Etos Kerja dalam Islam | YDSF

Etos Kerja dalam Islam | YDSF

13 Desember 2022

Fenomena manusia pekerja kadang melakukan dengan pola quiet quitting (wajar-wajar saja) tanpa harus memburu target maksimal. Ada kalanya dengan pola sebaliknya hustle culture. Bagi mereka, waktu adalah uang. Lengah sedikit akan tertinggal dunia dan mengalami kerugian besar.

Pola pertama biasanya dilandasi dengan teologi jabariyah. Keyakinan bahwa takaran rezeki sudah ditentukan sang Khaliq, walaupun kepala dijungkirbalikkan jika takaran itu tidak ditakdiran Tuhan, maka tak akan menjadi kenyataan.

Sementara yang kedua dilandasi teologi qadariyah, bahwa nasib baik dan buruk bukan karena suratan takdir. Akan tetapi, manusia telah diberi potensi untuk mengubah nasibnya sendiri. Lalu terilhami hadits dhaif agar manusia bekerja maksimal untuk mendapatkan bekal seumur hidup, bahkan bisa dinikmati untuk tujuh turunan.

Padahal, setiap manusia sejatinya harus jujur bahwa dia tidak dapat mengetahui takaran rezekinya. Islam justru menuntut agar setiap manusia selalu berikhtiar dan berikhtiar.

Maka seyogianya setiap manusia menjalani sunatullah dengan segala keseriusan dan azimah. Tidak cukup dengan hanya bekerja ala kadarnya. Begitu pula dengan program yang telah dicanangkan, harus dikerjakan secara maksimal dan terukur, dengan strategi yang jitu. Sehingga, dapat menghasilkan tujuan secara optimal.

Itulah sebabnya kepada pemuda yang batthal (malas bekerja) oleh Rasulullah saw. dibekali kapak untuk mencari nafkah sebanyak-banyaknya. Dengan begitu, pemuda tadi dapat menggunakan kapak tersebut untuk membanting tulang dan mendapatkan hasil yang sangat memadai.

Namun, ketika ditemukan seseorang yang hanya mengejar dunia dan melupakan akhiratnya, maka muncul peringatan Rasulullah saw., “Akan hancurlah manusia yang hidupnya hanya diperbudak urusan dunia, akan hancurlah manusia yang hidupnya diperbudak urusan dinar dan dirham.”

Akhirnya, kita mendapat pelajaran emas dari kedua kasus di atas. Segala program seharusnya dikerjakan dengan kerja keras dan kerja cerdas. Target jangka panjang dan jangka pendek harus tepat waktu sesuai schedule. Namun, jangan sampai mengorbankan urusan akhirat.

Menyadari bahwa semua kerja dunia, akhirnya adalah untuk dapat dipetik di hari kiamat. Dunia ini ibarat ladang tanaman, mari kita tanami sebanyak-banyaknya dengan penuh semangat. Tidak setengah-setengah. Agar kelak dapat dinikmati di hari ketika kita kembali kepada Tuhan. Apalagi jika tanaman itu bukan hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, melainkan juga berdampak untuk kebaikan semua mahluk Allah.

Pesan Nabi saw., “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak mendatangkan manfaat bagi sesama.”

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Desember 2022

 

Zakat Penghasilan di YDSF


Artikel Terkait:

MENGELUARKAN SEDEKAH DARI BUNGA BANK | YDSF
Layanan Operasi Hernia YDSF
YDSF KELOLA POTENSI WAKAF DEMI UMAT
Meraih Akhlak dengan Zakat | YDSF
Doa Memohon Rezeki yang Berkah dan Umur Panjang | YDSF
WAKAF TUNAI DI YDSF
YDSF Rayakan 'Agustusan' Bersama Puluhan ABK Madiun
IKATAN BAIK YDSF DAN MASJID AL FALAH

 

Korban Bencana Menerima Zakat



Tags: etos kerja, etos kerja dalam islam, ydsf, kerja ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: