Sebenarnya adakah sosok “Kartini” dalam Islam
sebagaimana di Indonesia di era penjajahan? Jawabannya tentu ada. Bahkan,
Al-Qur’an dengan gamblang mengabadikan empat nama perempuan pejuang Islam,
yaitu Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim, Khadijah binti Khuwailid, dan
Fatimah binti Muhammad.
Sebutan “Kartini” untuk para pejuang perempuan
mulai disematkan sejak Indonesia memiliki kisah kepahlawanan dari sosok Raden
Ajeng Kartini. Wanita yang lahir pada 21 April 1879 ini menjadi simbol
perjuangan perempuan dalam mencapai kesetaraan gender. Berawal dari pola pikir
dan kehidupan patriaki yang sangat kental di masyarakat saat itu. Munculah
pergerakan emansipasi yang pada akhirnya membuat kehidupan perempuan Indonesia
bisa menjadi lebih baik seperti saat ini.
Lebih baik dalam artian mendapatkan keadilan,
kesetaraan, dan hak-hak yang sama seperti seorang pria. Padahal, Islam begitu
memuliakan seorang wanita. Mulai mereka masih menjadi anak-anak hingga telah
mengemban amanah menjadi seorang ibu.
Sebelum Indonesia memiliki Kartini, sejatinya Islam
telah memiliki para pejuang perempuannya terlebih dahulu. Berikut beberapa nama
dan peran para muslimah di zaman Rasulullah saw.
Khadijah binti Khuwailid: Pendukung Setia dan Pejuang
Perempuan Pertama Islam
Khadijah binti Khuwailid adalah sosok yang
begitu mulia dan berpengaruh dalam sejarah Islam. Dalam banyak hadits,
keutamaan Khadijah diakui dan disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Perempuan
pemeluk Islam pertama ini memiliki kontribusi yang luar biasa dalam dakwah Islam.
Tak hanya sebagai bentuk kepatuhan terhadap sang suami, Rasulullah saw., tetapi
Khadijah betul-betul melakukannya karena Allah.
Keputusan Khadijah untuk beriman kepada Allah
Swt. dan Nabi Muhammad Saw. adalah langkah awal yang sangat penting bagi
penyebaran Islam. Keberanian dan keyakinannya pada masa-masa awal tersebut
menjadi pilar yang kokoh bagi tegaknya agama yang kemudian akan menyebar ke
seluruh penjuru dunia.
Keberanian istri pertama Rasulullah ini tidak
hanya terlihat dalam dukungan moral dan spiritualnya. Sebagai seorang wanita
yang mandiri secara ekonomi, Khadijah memainkan peran yang sangat penting dalam
mendukung perjuangan Islam melalui kekayaannya.
Ketika kaum Quraisy memboikot Nabi Muhammad
dan para pengikutnya, Khadijah tanpa ragu-ragu menggunakan hartanya untuk
menyediakan kebutuhan hidup bagi mereka. Tidak hanya itu, Khadijah juga
membantu dalam membebaskan budak-budak yang telah memeluk Islam dari tuan-tuan
mereka yang kejam. Setiap kali ada kebutuhan yang mendesak dalam perjuangan
Islam, Khadijah selalu siap memberikan bantuan finansial yang diperlukan. Bahkan,
saat Rasulullah Saw. dan para pengikutnya diasingkan dan dikepung selama tiga
tahun dalam pemboikotan ekonomi oleh kaum Quraisy di Lembah Abu Thalib,
Khadijah menggunakan seluruh kekayaannya untuk memastikan bahwa mereka tidak
kekurangan apapun.
Perempuan tangguh ini wafat di tahun yang
bersamaan dengan meninggalnya paman Rasulullah saw. Ini menyebabkan tahun
tersebut dikenal dengan “Amul Huzn” aau tahun kesedihan. Rasulullah saw.
kehilangan dua orang terkasihnya yang dengan seluruh jiwa raga begitu berarti
dalam mendukung dakwah Islam.
Baca juga: Kisah Khalid bin Walid, Pedang Allah yang Tak Terkalahkan l YDSF
Peran Ummul Mukminin dan Shahabiyah Lain
Tak hanya Khadijah, dalam Islam juga ada
sederet nama-nama penting yang turut berjuang menegakkan dakwah. Mereka
berjuang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Kita mulai dari Aisyah r.a. Putri Abu Bakr ash
Shiddiq r.a. ini merupakan salah satu ummul mukminin yang terkenal karena
banyaknya hadits yang diriwayatkan dari beliau. Melalui kecerdasan yang Allah
berikan pada Aisyah, membuat dirinya mudah menghafal apa-apa yang disabdakan
oleh Rasulullah saw.
Berikutnya, kita mengenal pula Hafsah, salah
satu ummul mukminin yang juga merupakan putri dari Umar bin Khattab r.a. Bila dari
Aisyah kita dapat mengetahui banyak hadits, maka dari Hafsah-lah kita dapat
membaca Al-Qur’an secara lengkap dan rapi seperti saat ini. Ketika Allah
memberikannya kepandaian untuk membaca dan menulis, ia gunakan untuk mengabadikan
mushaf Al-Qur’an. Dirinya juga dikenal sebagai penjaga Al-Qur’an.
Sedangkan dalam medan perang, Islam memiliki dua
perempuan heroik yang terkenal karena perjuangannya. Mereka adalah Nusaibah
binti Ka’ab dan Khawla binti Al Azwar.
Nusaibah dijuluki sebagai perisai Rasulullah,
karena perjuangannya pada Perang Uhud. Dalam pertempuran tersebut, ketika
situasi menjadi kacau dan banyak sahabat Nabi terluka atau melarikan diri,
Nusaibah dengan gagah berani maju ke garis depan. Ia tidak hanya melindungi
Nabi Muhammad Saw. dengan tubuhnya sendiri, tetapi juga melawan musuh dengan
pedang dan panah. Ia juga turut dalam Perang Hunain dan Yamamah.
Untuk Khawla, kisahnya terkenal saat Perang Badar
pecah. Semasa mudanya, Khawla melatih diri berlatih anggar dan berkuda. Berawal
menjadi seorang tenaga medis di medan perang, Khawla ikut berjuang bersama Muslim
saat penaklukan Kekaisaran Bizantium di bawah komandan Khalid bin Walid. Meski
sempat menyembunyikan identitasnya selama di medan perang, Khawla pun akhirnya
mengukapkan kepada Khalid.
Masyaa Allah,
begitu banyak para pejuang perempuan Muslim yang dapat kita teladani. Berjuang dari
bidang atau kemampuan lebih yang telah dititipkan Allah. Mungkin akan ada kata
menyerah, ketika lelah cukupkanlah dengan mengingat Allah Swt. (berbagai
sumber).
Wakaf di YDSF
Artikel Terkait
Pesan Rasulullah Saw. Untuk Umat Muslim Jelang Akhir Zaman | YDSF
ZAKAT DAN PAJAK | YDSF
Mendahulukan Qadha Puasa, Lalu Puasa Syawal | YDSF
KEJAR BERKAH, RUTIN SEDEKAH | YDSF
Garage Sale, SD Al-Hikmah Tanamkan Rasa Empati dan Jiwa Wirausaha Kepada Siswa
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF