Islam tak hanya
mengatur masalah aqidah dan akhlak, namun juga seluruh hal yang ada di dunia
dan di akhirat. Bahkan dalam hal menyiapkan pemimpin di suatu negara, agama
Islam pun sangat memperhatikannya. Hal ini terbukti banyak ayat dalam Al-Qur’an
dan Hadits yang membahas tentang kepemimpinan.
Allah Swt. berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(QS. An-Nisa’: 59)
Di zaman modern ini,
saatnya umat dan bangsa, cerdas
menyiapkan pemimpin berintegritas, sebagaimana Allah dan para nabi
mempersiapkan pemimpin prophetic (para nabi, sahabat dan tabiin) dengan amat
serius. Al Quran memberi pelajaran kepada kita, bagaimana Allah menyiapkan Ibrahim
sebagai pemimpin dunia tak kurang dari 100 tahun.
Berbicara tentang kepemimpinan tak akan bisa lepas dari
sosok Ibrahim as pemimpin dunia, bapaknya para
pemimpin dan para nabi yang Allah sendiri mengujinya puluhan tahun dengan
pelbagai kalimat ujian, dan setelah lulus Allah berkenan melantiknya.
Baca juga: Potret
Pendidikan Karakter Keluarga Nabi Ibrahim | YDSF
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan
beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim (lulus) menunaikannya. Dia
(Allah)
berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam (pemimpin) bagi
seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.
Allah berfirman: “Janjiku ini tidak berlaku bagi orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Baqarah :124).
Penunjukan
Ibrahim a.s. menjadi pemimpin dunia itu terjadi 4000
tahun yang lalu, di saat bumi dihuni oleh sedikit manusia sederhana. Makkah
baru dihuni 3 orang saja (Ibrahim-istrinya dan ismail), namun permintaan
Ibrahim ketika itu sungguh sangat visioner: “Anak turunku jadikan pemimpin
juga ya Allah”.
Jutaan muslim sedunia baru saja mengikuti prosesi haji dan
sisanya merayakan Idul Adha, keduanya napak tilas perjalanan spiritual Ibrahim,
Ayah yang juga pemimpin dunia, yang tidak hanya sukses memimpin keluarganya
tetapi juga pemimpin dunia. Bayangkanlah bagaimana 42 generasi dari anak cucu
Ibrahim secara turun temurun hingga Nabi Muhammad saw. membawa agama Tauhid ini
telah mengubah jazirah tandus itu menjadi pusat dan pemimpin peradaban dunia,
menjadi salah satu kawasan paling kaya dan makmur di dunia.
Bayangkanlah bagaimana Nabi Ibrahim bermunajat agar lembah
itu diberkahi dengan menurunkan seorang nabi yang melanjutkan pesan samawinya,
dan kelak Nabi Muhammad saw menutup mata rantai kenabian di lembah itu, lalu
kini 15 abad kemudian – agama itu diikuti sekitar 1,9 miliar manusia muslim. Dari istrinya Sarah
yang menurunkan Ishak, Ya’kub hingga Isa as. Kini, agama samawi itu – Islam,
Kristen dan Yahudi – dipeluk oleh lebih dari 4 miliar manusia.
Demikian halnya Rasulullah saw., beliau mempersiapkan
kepemimpinan level khalifah tak kurang 20 tahun, sejak periode Makkah. Sebutlah
Abu Bakar as-Shiddiq,
Umar bin Khattab, Utsman dan Ali bin Abi Thalib dipersiapkan aqidah dan akhlak nya sejak awal kenabian.
Sisanya, Rasulullah mempersiapkan pemimpin sekelas gubernur dan panglima perang
selama 10 tahun. Tepatnya saat periode Madinah. Artinya, manusia terbaik utusan
Allah itu juga perlu waktu lama dan all-out untuk melahirkan pemimpin.
Bagaimana dengan kita?
Baca juga: Proses Pemilihan Pemimpin Umat Islam Pasca-Rasulullah | YDSF
Demikian halnya Mohammad Al Fatih tokoh fenomenal penanda
kebangkitan Islam abad 7 H yang mampu menaklukkan Konstantinopel, juga
dipersiapkan ayahnya dan ulama istana sejak kecil. Fatih kecil sudah
dipersiapkan oleh Sultan dan ulama istana, sehingga umur 8 tahun sudah hafal Al
Quran, ibadahnya sudah tertib, sholatnya tidak hanya yang wajib, tahajjud dan
dhuha tak pernah dia tinggalkan sejak aqil baligh. Menguasai 8 bahasa asing,
belajar sejarah, filsafat, logika dan lainnya. Bahkan ketika Fatih usia 14
tahun ditugasi memimpin Walikota Manisa, demi menguji dan memastikan sikapnya
terhadap harta-dunia. Setelah lolos uji, umur 18 tahun dilantik menjadi Sultan
dan diusianya yang relative muda 22 tahun berani memimpin 250 ribu tentara
menaklukkan konstantinopel, super power dunia saat itu.
Saatnya umat Islam, ulama dan tokoh bangsa serius memikirkan
lembaga yang memproduksi pemimpin bangsa dan umat, dalam berbagai tingkatannya, mulai RT, RW, Kades,
dekan, rektor, walikota, gubernur sampai pemimpin Negara. Selain berikhtiar dalam menentukan pemimpin,
hendaklah kita berdoa memohon kepada Allah Swt. agar dihadirkan pemimpin yang
baik nan bijak yang memimpin negeri ini.
Sumber:
Majalah Al Falah Edisi Oktober 2018
Sedekah Mudah:
Artikel Terkait:
Teladan Kepemimpinan Ayah dalam Keluarga | YDSF
Ayah, Sang Pemimpin | YDSF
Meneladani Cara Nabi Mengatasi Konflik | YDSF
Melahirkan Imam Al-Ghazali Milenial Dengan Bantuan Pendidikan | YDSF
Pendidikan Karakter Generasi Visioner | YDSF
Pola Pendidikan Najmuddin Ayyub, Ayah Sang Ksatria Shalahuddin Al-Ayyubi | YDSF