Khalid bin
Walid merupakan sahabat Rasulullah saw. yang terkenal dengan julukan Pedang
Allah yang Tak Terkalahkan. Ada pula istilah lain untuknya, yaitu Pedang Allah
yang Terhunus atau Saifullah al-Maslul. Hal tersebut karena kepandaiannya
dalam berstrategi dan selama berada di medan perang membuat Khalid selalu tak
terkalahkan.
Sebelum
memeluk Islam, Khalid adalah seorang panglima perang kaum Quraisy. Dan, Khalid
jugalah panglima perang saat Perang Uhud. Yang mana kaum Quraisy berhasil
mengalahkan muslim, karena kelalaian kaum muslim atas perintah Rasulullah saw. Rasa
ingin memusnahkan kaum muslimin selalu ada dalam benaknya.
Alhamdulillah, Allah memberi Khalid hidayah yang
ia jemput dengan menjadi seorang muslim.
Mengenal Sosok Khalid bin
Walid
Khalid bin
Walid lahir pada tahun 592 Masehi. Dari seorang ibu yang bernama Lubaba dan
ayahnya bernama Walid bin Mughirah. Ia masih dalam keturunan Bani Makhzum, yang
merupakan bagian dari kabilah Abu Jahal, musuh terbesat umat Islam yang
menetang dakwah Rasulullah saw.
Keluarga
Khalid merupakan orang terpandang di Bani Makhzum. Orang tuanya sangat kaya,
bukan hanya di kalangan Bani Makhzum, tetapi ada literasi yang menyebutkan
bahwa mereka sangat kaya di Makkah saat itu. Saat musim haji tiba, keluarga
Khalid sering memberi masakan atau hidangan pada para jamaah.
Itulah
alasan mengapa mereka sempat sangat membenci Islam. Menurut mereka, mengapa
orang yang dijadikan Nabi bukan yang jelas terpandang dan kaya. Pernyataan
menentang dari mereka diabadikan dalam Al-Qur’an surah Az-Zukhruf ayat 31.
Dengan
kekayaan yang demikian banyaknya, Kalid bin Walid sejak kecil mendapatkan
fasilitas yang serba berkecukupan untuk menunjang bakat dan kemampuannya. Terutama
dalam menunggang kuda, menunggang unta, menggunakan senjata seperti pedang,
panah, tombak, bahkan dalam strategi peperangan.
Maka tak
heran, bila keahlian Khalid bin Walid menjadi sangat bagus. Kemudian dirinya
tumbuh menjadi panglima perang yang hebat. Tercatat, sahabat Nabi Muhammad saw.
yang bisa menggunakan dua pedang sekaligus di kedua tanggannya sambil berkuda
adalah Khalid bin Walid dan Zubair bin Awwam.
Kehebatan
strategi Khalid saat perang Uhud memang tidak diragukan. Ia menjadikan
kelalaian muslim yang lebih memilih menuruni bukit untuk mengambil harta
ghanimah (harta rampasan perang) sebagai titik serangan balik. Khalid
mengerahkan pasukan pemanahnya yang sengaja bersembunyi di balik bukit untuk
menyerang kaum muslimin. Pada peristiwa tersebut mengakibatkan banyak muslimin
yang syahid.
Kisah Khalid bin Walid Masuk
Islam
Beberapa
literasi menyebutkan secara berbeda terkait dengan kapan Khalid bin Walid
menjadi seorang Muslim. Ada yang menyebutkan pada 7 Hijriah, tetapi mayoritas
menyebutkan pada 8 Hijriah. Namun, ada pula yang menguatkan dengan menyebutkan
bahwa sepupu dari Umar bin Khattab ini masuk Islam setelah terjadinya
Perjanjian Hudaibiyah.
Berawal
dari tertawannya salah satu saudara dari Khalid saat Perang Badar, yang bernama
Walid. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kamu menerima tebusan
(dari kaum musyrikin) untuk Walid kecuali syakkah ayahnya.” Syakkah merupakan
baju besi yang dilengkapi dengan pedang, nilainya setara dengan 100 dinar.
Awalnya,
Khalid menolak. Namun Hisyam bin Walid menerima penawaran tersebut. Bebaslah
Walid. Setiba di keluarganya, Walid justru menceritakan bahwa dirinya telah
memeluk Islam. Tak hanya itu, Walid juga memberitahu keluarganya bagaimana
baiknya kaum Muslim memperlakukannya selama ditawan.
Mengetahui
keluarganya kaget dan tidak terima, Walid lalu memutuskan kabur dan kembali
ikut dalam barusan Rasulullah saw. Hingga tiba saatnya umrah yang dilakukan
usai Perjanjian Hudaibiyah.
Rasulullah
saw. bersabda, “Wahai Walid, kalaulah Khalid menemui kami, maka kami akan
menghormatinya. Tidak sepantasnya orang berakal (berpikiran terbuka) seperti
dirinya tidak mempunyai penilaian tentang Islam.” Walid pun mendoakan agar
Khalid segera mendapatkan hidayah-Nya.
Usai umrah,
Walid menuliskan surat untuk Khalid. Dirinya menceritakan tentang bagaimana
pentingnya melihat risalah Isam dari perspektif nalar. Surat dari Walid
nyatanya berhasil menggerakkan hati Khalid. Terlebih setelah dirinya melihat
sendiri betapa banyak umat Islam yang mengikuti umrah bersama Nabi saw.
Setelah
melalui perdebatan dengan pemuka kafir Quraisy, Khalid pun bergegas
meninggalkan kaumnya dan mendatangi Rasulullah saw. Di tangah perjalanan, ia
berpapasan dengan Amr bin Ash dan Utsman bin Talhah. Ketiganya pun berikrar
menjadi seorang Muslim secara bersamaan. Rasulullah saw. bersabda kepada
mereka, “Sungguh, keislaman seseorang telah menghapus segala perbuatannya di
masa lampau.”
Menariknya,
Rasululullah saw. juga menambahkan, “Janganlah kalian menyakiti Khalid karena
sesungguhnya ia adalah pedang di antara pedang-pedang Allah yang terhunus pada
orang-orang kafir.”
Teladan dari Seorang
Khalid bin Walid
Meski sejak
awal perpindahannya menjadi seorang Muslim, ia telah dijamin oleh Rasulullah,
tetapi Khalid tidak pernah menyombongkannya. Ia membuktikan dirinya bisa
menjadi seseorang yang benar-benar membela Islam.
Sang Pedang
Allah yang Terhunus itu selalu bersikap rendah hati atau tawadhu’. Kepandaian
hingga dan kelebihannya dalam membela Islam yang kemudian membuatnya selalu
menjadi panglima perang umat Muslim kala itu tidak dengan mudah membuatnya
lantas takabbur.
Tak hanya
itu, Khalid juga merupakan orang yang hatinya dipenuhi dengan keikhlasan.
Pernah, saat di masa khalifah Umar bin Khattab, ia diberhentikan agar tidak
didewakan oleh rakyat karena kehebatannya. Terlebih saat itu umat Muslim merasakan
euforia begitu besar setelah berhasil menaklukan Persia di bawah kepemimpinan
Khalid sebagai panglima perangnya. (berbagai sumber)
Zakat Mudah di YDSF
Artikel Terkait:
Pesan Rasulullah Saw. Untuk Umat Muslim Jelang Akhir Zaman | YDSF
ZAKAT DAN PAJAK | YDSF
Mendahulukan Qadha Puasa, Lalu Puasa Syawal | YDSF
KEJAR BERKAH, RUTIN SEDEKAH | YDSF
Garage Sale, SD Al-Hikmah Tanamkan Rasa Empati dan Jiwa Wirausaha Kepada Siswa
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF