Potret keluarga idaman keluarga Nabi Ibrahim terekam dalam Al Quran. Keluarga kecil ini banyak dikenal karena kisah pengorbanan yang luar biasa. Kisah perjalanannya diabadikan dalam manasik haji. Juga menjadi hari raya umat Islam, Idul Adha. Hari raya Qurban.
Keluarga ini juga dipilih melahirkan para nabi, mewariskan nasab kerasulan. Istimewa! Lalu seperti apakah potret pendidikan keluarga Ibrahim, berikut ulalsannya.
Menanamkan Tauhid
Sebelum berkeluarga, Ibrahim muda terkenal sebagai pemuda gagah berani yang melawan arus pemikiran musyrik saat itu. Berhala yang menjadi simbul paganisme diruntuhkan. Sikap yang bisa mengancam jiwanya.
Ia juga pemuda cerdas dan penuh perhitungan. Dialog ketuhanan dengan raja juga dipersiapkan. “Tuhanku mampu menerbitkan matahari dari timur dan menenggelamkannya di barat, maka silakan dibalik jika mampu.” (QS. Al Baqarah: 258).
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Dialog ini sempat menjadi topik hangat di kalangan kafir waktu itu. Ketika menjadi kepala rumah tangga, tauhid benar-benar ditanamkan kepada keluarganya. Banyak ayat Al Quran mengabadikan prinsip pendidikan ini.
Kata Nabi Ibrahim kepada putranya, “Jangan sampai kalian meninggal dunia kecuali dalam kondisi menjadi seorang muslim. Fala tamutunna illa wa antum muslimun” (QS. Al Baqarah: 132).
وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Sebaliknya, beliau juga mewanti-wanti agar tidak berpaling mengabdi kepada selain Allah, “Jauhkanlah diriku dan keturunanku dari menyambah berhala.” (QS. Ibrahim: 35).
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Urusan tauhid ini memang tidak bisa ditawar-tawar. Tauhid dalam Islam berperan sebagai pandangan hidup yang bisa memengaruhi seluruh aktivitas manusia. Para filosof Barat pun mengakui, ada keyakinan dasar yang biasa disebut ‘basic belief’ atau ‘asumsi dasar’ yang menjadi poros tindakan manusia.
Dengan ini manusia mampu membedakan yang benar dan yang salah. Di sinilah, letak pentingnya mengapa tema ini menjadi pertama dan utama yang harus ditanamkan dalam pendidikan. Juga harus ditanamkan aktivitas ibadah ‘manasik’ yang benar. Dalam hal ini Nabi Ibrahim selalu meminta petunjuk Allah. “Tunjukkanlah kepada kami bagaimana cara beribadah kami.” (QS. Al Baqarah: 128).
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Ibrahim as. mengajarkan bagaimana tata cara menyembah kepada Allah dengan benar. Ritual ibadah sudah diatur sedemikian rupa, tidak boleh berkreasi. Di antara bentuk yang paling ditekankan Nabi Ibrahim kepada keluarganya adalah shalat dan haji. Bukan hanya mengerjakan shalat tapi juga melaksanakan nilai-nalai yang tekandung dalam shalat.
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
‘Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang menegakkan shalat, juga keluargaku.” (QS. Ibrahim: 40).
Shalat inilah yang membedakan orang Islam dan kafir. Beberapa kisah membuktikan, jika doa Nabi Ibrahim ini terus dipanjatkan, maka anak-anak akan mudah menjalankan shalat bahkan tanpa disuruh, sebagaimana Ismail As.
Cara mendidik keluarga Ibrahim?
Di antara nilai yang sangat kental cara Nabi Ibrahim mendidik, beliau selalu mengikut sertakan putranya dalam setiap aktivitas. Putra Ibrahim juga menjadi rekan terbaik dalam semua kegiatan.
Sebut saja, beliau berdua yang membangun Ka`bah, mengurus dan menjaganya (QS. Al Baqarah: 125,127). Inilah makna penting regenerasi. Estafet pengemban dakwah. Tanpa regenerasi, nilai-nilai tauhid akan terhenti. Beda masa, beda pula tantangannya.
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Bahkan dalam berzikir pun kedua insan shalih ini bersama-sama. Ini terlihat dalam kisah pembacaan takbir. Karena rasa takjub pada iman kedua Nabi ini, Jibril melafadzkan takbir, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar”. Kemudian Nabi Ibrahim menjawab dengan Tahlil dan Takbir, “La ila ha illa Allah Allhu Akbar”. Lalu Nabi Isma`il bertakbir mengagungkan Asma Allah dan bersyukur dengan tahmid. “Allahu akbar walillahi al‐hamdu”.
Menempatkan putra di lingkungan yang baik
Hal ini juga menjadi metode dan cita-cita Nabi Ibrahim. Makkah adalah tempat yang dipilih Ibrahim dalam menggembleng putra dan semua keturunanya. Tempat ini dulunya adalah tempat yang sulit dijangkau manusia karena tidak ada sumber air, namun menyimpan nilai spiritual yang tinggi karena berada di dekat rumah Allah.
Siti Hajar dan putranya benar-benar terjun ke medan, seperti Bukit Shafa dan Marwah. Keluarga Ibrahim benar-benar mampu mengubah kondisi Makkah menjadi berpengaruh. Senjata pendidikan terakhir Ibrahim adalah doa.
Al Quran menyebutkan banyak sekali doa-doa beliau. Jika diperhatikan, Ibrahim selalu menyapa keturunannya dalam kebanyakan permohonanya.
“Jadikanlah kami berdua orang yang berpasrah kepadaMu, juga keturanan kami.”
“Jadikanlah aku pendiri Shalat juga keturunanku.”
“Jauhkanlah aku dan anak-anakku dari menyembah berhala.”
Do`a adalah permintaan yang sekaligus bermakna kepasrahan, pengharapan, dan optimisme tinggi.
Begitulah secuil potret pendidikan keluarga Nabi Ibrahim. Pantaslah Allah Swt meminta menjadikanya contoh ideal.
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang‐orang yang bersamanya.” (QS. Al Mumtahanah: 4) **
Oleh: Moh. Isom Mudin
Baca Juga:
5 Hajat Asasi Manusia Menurut Islam | YDSF
Tingkatkan Semangat dan Nilai Berqurban | YDSF
Hikmah Pendidikan Dibalik Keyatiman Rasulullah | YDSF
Keutamaan Menyantuni Anak Yatim | YDSF
Makna Qurban dalam Islam | YDSF
Bahagia dengan Gemar Berbagi | YDSF
Menjadi Hamba yang Pandai Bersyukur | YDSF
Menyambung Silahturahmi yang Terputus | YDSF
Hakikat dan Keutamaan Silaturahim
Membangun Kebersamaan dengan Silaturrahim | YDSF
Amalan Ringan Berpahala Besar | YDSF