Tanda-tanda Allah Memberi Hidayah | YDSF

Tanda-tanda Allah Memberi Hidayah | YDSF

12 Maret 2020

Hidayah Allah bertebaran di sekeliling kita. Tapi manusia kerap mengabaikannya. Pergantian siang dan malam, burung-burung beterbangan, segarnya udara pagi, sesungguhnya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah.

Kita terus memohon hidayah atau petunjuk di setiap langkah dan hembusan nafas. Berharap menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Jangan sampai hidayah terlepas dan berganti dengan kesesatan. Nadzubillah.Setiap shalat dan setiap membaca surat Al Fatihah kita memohon: ihdinash shiratal mustaqim. Tunjukilah kami jalan yang lurus/benar.

Hidayah Allah berupa lintasan atau tandatanda yang berseliweran di sekitar kita. Jika mampu menggunakan akal untuk menilai dan memberi ruang kepada diri untuk muhasabah, Allah membukakan jalan kebaikan.

Berikut ini tanda-tanda Allah memilih kita untuk mendapat hidayah.

Meninggalkan yang Tidak Berguna

Kita dapat merasakan dan mulai meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat. Bertahap maupun seketika. Salah satu akhlak paling menonjol orang beriman adalah meninggalkan perbuatan tak bermanfaat. Yang tak berguna saja ditinggalkan, apalagi yang keji dan munkar.

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,” (QS. Al Mu’minun 1-3).

Hal ini juga dijelaskan Imam An Nawawi ketika menulis Kitab Hadits Arbain pada hadits nomor 12. Rasulullah Muhammad saw bersabda, min husni islamil mar’i tarkuhu maa laa ya’niihi.

“Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (HR. Tirmidzi).

Abu Hurairah ra. sahabat Nabi saw. yang banyak menyertai dan mengadopsi perilaku beliau berkata, “Rasulullah menjelaskan hadits tersebut kepada kami dengan kalimat yang singkat dan penuh manfaat, di dalamnya terkumpul kebaikan dunia dan kebahagiaan akhirat.”

Para ulama sepakat bahwa hadits ini merupakan jawami’ul kalim (ucapan singkat padat penuh makna) yang menjadi keistimewaan Rasulullah saw yang tidak dimiliki nabi-nabi sebelumnya.

Bahkan ada yang mengatakan bahwa hadits ini merupakan separuh dari agama. Karena agama pada dasarnya adalah melakukan sesuatu (alfi’lu) dan menghindari sesuatu (at-tark). Hadits ini merupakan dasar untuk menghindari suatu perbuatan. Dengan demikian inilah separuh dari agama (https://alquranmulia.wordpress.com/2013/12/06/).

Sebagian ulama berpendapat, hadits ini menghimpun semua ajaran agama. Karena secara tekstual menyebutkan tentang at-tarku dan secara kontekstual mengisyaratkan al-fi’lu. Ibnu Rajab berkata, “Hadits ini dasar yang sangat penting berkaitan masalah akhlak.”

Abu Dawud berkata, “Siklus hadits-hadits ada pada empat hadits… salah satunya adalah hadits ini.” (syarah Ibnu Daqiq al-‘Id terhadap al-Arba’in).

Mudah Menerima Nasihat

Bila Allah menghendaki, manusia dimudahkan memahami dan mencerna nasihat agama. Karena sesungguhnya hakikat agama adalah nasihat.

Rasulullah saw bersabda: “Agama adalah nasihat.” Para sahabat bertanya, ‘’Untuk siapa?” Beliau menjawab, ‘’Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan manusia pada umumnya.’’ (HR Muslim).

Nasihat secara bahasa berasal dari kata annushu yang berarti al-khulush (murni). Secara istilah, nasihat ialah pernyataan agar berbuat baik bagi yang dinasihati.

Nasihat untuk Allah, maknanya Allah hanya menerima amal agama dan beriman secara murni atau ikhlas. Murni tidak tercampur kesyirikan dan pamrih duniawi. Nasihat untuk kitab-Nya, maksudnya adalah beriman kepada semua kitab-kitab samawi (langit) yang diturunkan dari sisi Allah Swt.

Sedangkan, nasihat untuk Rasul-Nya adalah membenarkan kenabiannya, menaati perintahnya, menjauhi segala larangannya, menghidupkan sunah, memahami, mempraktikkan dan menyiarkannya. Serta berakhlak sesuai akhlak beliau yang mulia. (dikutip dalam https://www. republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/19/08/05/pvrk5e458)

Nasihat untuk pemimpin kaum muslimin adalah membantu atas kewajiban yang mereka emban, memberikan masukan, dan mengingatkan bila lupa. Juga mencegah mereka dari perbuatan zalim dengan cara yang baik. Terakhir, nasihat untuk manusia pada umumnya. adalah dengan mengajak pada kebaikan, menutup aib, dan tidak berbuat ghibah (menggunjing).

Sekiranya dua perkara utama ini kita mengalaminya, bersyukurlah karena Allah Swt telah memilih kita. Hendaknya kita istiqomah menjaga diri dan sering mendengar peringatan untuk menyadarkan dari kekhilafan.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisis Februari 2020

 

Baca juga:

BERDOA JUGA ADA ADABNYA

Contoh Istiqomah dalam Beribadah | YDSF

Perbedaan Pahala Shalat di Masjid dan Mushola | YDSF

Jamak Shalat Karena Sakit | YDSF

Keutamaan Membaca Ayat Kursi Dan Anjuran Sedekah | YDSF

MENJADI BULAN HARAM, BENARKAH RAJAB ADALAH BULAN ALLAH? | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: