

Tags: Ketenangan jiwa, tenang, kedamaian

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: