Jaga Adab Ketika Berbicara dan Bercanda | YDSF

Jaga Adab Ketika Berbicara dan Bercanda | YDSF

9 September 2022

Rasulullah saw. menganjurkan umatnya agar berkata baik, berwajah ceria, dan suka tersenyum. Ini sebagaimana diriwayatkan dalam beberapa hadits, seperti berikut ini:

“Janganlah kamu meremehkan suatu kebaikan meskipun hanya sekadar berwajah ceria tatkala bertemu dengan saudaramu.” (HR Muslim)

Beliau sendiri sangat sering tersenyum. Beliau juga selalu membaur bersama para sahabat. Saling berkisah dan tertawa bersama.

“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR Tirmidzi; hadits hasan)

Bercanda dapat mengendurkan urat syaraf dan menghibur siapapun yang melakukannya. Selain itu, juga dapat menambah keakraban dengan anak, istri, suami, atau teman yang kita ajak bercanda. Namun, tetap saja, hindari bercanda dan tertawa secara berlebihan.

Namun, jangan sampai candaan kita menakutkan bagi lawan bicara. Jangan pula sampai menimbulkan salah paham. Maka, jangan ada unsur kebohongan dalam candaan yang disampaikan, pilih kata-kata yang sopan, jangan melecehkan agama dan keyakinan.

“… dan ucapan yang baik adalah sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Belum lagi, dengan menjaga diri dengan selalu berucap yang baik-baik, kita diibaratkan sedang meniti anak-anak tangga menuju surga. Rasulullah juga menjadikan ucapan yang baik sebagai salah satu seorang hamba Allah memperoleh tempat di surga.

Seperti hadits berikut ini: “… dan di antara anak-anak tangga (menuju) surga adalah berbicara yang baik, menebarkan salam, memberikan makan (kepada orang miskin), dan shalat pada waktu malam ketika orang lain lelap tidur.” (HR Ahmad)

Dalam keseharian, Nabi pun bercanda. Namun, tak pernah sampai bersikap merendahkan atau mengucap kata-kata yang menyinggung hati lawan bicara.

Contoh Kisah Pilu Berawal Canda

Beberapa tahun lalu, berbagai media silih berganti memberitakan kisah memilukan, yang berawal dari senda gurau. Sekelompok pemuda merayakan hari kelahiran temannya namun berujung maut. Ada pula gurauan yang kelewatan sehingga membuat orang yang diajak bergurau naik pitam.

Peristiwa nahas itu terjadi di Tangerang 2016 lalu. Berawal dari candaan untuk merayakan ulang tahun, seorang pemuda kehilangan nyawa. Saat itu, tepat dini hari, Sandy diikat oleh teman-temannya di sebuah tiang lampu. Setelah mengikat, mereka juga menyiramnya dengan air.

Sayangnya, terjadi korsleting pada tiang listrik itu dan menyebabkan Sandy tersetrum. Teman-temannya tak sadar saat Sandy mengalami kejang-kejang, dan mengira ia cuma bercanda. Sandy pun dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tetap tak tertolong. Padahal, Sandy tengah mempersiapkan pernikahannya.

Baca juga:
Tips Meraih Pahala Terbaik dari Allah | YDSF
Jenis Wakaf dalam Islam Menurut BWI | YDSF


Lain lagi dengan yang terjadi di Sidoarjo. Seorang pria disebut mempunyai tampang maling ayam oleh temannya. Tak terima diolok demikian, terjadi cekcok di antara mereka berdua, hingga pria itu pulang ke rumahnya dan mengambil celurit.

Lantas, dirinya kembali menemui temannya tadi, dan menyabetkan celurit ke tubuh korban tiga kali. Sabetan bertubi itu membuat temannya langsung terkapar dan meninggal dunia. Sedangkan pelaku, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan meringkuk di hotel prodeo.

Ada pula empat pemuda asal Ohio melakukan candaan lain yang membahayakan. Niatnya, mereka ingin membuat bingung para pengendara yang lewat di jalan dekat rumah mereka. Lalu, mereka menutup tanda "Stop" yang ada di tepi jalan.

Sayangnya, ulah usil mereka malah memakan korban. Dua orang nenek yang masing-masing berusia 81 dan 85 tahun menjadi korban. Mobil yang kendarai keduanya terperosok ke dalam jurang karena terus melaju di jalan yang berlubang. Alhasil, empat remaja tadi dihukum empat tahun penjara.

Kita dapat mengambil pelajaran dari beberapa peristiwa di atas. Masih banyak lagi contoh lainnya.

Sudah seyogianya, kita tidak kelewat batas dalam bersenda gurau. Sebab, sedekat apapun kekariban antara manusia, tetap ada batasan-batasan yang harus dijaga. Tetap harus saling menghargai masing-masing. Kita harus selalu menapis setiap perbuatan, sikap, sorot mata, hingga ucapan-ucapan yang dilakukan.

Setiap manusia selalu melakukan kesalahan. Baik disengaja maupun tidak.

Itulah sebabnya, Allah memerintahkan untuk selalu meneladani sikap, perbuatan, dan ucapan Rasulullah saw. Tidak ada yang tercela dalam diri beliau. Dan tak henti-hentinya, beliau mengajak umatnya untuk berbuat kebaikan.

Mari kita teladani Nabi. Dalam berbuat, bersikap maupun bercanda dan berucap.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi September 2022

 

Zakat di YDSF:

 

Artikel Terkait:

Kehidupan Ali bin Abi Thalib bersama Rasulullah | YDSF

BOLEHKAH SEDEKAH DARI HARTA HARAM? | YDSF

Adab Anak terhadap Orang Tua dalam Islam | YDSF

HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF

Balasan Menolong dan Membantu Orang lain | YDSF

NIAT MENUNAIKAN ZAKAT | YDSF


Pengukuhan Kembali YDSF sebagai LAZNAS


Tags: adab berbicara bercanda, adab berbicara, adab bercanda

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: