Tanda Kebaikan Ramadhan adalah meningkatnya ketaqwaan
yang diwujudkan dengan perbaikan kualitas ibadah. Mari kita sambung amal
kebaikan Ramadhan dengan mengistiqamahkannya di bulan-bulan selanjutnya. Amal
ibadah seorang muslim akan berdampak pada kebaikan akhlaknya. Segala rangkaian
ibadah tujuannya untuk membentuk pribadi taqwa seorang muslim, membersihkan
diri, mengangkat derajat kemanusiaan, dan menjadikannya sebagai manusia yang
sempurna.
Jika
ingin menilai sejauh mana pengaruh ibadah, lihatlah sikap dan perilakunya. Bila
ibadahnya membawa perubahan perilaku baiknya, itu artinya ibadahnya sudah benar
dan diterima. Namun, ketika sudah melakukan ibadah tetapi tidak ada peningkatan
iman dan taqwa, tidak ada perubahan pada dirinya, berarti ada yang salah dalam
ibadahnya.
Salah
satu indikator kesuksesan ibadah seseorang
adalah akhlaq mulia. Indikator kesuksesan
salat adalah ketika bisa menjauhi perbuatan
keji dan mungkar (QS. Al-'Ankabut: 45).
Indikator kesuksesan puasa adalah menjadi
lebih bertaqwa (QS Al-Baqarah:
183).
Nabi
Muhammad diturunkan untuk menyempurnakan
akhlaq umat manusia. Iman
selalu dikaitkan dengan akhlaq. Maka tidak
salah jika Nabi
menolak keimanan seseorang
yang tidak menghormati tetangganya.
Baca juga: Keutamaan Menjaga Dan Menyambung Tali Silaturahim | YDSF
Akhlaq Kepada Allah, Rasul, dan Sesama
Akhlaq
dalam Islam artinya hubungan yang
baik dengan Allah, Rasul, dan sesama makhluk
Allah. Konsep akhlaq dalam Islam lebih
luas dan lebih utuh daripada konsep di luar
Islam yang hanya mengatur hubungan antar
sesama manusia.
Nabi
Muhammad adalah contoh manusia yang
paling baik akhlaqnya. Mari kita contoh bagaimana
beliau berakhlaq kepada Allah. Beliau
patuh kepada setiap perintah Allah dan
menjauhi segala larangan-Nya. Bahkan beliau
shalat malam
sampai-sampai kakinya bengkak.
Padahal beliau sudah dijamin masuk
surga. Suatu hari Aisyah bertanya mengapa
beliau masih beribadah sedemikian rupa.
Beliau menjawab: “Apakah aku tidak boleh
menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah”.
Inilah
akhlaq Nabi kepada Allah, beliau merasa
telah banyak menerima nikmat Allah.
Apakah pantas seorang hamba yang telah
diberi kenikmatan lalu tidak beribah? Atau
malah menggunakannya di jalan yang dimurkai-Nya? Cara berkhlaq kepada Allah atas segala nikmat-Nya adalah dengan mensyukuri dengan menggunakannya untuk mencari ridho-Nya, beribadah kepada-Nya, serta patuh dan tunduk pada perintah-Nya.
Selanjutnya
adalah adab kepada Rasul. Saat
ini kita tidak hidup bersama Rasul, tetapi
kita hidup dengan warisan-warisan Rasul
yaitu Al-Quran dan Hadist. Maka akhlaq
terhadap warisan rasul adalah mempelajarinya,
mengikuti perintahnya, menjaganya,
dan membelanya.
Dalam
surat Al Hujurat Allah telah memberikan
petunjuk bagaimana berakhlaq kepada
Rasul. “Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu meninggikan suaramu
melebihi suara Nabi,...“ (QS. Al Hujurat: 2). Maka
tidak pantas bagi seorang muslim yang
mengaku telah beriman kepada Allah,
tetapi dalam kehidupannya lebih meninggikan
pendapatnya sendiri daripada pendapat
Rasul.
Selanjutnya
berakhalaq kepada sesama makhluk.
Artinya berbuat baik kepada semua
ciptaan Allah. Baik manusia, hewan, tumbuhan,
dan alam raya. Utamanya berakhlaq
kepada kedua orangtua. Mereka
adalah orang yang paling berhak
menerima sifat-sifat mulia. Tidak ada
manfaat ibadah seseorang jika tidak mempunyai
akhlaq di hadapan orangtuanya.
Allah
menyetarakan untuk taat beribadah kepada
Allah dan berbuat baik kepada orangtua.
Allah setarakan keduanya, berdampingan
secara langsung.
"Dan
sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun.
Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahaya
yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membanggakan
diri." (QS An Nisa: 36).
Baca juga: Ummat Islam, Umat Yang Terbaik
Seorang
muslim yang berakhlaq, maka pertama
kali akhlaknya dia berikan kepada orang
tuanya, kemudian kepada kerabatnya. Ada
diantara kita yang bersikap baik kepada teman,
tetangga, tetapi tidak berbuat baik kepada
orangtua dan kerabatnya.
Bahkan
Islam mengajarkan berakhlaq dan
bersikap baik terhadap hewan. Ada kisah
pemilik kucing yang lalai sehingga menyebabkan
kucingnya mati. Bagaimana dengan
orang-orang yang membuat orang
lain kelaparan, membuat orang lain
mengalami kesulitan-kesulitan dalam hidupnya,
dan berbuat dzalim
kepada orang lain.
Balasan Akhlaq Mulia
Orang-orang
yang berakhlaq baik dan menjaga
hubungannya dengan Allah, Rasul dan
sesama makhluk, akan menjadi manusia yang
paling berbahagia di akhirat kelak serta
dicintai sesama di dunia. Secara naluri, manusia
akan mencintai orang yang berbuat baik.
Begitu pula Allah, Rasul-Nya, dan malaikat-Nya,
semuanya mencintai orang yang
berakhlaq baik.
Rasûlullah
bersabda: “Amal yang paling berat
di mizan (timbangan amal) pada hari kiamat
adalah taqwa kepada Allâh SWT dan akhlaq
yang baik”.
Akhlaq
yang baik adalah cerminan hati yang
bersih. Dan hati yang bersih hanya bisa diperoleh
dengan ibadah yang benar.
Sumber: Majalah Al Falah Edisi Juni 2021
Featured Image by Freepik
Sedekah Mudah dari Rumah:
Artikel Terkait:
Bahagia dengan Gemar Berbagi | YDSF
Karakteristik Para Hamba yang Dicintai Allah | YDSF
HIKMAH DAN BELAJAR MENYAYANGI SESAMA | YDSF
5 Hajat Asasi Manusia Menurut Islam | YDSF
Hikmah Terjadinya Bencana Dan Menolong Sesama | YDSF