Melawan HIV/AIDS
ternyata tidak semudah teori yang selama ini kita pelajari. Belakangan,
masyarakat digemparkan dengan berita tentang banyaknya kasus HIV/AIDS di
Indonesia yang didominasi kalangan pemuda. Bahkan, ratusan di antaranya masih
berstatus sebagai mahasiswa. Meskipun angka ini hanya menyumbang enam koma
sekian persen, tetapi tentu hal ini harus menjadi perhatian khusus.
Untuk dapat
memberantas penyebaran HIV/AIDS, yang melakukan peran bukan hanya pemerintah
dengan segala kebijakannya. Namun, masyarakat dan pihak-pihak terkait juga
harus mau bergerak bersama. Bukan hanya sekadar memberikan edukasi, tetapi juga
memberikan kisah-kisah yang dapat dijadikan pembelajaran. Tentang bahaya dan
kisah nyata dari mereka yang sudah pernah mengidap penyakit ini.
Kita sepakat, bahwa
seorang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) tidak boleh kita kucilkan dalam lingkungan
dan bersosialisasi. Karena, yang sejatinya kita hindari adalah penyakitnya,
bukan orangnya (yang sudah terinfeksi). Justru, saat mengetahui ada orang di
lingkungan kita yang sudah terjangkit penyakit ini, hendaknya jangan menutup
diri untuk membantu mencarikan pengobatan atau mengingatkan agar kembali ke
jalan yang benar.
Berbicara tentang
HIV/AIDS, ada banyak faktor yang dapat membuat seseorang tertular. Selain dari
pergaulan dan seks bebas, penyalahgunaan obat-obat narkotika pun juga mendukung
adanya penularan. Bahkan, penularan dari pasangan yang tanpa tidak sengaja
tidak diketahui pun juga dapat menjadi salah satu faktor penyebaran penyakit
ini.
Melansir dari
situs Detik Health (sumber),
kasus HIV di Indonesia pada Juni 2022 paling tinggi sebenarnya bukan di kota
yang sempat viral itu. Namun, berdasarkan jumlah kasusnya, provinsi Jawa Barat (57.426
kasus) menempati posisi ketiga setelah DKI Jakarta (90.958 kasus) dan Jawa Timur
(78.238).
Dampak Terburuk Berujung
Terpuruk
Dampak terburuk
dari terinfeksi HIV/ADIS bukan saja hanya sekadar “oh sakit”. Tetapi, ada dampak
berkepanjangan yang perlu diperhatikan. Seperti, mulai menurunnya imunitas
tubuh, hingga persentase penularan ke keturunan.
Komplikasi, menjadi
penyakit yang mudah muncul di para pengidap HIV/AIDS. Bagaimana tidak, saat
seseorang telah menurun imunitas tubuhnya, tentu kinerja organ-organ dalam
tubuh akan terganggu. Pun semakin rentan dengan kondisi-kondisi tertentu.
Ini baru
berbicara seputaran tentang penyakitnya. Lantas, bagaimana dengan dampak terburuk
yang akan muncul dalam komunitas masyarakat?
Baca juga: Kisah Mualaf: Islam Agama Tanpa Celah | YDSF
Meski telah
disebutkan di atas bahwa bukan ODHA-nya yang kita jauhi, tetapi penyakitnya, masyarakat kita
masih belum bisa sepenuhnya melakukan itu. Masih banyak ODHA yang dikucilkan
dari lingkungan sosialnya.
Belum lagi, bila
ODHA terjangkit akibat gaya pergaulan bebas yang dilakukannya. Utamanya bagi
seorang perempuan, bukan hanya HIV/AIDS yang harus ditanggunggnya. Tak sedikit
pula yang berujung dengan kehamilan di luar nikah. Dan, kemudian berlanjut
dengan kasus abordi hingga pembuangan bayi. Baik karena malu, belum siap, dan
hal lainnya.
Saat semua dampak
tersebut terjadi, maka hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah kondisi
psikis dari para ODHA. Karena, tak sedikit pula seorang ODHA mengalami depresi
yang berakhir dengan bunuh diri. Astaghfirullah.
Kuatkan Iman dan Selektif dalam
Pergaulan
Untuk dapat jihad
melawan HIV/AIDS dua hal yang perlu kita pegang teguh. Menguatkan iman dan
selektif dalam pergaulan. Mungkin, terlihat mudah, tetapi akan ada banyak godaan
dan bisikan yang akan menggoyahkan.
Rasulullah saw.
bersabda, “Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara [pusaka]. Kalian tidak
akan tersesat selama-lamanya selagi kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu
Kitab Allah (Alquran) dan sunah Rasul.” (HR Malik, Muslim dan Ash-hab
al-Sunan)
Saat seseorang
telah menerapkan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. dalam kehidupannya, insya
Allah akan lebih mudah memiliki keteguhan hati. Hal sederhana misalnya, kewajiban
memakai jilbab. Ada banyak sekali pandangan tentang hal ini. Bahkan, teori baru
tentang “dijilbabin dulu hatinya” seolah menjadi senjata untuk tidak
mengindahkah perintah Allah Swt. berkaitan dengan jilbab. Dampaknya, aurat seolah
menjadi asupan yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Dari hal-hal seperti
inilah sebenarnya celah-celah untuk melakukan tindakan penyimpangan berikutnya
dapat terjadi.
Baca juga: Larangan LGBT dalam Islam dan Kisah Kaum Luth | YDSF
Memang, kita juga
tidak dapat menutup mata bahwa tidak semua orang yang berjilbab itu baik
akhlaknya. Namun, dengan berjilbab, dia telah menunjukkan ketaatan pada-Nya.
Sehingga, bila ada perempuan yang berjilbab dan masih kurang dalam menjaga adab
serta akhlak, jangan salahkan jilbabnya tetapi tegur dan bimbinglah orangnya.
Sebaliknya, untuk
pria pun sama. Perintah sederhana-Nya adalah dengan menjaga pandangan. Saat
seorang pria telah benar-benar menjaga pandangannya, maka hal positif yang
terjadi yaitu ia akan lebih mudah membatasi dan menjaga pergaulannya. Tidak
bercampur baur dan berperilaku terlewat batas.
Hal lain yang
juga perlu diperhatikan adalah tentang menjaga pergaulan. Rasulullah saw.
bersabda, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan
memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan
kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai
besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau
tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan
hadits tersebut, dapat kita simpulkan bahwa perilaku seseorang juga sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Oleh karenanya, kita harus selektif dalam
menentukan teman baik.
Belum lagi, saat
orang tua selalu mengingatkan kita tentang cara berpakaian, adab bergaul,
memilih teman, maka hendaknya jangan kita tolak mentah-mentah. Jangan hanya
karena tidak diperbolehkan keluar berdua saja dengan lawan jenis, lalu kita
memusuhi orang tua. Perlu dipahami dan percayalah, bahwa mereka bertindak
demikian karena rasa sayang dan ingin membimbing keturunannya menjadi generasi
yang saleh.
Sedekah Mudah di YDSF:
Artikel Terkait:
Allah Lebih Melihat Keikhlasan | YDSF
ZAKAT DARI UANG PESANGON PENSIUN | YDSF
Berbakti Kepada Orang Tua yang Meninggal | YDSF
PERHITUNGAN ZAKAT RUMAH KONTRAKAN | YDSF
PERBEDAAN ZAKAT, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
MENUMBUHKAN KEBIASAAN BERBAGI MENJADI SEBUAH KEBUTUHAN HIDUP | YDSF