Malu Mengerjakan Keburukan | YDSF

Malu Mengerjakan Keburukan | YDSF

9 Maret 2023

Salah satu akhlak mulia yang harus dimiliki oleh setiap muslim ialah sifat malu. Rasa malu akan membuat umat muslim terhindar dari perbuatan buruk. Sebaliknya, bila tidak memiliki rasa malu, kemungkinan besar mudah baginya untuk mengerjakan keburukan.

Dari Zaid bin Abi Thalhah r.a, Rasulullah bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.

Setiap agama memiliki etika, dan etika (utama agama) Islam adalah malu.” (HR. Ibnu Majah).

Ibnu Qayyim mengatakan bahwa kata al-Haya’u الْـحَيَاءُ  diambil dari kata al-Hayah yang berarti ‘kehidupan’. Hal itu memiliki makna seberapa jauh hati seseorang hidup, sejauh itu pula kekuatan malu seseorang bersemayam di hatinya. Kurangnya rasa malu menjadi salah satu indikasi matinya hati dan roh. Setiap hati lebih hidup, saat itu juga rasa malu menjadi lebih sempurna (At-Tarifat, hlm. 94).

Ibnu Miskawaih dalam kitab tahdzib al-Akhlaq fit-Tarbiyah berkata, “Malu merupakan salah satu keutamaan yang termasuk kategori penjagaan kesucian diri, bahkan itu adalah tahap pertama yang harus dilakukan (oleh setiap orang). Malu menjadi pembatas jiwa dari terjerumus melakukan keburukan, serta sebagai bentuk kehati-hatian dari celaan dan ejekan.”

Secara garis besar, malu terdiri atas dua macam, yakni malu bawaan (tabiat) dan malu yang diusahakan dengan latihan. Malu bawaan berarti sifat malu yang mucul secara fitrah dalam diri seseorang. Sedangkan malu yang diusahakan berarti sifat malu yang dilatih terus-menerus agar bisa tertanam dalam diri. Jenis malu yang kedua inilah yang dijadikan sebagai cabang keimanan dan diperintahkan dalam agama oleh Allah Swt. dan Rasulullah saw. Sebagaimana dalam hadits disebutkan bahwa, “Rasa malu adalah bagian dari keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dua macam malu di atas itu telah terhimpun dalam jiwa Nabi Muhammad saw. Rasa malu bawaan yang dimiliki Rasul jauh lebih besar dari rasa malu gadis ‘pingitan’ (zaman dulu) yang sedang di kamar. Sementara derajat rasa malu yang diusahakan Nabi saw. berada pada tingkatan tertinggi di antara yang lainnya.

Baca juga: Akhlak Baik, Cerminan Hati Bersih | YDSF

Perintah agar Umat Islam Memiliki Rasa Malu

Dalam Al-Qur’an setiap manusia dianjurkan memiliki rasa malu, terutama kepada Allah Swt. Sebab, Allah Maha Melihat atas segala sesuatu yang kita lakukan dimana pun dan kapan pun kita berada, sekalipun kita bersembunyi di tempat terpencil yang tidak diketahui setiap orang.

أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى

“Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?” (QS. Al-Alaq: 14).

إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Sesungguhnya Allah mengawasi kalian.” (QS. An-Nisa: 1)

 

وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan Allah Maha Melihat terhadap apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 265)

Sementara dalam hadits, Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah kalian malu kepada Allah Azza wa Jalla  dengan sebenar-benar malu. Barang-siapa yang malu kepada Allah Azza wa Jalla dengan sebenar-benar malu, maka hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang ada padanya, hendaklah ia menjaga perut dan apa yang dikandungnya, dan hendaklah ia selalu ingat kematian dan busuknya jasad. Barangsiapa yang menginginkan kehidupan akhirat hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang mengerjakan yang demikian, maka sungguh ia telah malu kepada Allah Azza wa Jalla dengan sebenar-benar malu.” (HR. Tirmidzi).

Baca juga: Meraih Akhlak dengan Zakat | YDSF

Malu Mengerjakan Keburukan

Seseorang yang merasa percaya diri ketika berbuat keburukan atau maksiat, merasa aman, bahkan biasa-biasa saja saat melakukan perbuatan dosa, maka bisa dipastikan seseorang tersebut telah kehilangan rasa malu yang ada pada dirinya.

Perbuatan dosa dapat melemahkan rasa malu pada diri seorang hamba. Kemaksiatan yang terlalu sering dikerjakan dapat membuat hamba terlepas dari rasa malu secara total, sehingga dia tidak merasa bahwa orang-orang di sekitarnya telah mengetahui keburukannya. Dia juga tidak terpengaruh dengan perhatian orang terhadap dirinya. Bahkan, kebanyakan dari mereka dengan bangganya memberitahukan kondisi dan perbuatan buruk yang dilakukan.

Hal yang mendorongnya melakukan perbuatan tersebut, tentu karena dia berlepas diri dari rasa malu. Apabila keadaan seorang hamba sudah seperti ini, tidak ada lagi kebaikan yang dapat diharapkan dari dirinya sendiri. Bila iblis atau setan melihatnya masih hidup, pasti akan berkata, “Aku telah berhasil menjalankan misiku.”

Manusia yang tidak ada lagi memiliki rasa malu, ibarat orang yang mati di dunia meskipun masih hidup dan nantinya akan mengalami kesengsaraan ketika di akhirat. Banyak dosa, sedikit malu, hingga tidak adanya rasa semangat untuk melakukan kebaikan sekecil apapun itu. Naudzubillah...

Ibnu Qayyim berkata, “Barang siapa yang lau kepada Allah ketika dia bermaksiat kepada-Nya, Allah akan malu untuk mengazabnya pada saat dia menghadap-Nya. Dan barang siapa yang tidak malu kepada Allah ketika dia bermaksiat kepada-Nya, niscaya Allah tidak akan malu untuk mengazabnya kelak pada hari kiamat (akhirat).” (Ad-Da’u wad-Dawa’u, halaman 131-132).

Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa orang yang tidak punya malu berbuat dosa akan masuk ke dalam Neraka Jahanam. Allah Swt. berfirman, “Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179).

Wallahua’lambisshawab

 

Sumber: Ensiklopedia Akhlak Muhammad saw. oleh Mahmud al-Mishri

 

Featured Image by Freepik

 

Mudah Berbagi:


 

Artikel Terkait:

Mengatasi Darurat Akhlak | YDSF
Pintu Dosa di Era Digital | YDSF
Menghapus Dosa Riba Masa Lalu | YDSF
Karakteristik Para Hamba yang Dicintai Allah  | YDSF
Tanda-Tanda Allah Memberi Hidayah | YDSF
Ujian Allah Untuk Menguatkan Kita | YDSF
Allah Lebih Melihat Keikhlasan | YDSF
Inilah Orang yang Dicintai Allah | YDSF

Tags: Malu, Sifat Malu, Malu dalam Islam, Perbuatan Buruk

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: