Memang
kita memungkiri bahwa di tengah kehidupan orang-orang Jahiliyah sebelum kenabian di Jazirah Arab banyak
terdapat hal-hal yang hina, amoralitas, dan masalah-masalah yang tidak bisa
diterima akal sehat dan tidak disukai manusia. Meskipun begitu mereka masih
memiliki sifat mulia dan akhlak
terpuji yang
mengundang decak kagum.
Sifat-sifat mulia yang dimiliki menjadi bekal penting dalam
penerimaan tugas kenabian. Akhlak mulia tersebut menentukan bahwa bangsa Arab
memang layak menerima amanah dakwah Islam ke seantero jagat. Di antara akhlak
itu, antara lain:
1. Kedermawanan
Mereka saling berlomba-lomba dan membanggakan diri dalam
masalah kederwanan dan kemurahan hati. Bahkan separuh syairsyair mereka bisa
dipenuhi dengan pujian dan sanjungan terhadap kedermawanan ini. Adakalanya
seseorang didatangi tamu yang kelaparan pada saat hawa dingin menggigit tulang.
Sementara saat itu dia tidak memiliki kekayaan apa pun selain ekor unta yang
menjadi penopang hidupnya.
Namun rasa kedermawaan bisa menggetarkan dirinya, lalu dia
pun bangkit menghampiri unta satu-satunya, lantas menyembelihnya agar bisa
menjamu tamunya. Dengan sifat kedermawaan seperti ini, bahkan mereka bisa menanggung
pembayaran denda (dalam hal hukum pidana) dengan jumlah sangat tinggi dan
membuat mata terbelalak. Sehingga tidak jarang hal ini justru menyebabkan
pertumpahan darah dan mengakibatkan kematian. Yang pasti, mereka biasa membuat
pujian dan membanggakan diri, terutama dari kalangan para penguasa dan
pemimpin.
Di antara pengaruh sifat ini, mereka biasa bangga karena
minum khamr/arak. Bukan kebanggaan karena meminumnya, tetapi hal itu dianggap
sebagai salah satu cara menunjukkan kedermawanan dan paling mudah untuk
menunjukkan pemborosan. Maka tidak
heran jika mereka menyebut pohon anggur dengan nama Al karam
(kedermawanan). Sedangkan arak yang terbuat dari anggur disebut Bintul Karam
(putri kedermawanan).
Baca juga: Memupuk Sifat Kedermawanan dan Meneladani Rasulullah | YDSF
Pengaruh lainnya terlihat pada kebiasaan bermain judi.
Mereka menganggap main judi sebagai salah satu cara mengekspresikan
kedermawanan. Karena laba dari judi itulah mereka bisa memberi makan
orang-orang miskin. Atau mereka menyisihkan sebagian uang dari andil
orang-orang yang mendapat laba.
Oleh karena itu, Al-Qur’an tidak mengingkari manfaat dari
khamr/arak dan judi. Namun Al Qur’an menyatakan, “Tetapi dosa keduanya lebih
besar daripada manfaatnya.”
(QS. Al Baqarah 219).
2. Memenuhi
janji
Di mata mereka, janji adalah utang yang harus dibayar.
Bahkan mereka rela anaknya sendiri terbunuh dan rumah mereka terbakar daripada
mengingkari janji. Kisah Hani bin Mas’ud Asy Syaibani, As Samau’al bin Adiya
dan Hajib bin Zararah sangat masyhur di dalam sejarah.
Hani bin Mas’ud Asy Syaibani adalah salah satu pemuka Arab
di masa sebelum Islam. Diceritakan, ia telah berjanji memberikan suaka/
perlindungan kepada keluarga Nu'man bin Mundzir. Ia tetap menjaga janji itu
meski diancam oleh Imperium Persia. Keselamatan diri dan keluarganya menjadi
taruhan demi memegang teguh janji itu.
3.
Kemuliaan diri dan keengganan menerima
kehinaan & kezaliman
Akibatnya, mereka sering berlebih-lebihan dalam masalah
keberanian, sangat pencemburu dan cepat naik darah. Mereka tak mau mendengarkan
kata-kata yang menggambarkan kehinaan dan pelecehan, melainkan mereka bangkit
menghunus pedang. Lalu pecah perang yang berkepanjangan. Mereka tak memedulikan
kematian yang bisa menimpa pada diri sendiri karena hal itu.
4.
Pantang mundur
Jika mereka sudah menginginkan sesuatu yang di situ ada
kehormatan dan kemuliaan, maka tidak ada sesuatu pun yang bisa menghadang atau
mengalihkannya.
5.
Lemah lembut dan suka menolong
Mereka suka membuat sanjungan tentang sifat ini dalam bentuk
syair. Hanya saja, sifat ini kurang tampak karena mereka berlebih-lebihan dalam
sifat keberanian dan mudah terseret pada peperangan.
Baca juga: Balasan Menolong dan Membantu Orang lain | YDSF
6.
Kesederhanaan pola kehidupan Arab Badui
Mereka tidak mau dilumuri warna-warni dan gemerlapnya
peradaban. Hasilnya adalah kejujuran, dapat dipercaya, meninggalkan dusta, dan
menjauhi pengkhianatan.
Kita melihat akhlak-akhlak yang sangat mulia ini -di samping
letak geografis Jazirah Arabmerupakan sebab mengapa mereka dipilih untuk
mengemban beban risalah yang menyeluruh, menjadi pemimpin umat dan masyarakat
dunia.
Sebab sifat-sifat ini –sekalipun sebagian di antaranya ada
yang menjurus kejahatan dan menyeret pada kejadian yang mengenaskan- toh pada
dasarnya itu semua merupakan akhlak yang terpuji. Sifat-sifat ini bisa
mendatangkan manfaat bagi masyarakat manusia jika mendapat sentuhan perbaikan.
Maka inilah tugas Islam.
Barangkali akhlak yang paling menonjol dan paling banyak
bermanfaat –setelah sifat pemenuhan janji- adalah sifat kemuliaan dan semangat
pantang mundur. Sebab kejahatan dan kerusakan tak bisa diperbaiki –juga
keadilan dan kebaikan tidak bisa ditegakkan- kecuali dengan kekuatan dan sifat
seperti ini.
Di luar sifat yang enam ini, tentunya masih ada sifat-sifat utama mereka yang lain.
Namun kali ini kita cukupkan pembahasannya pada yang enam ini saja (dalam Sirah
Nabawiyah, Al Mubarakfury, Pustaka Al Kautsar, cetakan ke-31, 2010, hlm 34-
36). Semestinya kita meneladani sifat-sifat mulia mereka ini.
“Tidak ada sesuatu apapun yang paling berat di dalam
timbangan (amal baik) seorang mukmin pada hari kiamat nanti daripada akhlak
yang mulia. Sesungguhnya Allah membenci orang yang berkata kotor lagi jahat”
(HR. At Tirmidzi).
Sumber: Majalah
Al Falah Edisi Juli 2020