Dzulqarnain,
merupakan salah satu nama yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Tepatnya dalam surah
Al-Kahfi. Meski secara gamblang, dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan siapa yang
dimaksudkan dengan Dzulqarnain ini. Sehingga banyak tafsir yang
memperkirakannya. Namun, kita tetap dapat meneladaninya dari apa yang telah
dipaparkan melalui Al-Qur’an.
Kisahnya yang
secara umum diketahui adalah tentang bagaimana dirinya membuat dinding pembatas
untuk mengurung Yakjuj dan Makjuj. Berkat kehebatannya melakukan hal tersebut,
ia pun dikenal sebagai “Bapak Metalurgi dalam Islam”.
Asal dan Kelebihan Dzulqarnain
Ada banyak
pendapat dalam penentuan siapa sebenarnya dan berasal dari mana Dzulqarnain
ini. Dan, hidup di masa apakah dirinya. Baik dari para tabiin muslim, maupun
para peneliti asing. Sedangkan, dalam Al-Qur’an tidak disebutkan secara jelas
siapakah Dzulqarnain yang kisahnya mahsyur ini.
Terdapat pendapat
yang menyebutkan bahwa Dzulqarnain diprediksi adalah Iskandar Al-Maqduni
(Alexander dari Makedonia atau Alexander The Great). Ia merupakan putra
dari Raja Philip, terlahir pada 356 SM. Sedangkan, Makedonia merupakan sebuah
negara yang terletak di Eropa. Pada masa pemerintahannya, Makedonia mencapai
puncak kejayaan dengan menaklukan banyak wilayah, seperti Persia, Yunani,
hingga Punjab. Sayangnya, bila kita telusuri kembali sejarah tentangnya,
Alexander merupakan seorang kafir. Sehingga teori ini tidak dapat digunakan.
Berikutnya, terdapat
dua pendapat dari Ibnu Hajar rahimahullah. Pertama, menyatakan bahwa
Dzulqarnain hidup bersamaan dengan masa Nabi Ibrahim a.s. Kedua, berpendapat
bahwa Dzulqarnain adalah salah seorang dari raja Humair atau Hairah. Namun, semua
pendapat tersebut mendapatkan banyak kritikan karena tidak dapat memberikan
bukti-bukti yang gamblang.
Namun, ada
pendapat terakhir yang diyakini cukup kuat yakni dari Ibn ‘Asyur. Beliau berpendapat
bahwa Dzulqarnain merupakan raja dari Persia yang bernama Koresy atau Cyrus (539-560
SM).
Memang, hingga
saat ini belum diketahui secara pasti, siapa Dzulqarnain yang dimaksud dalam Al-Qur’an.
Namun, ini bukan menjadi alasan utama untuk tidak meneladani sifat-sifat baik
dari Dzulqarnain.
At-Thabari
mengutip pendapat dari Atsar sebagaimana pula yang dikutip Hifnawi dari Hamid
Utsman bahwa Sayyidina Ali pernah ditanya perihal Dzulqarnain, apakah ia
seorang nabi ataukah malaikat? Lantas Ali pun menjawab “Bukan ini (nabi), dan
bukan itu (malaikat), ia adalah seorang hamba yang shalih, yang menyeru kaumnya
kepada Allah ta’ala, lalu mereka melukai kepalanya, kemudian ia menyeru lagi,
namun mereka melukai kepalanya (yang sebelah lagi).” Jami’ al-Bayan (16/8),
Al-Nuhas fi Ma’ani Al-Qur’an (4/283).
Selain itu, dalam
Al-Qur’an pun juga disebutkan bahwa Dzulqarnain merupakan sosok pria shalih,
yang bertauhid terhadap Allah Swt. Disebutkan pula dalam beberapa literasi
sejarah, Dzulqarnain juga memiliki sifat melindung mereka yang lemah. Selain
itu, juga tidak ada sifat sombong dalam dirinya setelah berhasil membangun
tembok untuk menahan Yakjuj dan Makjuj.
Baca juga: KISAH UMAT TERDAHULU YANG DIUJI ALLAH | YDSF
Kisah Dzulqarnain dalam Surah
Al-Kahfi
Rangkaian kisah
Dzulqarnain dapat kita temukan dalam surah Al Kahfi pada ayat ke 83 – 99. Mari
kita jabarkan menjadi beberapa poin sesuai tafsirnya:
Ø Ayat 83 – 84
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah:
"Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya. [83] Sesungguhnya Kami telah
memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya
jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, [84] ...”
Pada ayat ke-83, diriwayatkan bahwa kaum Yahudi bertanya tentang kisah Dzulqarnain
kepada Rasulullah saw. Beliau menunggu selama 15 hari sampai malaikat Jibril
datang dan menyampaikan wahyu beberapa kisah dalam surah Al-Kahfi.
Berikutnya, maksud dari kekuasaan yang diberikan Allah meliputi kekuasaan,
balatentara, peralatan perang, dan perlengkapannya. Oleh karenanya, dirinya
berhasil menguasai belahan timur dan barat bumi.
Ø Ayat 85 – 88
“Maka diapun menempuh suatu jalan. [85] Hingga apabila dia telah sampai
ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang
berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata:
"Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap
mereka. [86] Berkata Dqulkarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami
kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan
mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. [87] Adapun orang-orang yang
beriman dan beramal shalih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan,
dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah
kami.” [88]”
Pada
kesimpulan tafsir di bagian ini merupakan proses berhasilnya Dzulqarnain
menjelajah bumi hingga sampai di belahan barat. Allah Swt. memberikan
kemenangan pada Dzulqarnain terhadap kaum-kaum kafir. Jika ia menghendaki
mereka dibunuh, ia dapat membunuh atau menahan mereka. Dan jika dia menghendaki
mereka dibebaskan atau dengan tebusan, ia dapat melakukannya pula menurut apa
yang dikehendakinya. Namun, Dzulqarnain memilih langkah bijak dengan berkata
seperti pada ayat ke-87 sampa 88 di atas.
Ø Ayat ke 89 – 91
“Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). [89] Hingga apabila dia telah
sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu
menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang
melindunginya dari (cahaya) matahari itu, [90] demikianlah. Dan sesungguhnya
ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. [91]”
Ada
yang menyebutkan bahwa usia Dzulqarnain dapat mencapai 600 tahun. Sehingga,
banyak perjalanan yang mampu ia tempuh. Hingga dirinya menemui kaum yang tempat
tinggalnya tidak dapat ditumbuhi pepohonan, sehingga bila terkena sinar matahari
mereka berlindung di dalam gua-gua. Dan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
saja yang ada di bumi.
Baca juga: Kisah Abu Dahdah, Si Pemilik Kebun Kurma di Surga | YDSF
Ø Ayat 92 – 96
“Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). [92] Hingga apabila
dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua
bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. [93] Mereka
berkata: "Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya´juj dan Ma´juj itu orang-orang
yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu
pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"
[94] Dzulqarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku
terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan
alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, [95] berilah
aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah sama rata
dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: "Tiuplah (api
itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun
berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas
besi panas itu.” [96]”
Dzulqarnain menempuh jalan bumi bagian lain, yaitu timur. Hingga sampai di
daerah Turki (menurut tafsir). Dan, bertemu dengan kaum yang bahasanya asing
dan jauh dari keramaian. Mereka meminta Dzulqarnain untuk dapat membuatkan
tembok pembatas antara mereka dan Yakjuj dan Makjuj dengan memberikan imbalan.
Namun, Dzulqarnain memilih untuk menolong tanpa mengambil imbalannya, ia
menukar imbalan itu dengan meminta penduduk kaum tersebut membantunya membangun
tembok. Tembok pengurung Yakjuj dan Makjuj dibangun dengan cara yang disebutkan
pada ayat ke-96. Yang mana, menjadi rujukan para ahli kimia metalurgi dalam
pengembangan logam di masa berikutnya hingga saat ini.
Ø Ayat 97 – 99
Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula)
melobanginya. [97] Dzulqarnain
berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah
datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku
itu adalah benar.” [98] Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara
satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan
mereka itu semuanya, [99] ...”
Atas
rahmat Allah Swt., Yakjuj dan Makjuj tidak mampu menembus dinding tersebut
hingga hari kiamat tiba.
Semoga dengan
mengetahui kisah ini dapat meningkatkan iman dan takwa kita. Aamiin.
Raih Jariyah dengan Wakaf:
Artikel Terkait:
Kekeringan Zaman Nabi Yusuf, Kemarau Hingga 7 Tahun | YDSF
KONSULTASI ZAKAT DARI TABUNGAN GAJI DI BANK | YDSF
5 Hajat Asasi Manusia Menurut Islam | YDSF
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Peradaban Islam di Spanyol vs. Ukraina | YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF
Wakaf Terbaik untuk Orang Tua Tercinta | YDSF