Bisa jadi kita
beranggapan semua perkataan Rasulullah saw. hanyalah nasihat semata. Namun,
sesungguhnya tidaklah demikian. Bila seluruh ucapan beliau cuma nasihat, maka
banyak orang yang akan bosan.
Dalam banyak atsar
(ucapan sahabat Rasulullah saw.) kita dapati sesekali Rasulullah saw. ikut
dalam obrolan para sahabat sehari-hari. Zaid bin Tsabit r.a. beraktar, “Bila
kami berbicara tentang dunia, Rasulullah saw. ikut berbicara tentang dunia
bersama kami, dan bila kami berbicara tentang akhirat, Rasulullah saw. juga
ikut serta berbicara tentang akhirat. Dan bila kami berbicara tentang makanan,
Rasulullah saw. juga akan berbicara tentang makanan,” (dalam Syakhshiyah A
Rasul, Muhammad Rawwas Qal’ah Ji, Pusataka Ikadi, hal. 205).
Rasulullah saw. kadangkala
juga bercanda dan bisa lucu dalam candanya. “Wahai Rasulullah, engkau mengajak
kami bercanda,” kata para sahabat suatu ketika. Nabi saw. menjawab, “Aku tidak
berkata kecuali yang benar,” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majak dari Abu
Hurairah r.a.). Di kesempatan lain, Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya aku
benar-benar bercanda dan aku tidak berkata kecuali yang benar.” (HR. Thabrani
dan Ibnu Umar r.a._. Maksudnya, beliau bercanda dengan kebenaran bukan canda
yang dusta maupun olok-olok.
Usaid bin Hudhair
r.a. mengisahkan, “Suatu saat ada salah seorang Anshar yang berbicara di
hadapan sekelompok sahabat hingga dia membuat orang tertawa. Tiba-tiba muncul Nabi
saw. sambil memukul perut orang itu dengan sepotong ranting. Lalu orang Anshar
itu berkata, ‘Beri kesempatan padaku untuk membalas!’ ‘Kalau begitu balaslah!’
jawab Nabi saw. ‘Anda mengenakan pakaian. Padahal aku tadi tidak mengenakan
pakaian,’ Maka Nabi saw. menyingkap gamisnya. Ternyata orang Anshar itu malah
merangkul pinggang Nabi saw. sambil berkata, ‘Yang kuinginkan hanyalah ini
wahai Rasulullah.’” (HR. Abu Daud)
Di lain
kesempatan, Rasulullah saw. menjenguk sahabat yang bernama Shuhaib r.a., (dalam
Senyum &Tangis Rasulullah, Ahmad Musthafa Wasim Ath Thahthawy, Pustaka Al
Kautsar, hal. 130). Beliau membawakan oleh-oleh berupa kurma yang berwarna
keabu-abuan (ramad), “Jika engkau memakannya, maka warnamu bisa abu-abu,” ucap
Rasulullah saw. sambil menghiburnya.
Baca juga: ADAB BERCANDA DALAM ISLAM | YDSF
“Kalau begitu,
aku akan memakan belahannya yang lain.” Maka Rasulullah saw. tersenyum
mendengar perkataannya. (HR. Ibnu Majah).
Pernah seseorang
menemui Rasulullah saw. dan meminta seekor unta jantan untuk tunggangan dan pengangkut
barang. Rasulullah saw. menyanggupi seraya berkata, “Aku akan membawakanmu anak
unta.” Dengan penuh heran, orang itu bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang
dapat aku perbuat dengan anak unta?” Nabi saw. menjawab, “Bukankah setiap unta
betina melahirkan anak unta (walaupun sudah besar)?” (HR. Bukhari &
Tirmidzi dari Anas bin Malik r.a.)
Suatu hari Nabi
saw. menemui Zahir bin Hiram r.a. di tempatnya berjualan. Ia adalah seorang
Arab Badui. Ia pernah memberi Nabi saw. hadiah. Rasulullah saw. menyukaianya
meski ia punya rupa yang buruk.
Tanpa ia sadari,
tiba-tiba Rasulullah saw. memeluknya dari belakang. “Siapa ini? Lepaskan aku!”
kata Zahir. Kemudian ia menoleh dan melihat Rasulullah saw. Begitu tahu, Zahir
malah tidak mau melepaskan punggungnya yang bersentuhan dengan dada Rasulullah
saw.
Kemudian
Rasulullah saw. berkata kepada orang-orang, “Siapa yang membeli budak ini?” Zahir
menyahut, “Wahai Rasulullah! Demi Allah, Anda memandang diriku sangat murah.”
Rasulullah saw. menjawab, “Namun di sisi Allah Swt. kamu sangat mahal.” (HR. Tirmidzi,
Ahmad dari Anas bin Mali r.a.)
Sumber
Majalah Al Falah Edisi Mei 2009
Sedekah Menolak Musibah
Artikel Terkait:
Membuat Nafkah Menjadi Berkah | YDSF
ZAKAT DARI UANG PESANGON PENSIUN | YDSF
Sejarah Sertifikasi Halal di Indonesia | YDSF
PERHITUNGAN ZAKAT RUMAH KONTRAKAN | YDSF
Larangan LGBT dalam Islam dan Kisah Kaum Luth | YDSF
PERBEDAAN ZAKAT, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
Hukum Arisan Dalam Islam | YDSF
MENUMBUHKAN KEBIASAAN BERBAGI MENJADI SEBUAH KEBUTUHAN HIDUP | YDSF