Siapa sih yang
tidak ingin menjadi hamba yang dicintai Allah? Pasti setiap muslim yang ada di
dunia ini menginginkannya. Karena dicintai oleh Allah Swt. menjadi anugerah
yang sangat besar dan tak ternilai yang kita dapatkan.
“Semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan
Laila…namun Laila tak pernah mengiyakan itu.”
Pepatah Arab yang mashur ini menyindir banyak orang, termasuk diri kita.
Ada yang mengakui mencintai si Fulanah. Tetapi belum tentu Fulanah mencintai dia.
Maka tidak ada gunanya seseorang sekadar mengaku mencintai Allah, tanpa adanya pembuktian.
Lalu apa buktinya seseorang benar-benar mencintai Allah? Jika di balik
pertanyaan itu: sebenarnya siapa saja yang dicintai Allah? Seperti halnya
pertanyaan sebenarnya siapa sih yang dicintai si Laila tadi.
Kita teringat bahwa kecintaan Allah terhadap hamba-Nya bukan datang seperti
dipersepsikan hamba, tapi karena sebab-sebab yang disebutkan oleh Allah dalam
kitab-Nya.
Orang yang Bertaqwa
Ayat Al Quran yang mengatakan bahwa Allah mencintai orang-orang yang
bertaqwa. Inilah Orang yang Dicintai Allah “Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaqwa.” (QS. At Taubah: 4). Orang yang bertakwa adalah
orang yang selalu menjaga batas larangan dan perintah Allah. Ia akan menjaga
jangan sampai melanggar apa yang dilarang Allah dengan sekuat kuatnya.
Dan dia akan berusaha sekuat tenaga melaksanakan apa yang diperintahkan
Allah. Orang yang bertakwa adalah orang yang amat berhati-hati menjalankan apa
yang diperintahkan Allah, dan menjauhi larang Allah. Dia takut terhadap
kekuasaan Allah yang Maha Melihat sekaligus dia sangat berharap rahmat Allah
yang Maha Penyayang. Karena itu Allah mencintainya.
Baca juga: Karakteristik Para Hamba yang Dicintai Allah | YDSF
Orang yang Sabar
“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imron: 146). Orang itu menjadi betul-betul
sabar, jika ia memahami makna dan sifat kesabaran. Ia memahami siapa yang dari
mana dan siapa yang Maha Pemberi sebab seluruh alam semesta ini. Semua
peristiwa di alam semesta ini terjadi atas perkenan Allah.
Orang yang sabar itu ibarat petani yang menanam pohon apel. Dia tak akan
memanen hingga apel benar-benar telah matang. Maka orang sabar adalah orang
yang melalui waktu dengan penuh harap kepada Allah dan tetap menjaga “pohonnya”
agar tidak rusak atau mati.
Hanya orang bodoh yang membiarkan tanamannya rusak atau kekeringan tanpa disirami
dan tanpa dipupuk. Atau dibiarkan tidak dijaga sehingga dirusak manusia maupun hewan
atau tanaman parasit. Di sanalah pertolongan Allah bersamanya.
Orang yang Berjihad di Jalan
Allah
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang
berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Shaff 4). Dalam Al-Qur’an, kata jihad diterjemahkan dengan berbagai
turunannya terdapat 41 kali, baik dalam surat-surat yang diturunkan pada
periode Makkah (Makkiyyah) maupun pada periode Madinah (Madaniyyah).
Akar kata jihad adalah جَهَدَ yang berarti: keletihan, kegentingan,
kepedihan, kesulitan, upaya, kemampuan, kerja keras. Ayat jihad dalam arti
perang (qital) atau melawan musuh, hanyalah sebagai salah satu maknanya,
dan baru turun pada tahun kedua Hijriyah pada Perang Badar.
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang
tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad
di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang
yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu
derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik [surga]
dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala
yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisaa’ 95-96).
Baca juga: MEMAKNAI JIHAD DALAM HIDUP | YDSF
Orang yang Berbuat Baik (Ihsan)
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan.” (QS. Al Baqarah: 195).
Ada empat makna ihsan:
1. ihsan adalah memberikan nikmat atau sesuatu yang disenangi kepada orang lain.
2. ihsan adalah berbuat baik dan menyebarkan kebaikan.
3. ihsan karena seseorang memahami bahwa perbuatan tersebut akan dibalas Allah
dengan yang lebih baik, di dunia maupun di akhirat.
4. ihsan lebih tinggi dari berlaku adil. Seseorang disebut adil apabila melaksanakan
kewajibannya, lalu ia menerima haknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sedangkan ihsan adalah melakukan pekerjaan melebihi dari yang diwajibkan dengan
tidak melanggar aturan dan mengambil atau menerima hak kurang dari yang telah ditentukan.
Jadi, orang yang ihsan tidak pernah mengambil hak orang lain. Ia bahkan masih menyisakan
haknya demi kemaslahatan orang lain.
Orang yang Bertobat
“…Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
bertobat dan membersihkan dirinya.” (Al Baqarah: 222).
Ada seorang ulama yang berjalan menuju masjid untuk shalat. Dia melewati
rumah dan melihat ada anak kecil yang menangis karena dimarahi sang ibu. Dia
merengek minta masuk rumah. Sang ibu yang marah menutup pintu. Si anak terus
merengek.
Pulang dari masjid, sang ulama melihat si ibu membuka pintu lalu memeluk
anaknya dan mengajaknya masuk. Sang ulama merenungkan kejadian itu dan memberi
nasihat muridnya: jika ibu itu masih sayang kepada anaknya yang telah bersalah,
maka Allah jauh lebih menyayangi hambaNya yang bertobat dan meminta ampun kepadaNya.
Sumber: Majalah Al Falah Edisi Agustus 2019
Featured Image by Freepik
Sedekah dari rumah:
Artikel Terkait:
Bahagia dengan Gemar Berbagi | YDSF
AMALAN IBADAH PEMBUKA PINTU REZEKI | YDSF
TANDA-TANDA ALLAH MEMBERI HIDAYAH | YDSF
4 HAL PEMICU KERASNYA HATI | YDSF
Naungan Allah Bagi Pemuda | YDSF