Pendidikan Karakter Generasi Visioner | YDSF

Pendidikan Karakter Generasi Visioner | YDSF

18 Juli 2020

Masa depan milik Islam. Inilah visi besar yang semestinya menjadi injeksi imunisasi tumbuh kembang anak-anak muda agar mereka punya kekebalan dari serangan goda duniawi bertubi-tubi.

Mereka yang visioner akan bisa melihat arah untuk menentukan kemudi hati. Sebagaimana tabiat sebuah perjalanan, tanpa tujuan yang jelas, maka pengemudi akan tidak peduli dia belok kanan atau kiri.

Semua terasa “sama benarnya”.  Tanpa visi, hidup bisa tiada arti, bahkan terjebak sebagai duri, bukan menjadi bagian dari solusi. Kita berhutang inspirasi pada Buya Hamka. Beliau menggugah kita, “Jika hidup sekadar hidup, kera di rimba juga hidup. Jika kerja hanya sekadar kerja, kerbau di sawah juga bekerja.” Semangatnya menyengat: mesti ada beda antara kera, kerbau, dan kita.

Visioner. Ini hal besar yang sering terlupa dibalurkan di pikiran anak-anak muda. Cita-citanya mungkin saja besar: ada yang mimpi jadi dokter, jadi astronot, jadi pengusaha, dll. Namun, mimpi-mimpi itu sering tak bertemu visi, terbentur tembok rendah duniawi, tidak bernyali dalam kontribusi besar pada kejayaan Islam.  Dalam hal seperti ini, jauh hari Sang Nabi sudah menasihati.

Barang siapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla, namun ia tak mempelajari kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat. (HR Abu Daud No 3179)

Lalu, bagaimana anak-anak muda bisa dihentakkan secara visioner sebagaimana tokoh-tokoh muda visioner telah dicatat sejarah dengan heroik? Ada dua gagasan yang disodorkan untuk dijadikan pertimbangan bagi sesiapa yang berkecimpung di dunia pendidikan.  

Pertama, mengganti injeksi racun mematikan dengan injeksi nutrisi yang menyehatkan. Racun paradigmatik yang beredar bahwa remaja adalah usia kerusakan, kegundahan, keguncangan, krisis, kenakalan telah menjadi racun pelumpuh bahkan pembunuh yang langsung bekerja di otak anak-anak muda.

Efeknya, mereka bisa berhalusinasi bahwa kalau tak rusak, tak gundah, tak guncang, tak krisis, tak nakal berarti tidak muda. Astaghfirullah!

Sebagai gantinya, perlu injeksi paradikmatik bahwa kebesaran Islam ini, demikian bulir nasihat Imam Ibnu Katsir, lebih banyak ditopang oleh anak-anak muda. Pemuda adalah kekuatan, inspirasi, kreativitas, ledakan ruhiyah, ketegaran, kesegaran, enerjik, karya besar dan penopang peradaban Islam.

Bagian ini akan menggeser rujukan idola dari tokoh-tokoh cinta picisan menjadi tokoh-tokoh cinta berkualitas iman yang  bermula dari Rasulullah, para sahabat, para tabi’in dan tokoh muda heroik yang karyanya menggetarkan penduduk bumi dan langit. Bagian ini membuat mereka menjadi pemuda yang melangit sekaligus membumi. Mengasup cinta ke langit untuk diterbar taburkan di bumi.

Kedua, memperbaiki kualitas pendamping tumbuh kembang remaja. Pada bagian ini kita bisa berguru pada sosok guru lumpuh, tetapi bisa menginjeksikan semangat yang bergemuruh pada muridnya.

Tiap kali mengajarkan sesuatu, murid-muridnya tersengat semangat untuk mengamalkannya. Saat membicarakan shalat malam, para murid berlomba dalam tahajud cinta-Nya. Saat disinggung puasa sunnah, para murid menutup mulut untuk berlapar-lapar membersamai cinta pada Rabb-Nya.

Perkenalkan, guru lumpuh itu bernama Syeikh Ahmad Yasin. Meski lumpuh, visinya utuh. Fisiknya rapuh, tapi jiwanya tangguh.

Di bumi pertiwi, kita mengenal Jenderal Soedirman. Dengan paru-paru yang tinggal separuh, mental semangat juangnya tak menjadi luruh. Betapa pentingnya membangunkan jiwa pejuang agar tak menjadi pecundang.

Untuk itulah, kita memerlukan para guru yang tidak hanya piawai berdendang “Bangunlah jiwanya… Bangunlah badannya… Untuk Indonesia Raya…”, tetapi juga guru yang digugu kata-katanya, ditiru semangat juangnya.    

Catatan sejarah juga memberi bukti bahwa jiwa-jiwa pejuang akan berlapang-lapang dalam seruan persatuan. Jiwa yang melihat visi besar tak mudah bertengkar. Mereka akan berlomba berkontribusi mewujudkan visi.

Ada yang menggunakan hartanya, raganya, bahkan juga nyawanya. Bukankah, spirit perlombaan berbeda dengan pertandingan? Jika pertandingan saling meruntuhkan, mengalahkan, menjatuhkan. Namun, perlombaan menggugah energi untuk memaksimalkan diri. “Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan (fastabiqul Khoirot).”

Menggugah jiwa muda agar menjadi jiwa pejuang dan bersatu padu dalam lomba kebaikan menjadi tugas bersama orangtua, para guru, para da’i. Memberi kesempatan anak-anak muda bermimpi besar, melatih mereka berpikir dan berjiwa besar agar tak mudah bertengkar karena terampil menakar rasa sabar.

 

 “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10)

 

Ayat ini mengingatkan betapa penting dan perlunya bersaudara karena Allah dalam konteks dakwah dan keumatan. Maka, memupuk kompetensi untuk terampil melihat peluang-peluang persaudaraan di jalan dakwah untuk pencapaian visi besar menjadi upaya yang serius untuk menyiapkan anak-anak kita.

Yang perlu diingat, sikap kita sebagai orang dewasa dalam hal ukhuwah bisa jadi akan turun temurun kepada anak-anak kita. Jangan sampai anak-anak mewarisi benih-benih permusuhan antar sesama orang beriman.

Sebagai orangtua, mari kita memberikan pelajaran yang mungkin pernah terlepas untuk diserap anak-anak kita di sekolah.

Seringkali anak-anak diseru untuk meningkatkan kompetensi agar bisa bersaing….bersaing…..bersaing….. Akibatnya, anak-anak lupa bahwa mereka juga harus belajar hidup bersanding dalam dekapan ukhuwah.

Mari berprestasi sesuai kompetensi tanpa saling dengki.  Mari mengukir sejarah di depan mata anak-anak kita agar mereka mengenang generasi kita sebagai generasi para ayah penyejuk jiwa yang tak lelah dalam merajut ukhuwah. Memberi contoh pada mereka tentang daya sanding, bukan semata daya saing.  Semoga Allah ridha.

 

Sumber Majalah Edisi September 2018 

 

Bayar Qurban Online:

 

 

Baca juga:

10 HAL PENTING DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK | YDSF

Harga Qurban Domba YDSF

Harga Qurban Sapi YDSF

Qurban untuk Orang Meninggal | YDSF

Hukum Mengajak Anak Kecil ke Masjid | YDSF

Hukum dan Dalil Qurban dalam Islam | YDSF

Ringkasan Fiqih Qurban | YDSF

HUKUM BAYAR AQIQAH UNTUK DIRI SENDIRI | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: