Pengorbanan Nabi Ismail as. dalam Ibadah Qurban | YDSF

Pengorbanan Nabi Ismail as. dalam Ibadah Qurban | YDSF

31 Juli 2020

Ibadah qurban kita lakukan juga sebagai bentuk meneladani apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as. dan Ismail. Dengan segala kerendahan hati, berserah diri, dan kecintaan penuh pada Allah, membuat mereka mau mengikhlaskan segala hal duniawi. Dalam kisah tersebut, juga ada pengorbanan seorang anak, yakni Nabi Ismail as.

Menginjak usia ke-86 tahun, barulah Allah Swt. memberikan anugerah anak kepada Nabi Ibrahim as. beserta Siti Hajar setelah sekian lama mereka menanti diberikan momongan. Namun ternyata, bahkan setelah mendapatkan Ismail, Allah justru mengutus Ibrahim untuk meninggalkannya di tengah gurun saat usia Ismail bahkan masih bayi. Ketakwaan Ibrahim dan Ismail terus diuji oleh Allah, tetapi keduanya masih dengan sabar dan teguh berada pada jalan Ilahi.

Kesabaran Nabi Ismail as. Diuji Sejak Kecil

Sejak usia bayi, Ismail telah ditinggalkan Nabi Ibrahim as. sebagaimana perintah Allah. Nabi Ibrahim as. mendapatkan perintah-nya untuk membawa Hajar dan Ismail ke tanah tandus kemudian meninggalkan mereka.

Hingga suatu ketika, bekal yang mereka miliki habis. Sehingga Hajar harus mencari makanan dengan berlari mondar-mandi antara Bukti Marwah dan Bukit Shafa. Tercatat tujuh kali Hajar melakukannya, dan inilah yang kemudian menjadi salah satu rukun dalam ibadah haji, yakni sai.

Dari kisah inilah yang kemudian menjadi permulaan munculnya air zamzam dan tanah yang menjadi wilayah dari Mekah.

Pengorbanan Nabi Ismail as. dalam Qurban

Usai kejadin tersebut, beberapa tahun kemudian datang kembali wahyu dari Allah untuk Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya, Ismail. Saat itu, Ismail masih berumur kurang dari sepuluh tahun namun telah lebih dari usia untuk bisa dikatakan wajib shalat.

Wahyu tersebut diberikan pada Allah melalui mimpi kepada Ibrahim. Namun, beliau tidak serta merta langsung menyembelih Ismail. Nabi Ibrahim as. menyampaikannya lebih dulu pada Ismail.  

Nabi Ibrahim as. pun berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.” (QS. As-Saffat: 102)

Mendengar apa yang disampaikan oleh ayahnya, Ismail tidak langsung marah atau menolak. Justru dengan sabar dan ketaatan penuh ingin mendapatkan pahala Allah swt., Ismail pun justru mengiyakan ayahnya. Ismail meminta Nabi Ibrahim as. untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah.

Kesabaran dan pengorbanan Ismail ini pun juga telah Allah firmankan dalam surah As-Saffat 101,

فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ

“Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.”

Melihat ketabahan dan pengorbanan Ismail tersebut, Nabi Ibrahim as. menjadi lebih mantap dalam menunaikan wahyu yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. Setelah keduanya berserah diri, Nabi Ibrahim as. pun segera membaringkan Ismail dan akan meyembelih Ismail (QS. As-Saffat: 103).

 Hingga kemudian, Allah mengganti Ismail dengan tebusan domba yang gemuk,

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. As-Saffat: 107)

Sifat ketabahan seorang nabi telah dimiliki oleh Ismail sejak kecil. Menjadikannya seorang anak yang saleh dan berbakti kepada Allah Swt. beserta orang tua.

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: