Bukti dari Keimanan | YDSF

Bukti dari Keimanan | YDSF

24 Mei 2022

“Iman itu bukan sekadar angan-angan atau hiasan, tetapi iman itu adalah sebuah keyakinan yang menghunjam dalam hati dan dibutkikan dengan perbuatan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah)

Sabda Rasulullah saw. di atas menyadarkan kita akan satu hal bukti. Iman akan meninggalkan bukti perbuatan. Banyak bukti iman dalam Islam. Nabi saw. bersabda, "Iman itu terdiri dari 70 cabang lebih (riwayat lain: 60 cabang lebih). Cabang yang paling utama adalah membaca la ilaha illallah, sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri di tengah jalan, dan malu termasuk cabang dari iman" (muttafaq alaihi, dari Abu Hurairah ra). Berikut ini sedikit dari berpuluh cabang iman berdasar Al-Qur’an & Al Hadits:

1. Membaca kalimat tauhid

"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (QS. Ali-Imran: 18).

Saking agungnya, kalimat la ilaha illallah lebih berat dari seluruh benda langit dan bumi. Nabi saw, "Musa berkata, 'Wahai Tuhanku ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku akan berzikir dan berdoa kepadaMu dengannya. Allah berfirman, 'Wahai Musa ucapkanlah laa ilaha illallah. Musa berkata, 'Wahai Tuhanku, seluruh hambaMu mengucapkan kalimat ini. Allah berfirman, 'Wahai Musa, seandainya 7 tingkat langit dan apa yang ada di dalamnya serta bumi dan 7 tujuh selain Aku, diletakkan di suatu timbangan dan laa illaha illahah diletakkan di timbangan yang lain, maka akan lebih berat timbangan laa ilaha illallah" (HR. Ibnu Hibban, Hakim, dishahihkan Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/28, dari Abu Said Al Khudri ra).

2. Rasa malu

Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah: Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka," (HR. Bukhari, dari Abu Mas'ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry). Malu merupakan salah satu tema yang telah diajarkan oleh para nabi sejak dulu dan tidak terhapus hingga kini.

Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan) darinya sedikitpun. Maka, hendaknya kita malu berbuat maksiat, malu mengambil hak rakyat dengan curang, malu berpakaian ketat dan minim di luar rumah, malu kepada keluarga, guru, masyarakat, dan terutama malu kepada Allah swt.

3. Menjaga kebersihan

Hampir setiap di tempat umum selalu ada imbauan bertuliskan kebersihan sebagian dari iman. Sabda Nabi saw. ini lengkapnya berbunyi, "Bersuci (kebersihan) sebagian dari iman, alhamdulillah dapat memenuhi timbangan (pada hari kiamat), subhanallah dan alhamdulillah dapat  memenuhi antara langit dan bumi..." (HR. Muslim, dari Abu Malik Al Haritsy bin 'Ashim Al 'Asy'ary)

Jadi, kebersihan merupakan bukti kadar keimanan kita. Apakah kita termasuk yang tanpa rasa bersalah membuang tisu ke jalan saat berkendara, membuang bangkai tikus di jalan, membuang sampah di got, dll? Ataukah kita bersabar untuk sementara menyimpan tisu kotor di saku sampai ketemu tempat sampah? Nabi saw. bersabda al islamu nadhifun. Fatanadhdhafu. Fainnahu la yadkhulul jannata illa nadhifun 'Islam itu bersih. Maka, cintailah kebersihan. Sebab, tidaklah masuk surga kecuali orang yang bersih.'

4. Bertutur kata yang baik

Makin banyaknya perangkat komunikasi saat ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi. Ada telepon, SMS, MMS, chatting, email, Facebook, Twitter, dll. Karenanya, akhlak bertutur kata menjadi tolok ukur keberhasilan komunikasi & kadar keimanan. Nabi saw. bersabda, "Siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia berbicara baik atau diam" (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah ra).

Tutur kata juga bisa mengantarkan seseorang ke surga atau malah ke neraka. Haniy bin Yazid ra bertanya, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku amalan yang dapat memasukkanku ke surga?" Nabi saw. menjawab, "Sesungguhnya hal-hal yang dapat mengundang ampunan (Allah) adalah mengucapkan salam dan perkataan yang baik" (HR. Thabrani). Sebaliknya ucapan buruk (gunjingan, fitnah, dll.). bisa menimbulkan kerusakan dan siksa-Nya.

5. Tidak menyakiti tetangga

Tetangga ibarat 'saudara' terdekat & paling dahulu menolong jika kita butuh. Etika bertetangga menjadi sangat penting ketika kehidupan modern cenderung. materialistik dan individualistik. Nabi saw. bersabda, "Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman!" Para sahabat bertanya, "Siapa wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya" (Muttafaq alaihi).

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Desember 2010

#EkspedisiQurban1443H, Hadirkan Kebaikan Hingga Pelosok Negeri


 

Qurban di YDSF:


Artikel Terkait:
Qurban pada Masa Nabi Muhammad | YDSF
TINGKATKAN SEMANGAT DAN NILAI BERQURBAN | YDSF
Hukum dan Dalil Qurban dalam Islam | YDSF
KISAH HABIL DAN QABIL, QURBAN HINGGA PEMBUNUHAN | YDSF
KEISTIMEWAAN BERQURBAN DI YDSF

Tags: bukti dari keimanan

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: