Rasulullah saw.
menganjurkan umatnya agar berkata baik, berwajah ceria, dan suka tersenyum. Ini
sebagaimana diriwayatkan dalam beberapa hadits, seperti berikut ini:
“Janganlah kamu
meremehkan suatu kebaikan meskipun hanya sekadar berwajah ceria tatkala bertemu
dengan saudaramu.” (HR Muslim)
Beliau sendiri
sangat sering tersenyum. Beliau juga selalu membaur bersama para sahabat.
Saling berkisah dan tertawa bersama.
“Senyummu di
hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR Tirmidzi; hadits hasan)
Bercanda dapat
mengendurkan urat syaraf dan menghibur siapapun yang melakukannya. Selain itu,
juga dapat menambah keakraban dengan anak, istri, suami, atau teman yang kita
ajak bercanda. Namun, tetap saja, hindari bercanda dan tertawa secara
berlebihan.
Namun, jangan
sampai candaan kita menakutkan bagi lawan bicara. Jangan pula sampai
menimbulkan salah paham. Maka, jangan ada unsur kebohongan dalam candaan yang
disampaikan, pilih kata-kata yang sopan, jangan melecehkan agama dan keyakinan.
“… dan ucapan yang
baik adalah sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Belum lagi,
dengan menjaga diri dengan selalu berucap yang baik-baik, kita diibaratkan
sedang meniti anak-anak tangga menuju surga. Rasulullah juga menjadikan ucapan
yang baik sebagai salah satu seorang hamba Allah memperoleh tempat di surga.
Seperti hadits
berikut ini: “… dan di antara anak-anak tangga (menuju) surga adalah berbicara
yang baik, menebarkan salam, memberikan makan (kepada orang miskin), dan shalat
pada waktu malam ketika orang lain lelap tidur.” (HR Ahmad)
Dalam keseharian,
Nabi pun bercanda. Namun, tak pernah sampai bersikap merendahkan atau mengucap
kata-kata yang menyinggung hati lawan bicara.
Contoh Kisah Pilu Berawal Canda
Beberapa tahun
lalu, berbagai media silih berganti memberitakan kisah memilukan, yang berawal
dari senda gurau. Sekelompok pemuda merayakan hari kelahiran temannya namun
berujung maut. Ada pula gurauan yang kelewatan sehingga membuat orang yang
diajak bergurau naik pitam.
Peristiwa nahas
itu terjadi di Tangerang 2016 lalu. Berawal dari candaan untuk merayakan ulang
tahun, seorang pemuda kehilangan nyawa. Saat itu, tepat dini hari, Sandy diikat
oleh teman-temannya di sebuah tiang lampu. Setelah mengikat, mereka juga
menyiramnya dengan air.
Sayangnya,
terjadi korsleting pada tiang listrik itu dan menyebabkan Sandy tersetrum.
Teman-temannya tak sadar saat Sandy mengalami kejang-kejang, dan mengira ia
cuma bercanda. Sandy pun dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tetap tak
tertolong. Padahal, Sandy tengah mempersiapkan pernikahannya.
Baca juga:
Tips Meraih Pahala Terbaik dari Allah | YDSF
Jenis Wakaf dalam Islam Menurut BWI | YDSF
Lain lagi dengan
yang terjadi di Sidoarjo. Seorang pria disebut mempunyai tampang maling ayam
oleh temannya. Tak terima diolok demikian, terjadi cekcok di antara mereka
berdua, hingga pria itu pulang ke rumahnya dan mengambil celurit.
Lantas, dirinya
kembali menemui temannya tadi, dan menyabetkan celurit ke tubuh korban tiga
kali. Sabetan bertubi itu membuat temannya langsung terkapar dan meninggal
dunia. Sedangkan pelaku, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan
meringkuk di hotel prodeo.
Ada pula empat
pemuda asal Ohio melakukan candaan lain yang membahayakan. Niatnya, mereka
ingin membuat bingung para pengendara yang lewat di jalan dekat rumah mereka.
Lalu, mereka menutup tanda "Stop" yang ada di tepi jalan.
Sayangnya, ulah
usil mereka malah memakan korban. Dua orang nenek yang masing-masing berusia 81
dan 85 tahun menjadi korban. Mobil yang kendarai keduanya terperosok ke dalam
jurang karena terus melaju di jalan yang berlubang. Alhasil, empat remaja tadi
dihukum empat tahun penjara.
Kita dapat
mengambil pelajaran dari beberapa peristiwa di atas. Masih banyak lagi contoh
lainnya.
Sudah seyogianya,
kita tidak kelewat batas dalam bersenda gurau. Sebab, sedekat apapun kekariban
antara manusia, tetap ada batasan-batasan yang harus dijaga. Tetap harus saling
menghargai masing-masing. Kita harus selalu menapis setiap perbuatan, sikap,
sorot mata, hingga ucapan-ucapan yang dilakukan.
Setiap manusia
selalu melakukan kesalahan. Baik disengaja maupun tidak.
Itulah sebabnya,
Allah memerintahkan untuk selalu meneladani sikap, perbuatan, dan ucapan
Rasulullah saw. Tidak ada yang tercela dalam diri beliau. Dan tak
henti-hentinya, beliau mengajak umatnya untuk berbuat kebaikan.
Mari kita
teladani Nabi. Dalam berbuat, bersikap maupun bercanda dan berucap.
Sumber
Majalah Al Falah Edisi September 2022
Zakat di YDSF:
Artikel Terkait:
Kehidupan Ali bin Abi Thalib bersama
Rasulullah | YDSF
BOLEHKAH SEDEKAH DARI HARTA HARAM? | YDSF
Adab Anak terhadap Orang Tua dalam Islam |
YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM
ISLAM | YDSF
Balasan Menolong dan Membantu Orang lain |
YDSF