Jihad Melawan HIV/AIDS | YDSF

Jihad Melawan HIV/AIDS | YDSF

25 Agustus 2022

Melawan HIV/AIDS ternyata tidak semudah teori yang selama ini kita pelajari. Belakangan, masyarakat digemparkan dengan berita tentang banyaknya kasus HIV/AIDS di Indonesia yang didominasi kalangan pemuda. Bahkan, ratusan di antaranya masih berstatus sebagai mahasiswa. Meskipun angka ini hanya menyumbang enam koma sekian persen, tetapi tentu hal ini harus menjadi perhatian khusus.

Untuk dapat memberantas penyebaran HIV/AIDS, yang melakukan peran bukan hanya pemerintah dengan segala kebijakannya. Namun, masyarakat dan pihak-pihak terkait juga harus mau bergerak bersama. Bukan hanya sekadar memberikan edukasi, tetapi juga memberikan kisah-kisah yang dapat dijadikan pembelajaran. Tentang bahaya dan kisah nyata dari mereka yang sudah pernah mengidap penyakit ini.

Kita sepakat, bahwa seorang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) tidak boleh kita kucilkan dalam lingkungan dan bersosialisasi. Karena, yang sejatinya kita hindari adalah penyakitnya, bukan orangnya (yang sudah terinfeksi). Justru, saat mengetahui ada orang di lingkungan kita yang sudah terjangkit penyakit ini, hendaknya jangan menutup diri untuk membantu mencarikan pengobatan atau mengingatkan agar kembali ke jalan yang benar.

Berbicara tentang HIV/AIDS, ada banyak faktor yang dapat membuat seseorang tertular. Selain dari pergaulan dan seks bebas, penyalahgunaan obat-obat narkotika pun juga mendukung adanya penularan. Bahkan, penularan dari pasangan yang tanpa tidak sengaja tidak diketahui pun juga dapat menjadi salah satu faktor penyebaran penyakit ini.

Melansir dari situs Detik Health (sumber), kasus HIV di Indonesia pada Juni 2022 paling tinggi sebenarnya bukan di kota yang sempat viral itu. Namun, berdasarkan jumlah kasusnya, provinsi Jawa Barat (57.426 kasus) menempati posisi ketiga setelah DKI Jakarta (90.958 kasus) dan Jawa Timur (78.238).

Dampak Terburuk Berujung Terpuruk

Dampak terburuk dari terinfeksi HIV/ADIS bukan saja hanya sekadar “oh sakit”. Tetapi, ada dampak berkepanjangan yang perlu diperhatikan. Seperti, mulai menurunnya imunitas tubuh, hingga persentase penularan ke keturunan.

Komplikasi, menjadi penyakit yang mudah muncul di para pengidap HIV/AIDS. Bagaimana tidak, saat seseorang telah menurun imunitas tubuhnya, tentu kinerja organ-organ dalam tubuh akan terganggu. Pun semakin rentan dengan kondisi-kondisi tertentu.

Ini baru berbicara seputaran tentang penyakitnya. Lantas, bagaimana dengan dampak terburuk yang akan muncul dalam komunitas masyarakat?

Baca juga: Kisah Mualaf: Islam Agama Tanpa Celah | YDSF

Meski telah disebutkan di atas bahwa bukan ODHA-nya yang kita  jauhi, tetapi penyakitnya, masyarakat kita masih belum bisa sepenuhnya melakukan itu. Masih banyak ODHA yang dikucilkan dari lingkungan sosialnya.

Belum lagi, bila ODHA terjangkit akibat gaya pergaulan bebas yang dilakukannya. Utamanya bagi seorang perempuan, bukan hanya HIV/AIDS yang harus ditanggunggnya. Tak sedikit pula yang berujung dengan kehamilan di luar nikah. Dan, kemudian berlanjut dengan kasus abordi hingga pembuangan bayi. Baik karena malu, belum siap, dan hal lainnya.  

Saat semua dampak tersebut terjadi, maka hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah kondisi psikis dari para ODHA. Karena, tak sedikit pula seorang ODHA mengalami depresi yang berakhir dengan bunuh diri. Astaghfirullah.

Kuatkan Iman dan Selektif dalam Pergaulan

Untuk dapat jihad melawan HIV/AIDS dua hal yang perlu kita pegang teguh. Menguatkan iman dan selektif dalam pergaulan. Mungkin, terlihat mudah, tetapi akan ada banyak godaan dan bisikan yang akan menggoyahkan.

Rasulullah saw. bersabda, “Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara [pusaka]. Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya selagi kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan sunah Rasul.” (HR Malik, Muslim dan Ash-hab al-Sunan)

Saat seseorang telah menerapkan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. dalam kehidupannya, insya Allah akan lebih mudah memiliki keteguhan hati. Hal sederhana misalnya, kewajiban memakai jilbab. Ada banyak sekali pandangan tentang hal ini. Bahkan, teori baru tentang “dijilbabin dulu hatinya” seolah menjadi senjata untuk tidak mengindahkah perintah Allah Swt. berkaitan dengan jilbab. Dampaknya, aurat seolah menjadi asupan yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Dari hal-hal seperti inilah sebenarnya celah-celah untuk melakukan tindakan penyimpangan berikutnya dapat terjadi.

Baca juga: Larangan LGBT dalam Islam dan Kisah Kaum Luth | YDSF

Memang, kita juga tidak dapat menutup mata bahwa tidak semua orang yang berjilbab itu baik akhlaknya. Namun, dengan berjilbab, dia telah menunjukkan ketaatan pada-Nya. Sehingga, bila ada perempuan yang berjilbab dan masih kurang dalam menjaga adab serta akhlak, jangan salahkan jilbabnya tetapi tegur dan bimbinglah orangnya.

Sebaliknya, untuk pria pun sama. Perintah sederhana-Nya adalah dengan menjaga pandangan. Saat seorang pria telah benar-benar menjaga pandangannya, maka hal positif yang terjadi yaitu ia akan lebih mudah membatasi dan menjaga pergaulannya. Tidak bercampur baur dan berperilaku terlewat batas.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah tentang menjaga pergaulan. Rasulullah saw. bersabda, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadits tersebut, dapat kita simpulkan bahwa perilaku seseorang juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Oleh karenanya, kita harus selektif dalam menentukan teman baik.

Belum lagi, saat orang tua selalu mengingatkan kita tentang cara berpakaian, adab bergaul, memilih teman, maka hendaknya jangan kita tolak mentah-mentah. Jangan hanya karena tidak diperbolehkan keluar berdua saja dengan lawan jenis, lalu kita memusuhi orang tua. Perlu dipahami dan percayalah, bahwa mereka bertindak demikian karena rasa sayang dan ingin membimbing keturunannya menjadi generasi yang saleh.

 

 

Sedekah Mudah di YDSF:


Artikel Terkait:

Allah Lebih Melihat Keikhlasan | YDSF
ZAKAT DARI UANG PESANGON PENSIUN | YDSF
Berbakti Kepada Orang Tua yang Meninggal | YDSF
PERHITUNGAN ZAKAT RUMAH KONTRAKAN | YDSF
PERBEDAAN ZAKAT, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
MENUMBUHKAN KEBIASAAN BERBAGI MENJADI SEBUAH KEBUTUHAN HIDUP | YDSF


Wakaf YDSF:


Tags: melawan hiv/aids, tips melawan hiv/aids

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: