Akhlaq Baik, Cerminan Hati Bersih

Akhlaq Baik, Cerminan Hati Bersih

5 Mei 2022

Tanda Kebaikan Ramadhan adalah meningkatnya ketaqwaan yang diwujudkan dengan perbaikan kualitas ibadah. Mari kita sambung amal kebaikan Ramadhan dengan mengistiqamahkannya di bulan-bulan selanjutnya. Amal ibadah seorang muslim akan berdampak pada kebaikan akhlaknya. Segala rangkaian ibadah tujuannya untuk membentuk pribadi taqwa seorang muslim, membersihkan diri, mengangkat derajat kemanusiaan, dan menjadikannya sebagai manusia yang sempurna.

 

Jika ingin menilai sejauh mana pengaruh ibadah, lihatlah sikap dan perilakunya. Bila ibadahnya membawa perubahan perilaku baiknya, itu artinya ibadahnya sudah benar dan diterima. Namun, ketika sudah melakukan ibadah tetapi tidak ada peningkatan iman dan taqwa, tidak ada perubahan pada dirinya, berarti ada yang salah dalam ibadahnya.

 

Salah satu indikator kesuksesan ibadah seseorang adalah akhlaq mulia. Indikator kesuksesan salat adalah ketika bisa menjauhi perbuatan keji dan mungkar (QS. Al-'Ankabut: 45). Indikator kesuksesan puasa adalah menjadi lebih bertaqwa (QS Al-Baqarah: 183).

 

Nabi Muhammad diturunkan untuk menyempurnakan akhlaq umat manusia. Iman selalu dikaitkan dengan akhlaq. Maka tidak salah jika Nabi menolak keimanan seseorang yang tidak menghormati tetangganya.

 

Baca juga: Keutamaan Menjaga Dan Menyambung Tali Silaturahim | YDSF

Akhlaq Kepada Allah, Rasul, dan Sesama

 

Akhlaq dalam Islam artinya hubungan yang baik dengan Allah, Rasul, dan sesama makhluk Allah. Konsep akhlaq dalam Islam lebih luas dan lebih utuh daripada konsep di luar Islam yang hanya mengatur hubungan antar sesama manusia.

 

Nabi Muhammad adalah contoh manusia yang paling baik akhlaqnya. Mari kita contoh bagaimana beliau berakhlaq kepada Allah. Beliau patuh kepada setiap perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Bahkan beliau shalat malam sampai-sampai kakinya bengkak. Padahal beliau sudah dijamin masuk surga. Suatu hari Aisyah bertanya mengapa beliau masih beribadah sedemikian rupa. Beliau menjawab: “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah”.

 

Inilah akhlaq Nabi kepada Allah, beliau merasa telah banyak menerima nikmat Allah. Apakah pantas seorang hamba yang telah diberi kenikmatan lalu tidak beribah? Atau malah menggunakannya di jalan yang dimurkai-Nya? Cara berkhlaq kepada Allah atas segala nikmat-Nya adalah dengan mensyukuri dengan menggunakannya untuk mencari ridho-Nya, beribadah kepada-Nya, serta patuh dan tunduk pada perintah-Nya.

 

Selanjutnya adalah adab kepada Rasul. Saat ini kita tidak hidup bersama Rasul, tetapi kita hidup dengan warisan-warisan Rasul yaitu Al-Quran dan Hadist. Maka akhlaq terhadap warisan rasul adalah mempelajarinya, mengikuti perintahnya, menjaganya, dan membelanya.

 

Dalam surat Al Hujurat Allah telah memberikan petunjuk bagaimana berakhlaq kepada Rasul. “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi,...“ (QS. Al Hujurat: 2). Maka tidak pantas bagi seorang muslim yang mengaku telah beriman kepada Allah, tetapi dalam kehidupannya lebih meninggikan pendapatnya sendiri daripada pendapat Rasul.

 

Selanjutnya berakhalaq kepada sesama makhluk. Artinya berbuat baik kepada semua ciptaan Allah. Baik manusia, hewan, tumbuhan, dan alam raya. Utamanya berakhlaq kepada kedua orangtua. Mereka adalah orang yang paling berhak menerima sifat-sifat mulia. Tidak ada manfaat ibadah seseorang jika tidak mempunyai akhlaq di hadapan orangtuanya.

 

Allah menyetarakan untuk taat beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada orangtua. Allah setarakan keduanya, berdampingan secara langsung.

 

"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS An Nisa: 36).

 

Baca juga: Ummat Islam, Umat Yang Terbaik

 

Seorang muslim yang berakhlaq, maka pertama kali akhlaknya dia berikan kepada orang tuanya, kemudian kepada kerabatnya. Ada diantara kita yang bersikap baik kepada teman, tetangga, tetapi tidak berbuat baik kepada orangtua dan kerabatnya.

 

Bahkan Islam mengajarkan berakhlaq dan bersikap baik terhadap hewan. Ada kisah pemilik kucing yang lalai sehingga menyebabkan kucingnya mati. Bagaimana dengan orang-orang yang membuat orang lain kelaparan, membuat orang lain mengalami kesulitan-kesulitan dalam hidupnya, dan berbuat dzalim kepada orang lain.

 

Balasan Akhlaq Mulia

 

Orang-orang yang berakhlaq baik dan menjaga hubungannya dengan Allah, Rasul dan sesama makhluk, akan menjadi manusia yang paling berbahagia di akhirat kelak serta dicintai sesama di dunia. Secara naluri, manusia akan mencintai orang yang berbuat baik. Begitu pula Allah, Rasul-Nya, dan malaikat-Nya, semuanya mencintai orang yang berakhlaq baik.

 

Rasûlullah bersabda: “Amal yang paling berat di mizan (timbangan amal) pada hari kiamat adalah taqwa kepada Allâh SWT dan akhlaq yang baik”.

 

Akhlaq yang baik adalah cerminan hati yang bersih. Dan hati yang bersih hanya bisa diperoleh dengan ibadah yang benar.

 

Sumber: Majalah Al Falah Edisi Juni 2021

Featured Image by Freepik

 
Sedekah Mudah dari Rumah:



Artikel Terkait:
Bahagia dengan Gemar Berbagi | YDSF
Karakteristik Para Hamba yang Dicintai Allah  | YDSF
HIKMAH DAN BELAJAR MENYAYANGI SESAMA | YDSF
5 Hajat Asasi Manusia Menurut Islam | YDSF
Hikmah Terjadinya Bencana Dan Menolong Sesama | YDSF

Tags: akhlak baik, hati bersih, amal kebaikan

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: