Di era teknologi saat ini, potensi pahala kebaikan ada dimana-mana. Namun, potensi dosa (keburukan) pun juga ada dimana-mana. Terlebih dengan perkembangan dunia informasi yang pesat dan semakin canggih.
Bayangkan, hanya dengan duduk di depan laptop atau memegang ponsel yang terkoneksi ke internet, kita bisa ‘menyerap dan mengeksplorasikan’ dosa maupun pahala.
Rasulullah Saw mengingatkan,
مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ
“Siapa yang melakukan satu sunnah hasanah dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan siapa yang melakukan satu kebiasaan buruk dalam Islam, maka ia mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkan kebiasaan tersebut setelahnya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun” (HR. Muslim no. 1016).
Ada banyak pintu di dunia maya yang secara tidak sadar bisa menambah pundi-pundi dosa bagi seseorang. Misalnya, penyebaran berita hoax. Ketika seseorang sudah mengetahui bahwa informasi yang ia dapatkan tidak benar, ia masih saja menyebarkan ke warganet lainnya. Sehingga membuat asumsi warganet lain bahwa berita tersebut benar. Terus menyambung seperti itu. Maka, sudah berapa dosa yang ‘tereksplorasi’?
Atau tentang berita seorang tokoh yang membuat-buat ‘ibadah baru’ yang belum pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Ia berpendapat bahwa ibadah tersebut adalah sunnah. Padahal, perbuatan tersebut jelas-jelas bertentangan dengan sunnah Rasulullah Saw.
Lalu berita tersebut dibagikan ke jagad maya dan ternyata dibaca. HIngga membuat ‘ibadah baru’ tersebut dipraktikkan orang lain. Maka, ia juga akan memikul dosa-dosa orang mengikutinya.
Setiap penduduk bumi tidak pernah lepas dari dosa. Sebaik-baiknya orang yang berdosa adalah mereka yang mau memohon ampun kepada-Nya. Tentunya, Allah Yang Maha Pengampun pasti akan mengampuni hamba-Nya.
Namun, dosa kepada sesama tidaklah mudah. Sebab kita harus melakukan klarifikasi dan meminta maaf kepada orang yang menjadi subjek kesalahan kita. Jangan sampai saat ajal menjemput, perbuatan buruk yang kita lakukan akan menjadi malapetaka karena aliran dosa yang tidak pernah terputus sampai alam kubur. Naudzubillah.
Karena kehidupan saat ini tidak mungkin dilepaskan dari arus informasi dan teknologi, maka kita perlu meneliti lebih dalam atas segala informasi yang kita cerna. Jika benar dan baik, tidak ada salahnya kita ‘eksplorasikan’ dengan tujuan amar ma’ruf nahi munkar. Tapi jika informasi tersebut meragukan dan jelas-jelas mengandung isi yang tidak benar bahkan bertentangan dengan ketentuan Allah Swt dan Rasulullah Saw, kita perlu waspada.
Sebisa mungkin menyampaikan klarifikasi, memberi nasihat atau setidaknya kita tidak ikut arus menyebarkan kepada orang lain. Jangan sampai seperti apa yang dikatakan, Imam alGhazali, dalam Ihya Ulumuddin,
“Sungguh beruntung orang yang meninggal dunia, maka putuslah dosa-dosanya. Dan sungguh celaka seseorang yang meninggal dunia, tetapi dia meninggalkan dosa yang ganjaran kejahatan terus berjalan tiada hentinya.”
Oleh: Abdillah F. Hasan
Editor: Ayu SM
Baca Juga:
Waspadai Perkara Perusak Amal | YDSF
Tips Menghafal Al Quran Otodidak | YDSF
Mencetak Ahli Tafsir Alquran dari Anak Cerdas nan Beradab
Banyak Menghafal Alquran, Tubuh Jadi Semakin Sehat
Asy Syifa’, Alquran Penyembuh Penyakit
Kisah Keluarga Teladan dalam Al Quran
Kisah Umar dalam Melayani Umat
Tak hanya Membagi Ilmu, Imam Syafi'i juga Membagi Harta
Belajar Membaca Alquran di Masa Rasulullah SAW | YSDF