Fenomena manusia
pekerja kadang melakukan dengan pola quiet quitting (wajar-wajar saja)
tanpa harus memburu target maksimal. Ada kalanya dengan pola sebaliknya hustle
culture. Bagi mereka, waktu adalah uang. Lengah sedikit akan tertinggal
dunia dan mengalami kerugian besar.
Pola pertama
biasanya dilandasi dengan teologi jabariyah. Keyakinan bahwa takaran rezeki
sudah ditentukan sang Khaliq, walaupun kepala dijungkirbalikkan jika takaran
itu tidak ditakdiran Tuhan, maka tak akan menjadi kenyataan.
Sementara yang
kedua dilandasi teologi qadariyah, bahwa nasib baik dan buruk bukan karena
suratan takdir. Akan tetapi, manusia telah diberi potensi untuk mengubah
nasibnya sendiri. Lalu terilhami hadits dhaif agar manusia bekerja maksimal
untuk mendapatkan bekal seumur hidup, bahkan bisa dinikmati untuk tujuh
turunan.
Padahal, setiap
manusia sejatinya harus jujur bahwa dia tidak dapat mengetahui takaran
rezekinya. Islam justru menuntut agar setiap manusia selalu berikhtiar dan
berikhtiar.
Maka seyogianya
setiap manusia menjalani sunatullah dengan segala keseriusan dan azimah. Tidak
cukup dengan hanya bekerja ala kadarnya. Begitu pula dengan program yang telah
dicanangkan, harus dikerjakan secara maksimal dan terukur, dengan strategi yang
jitu. Sehingga, dapat menghasilkan tujuan secara optimal.
Itulah sebabnya
kepada pemuda yang batthal (malas bekerja) oleh Rasulullah saw. dibekali
kapak untuk mencari nafkah sebanyak-banyaknya. Dengan begitu, pemuda tadi dapat
menggunakan kapak tersebut untuk membanting tulang dan mendapatkan hasil yang
sangat memadai.
Namun, ketika
ditemukan seseorang yang hanya mengejar dunia dan melupakan akhiratnya, maka
muncul peringatan Rasulullah saw., “Akan hancurlah manusia yang hidupnya hanya
diperbudak urusan dunia, akan hancurlah manusia yang hidupnya diperbudak urusan
dinar dan dirham.”
Akhirnya, kita
mendapat pelajaran emas dari kedua kasus di atas. Segala program seharusnya
dikerjakan dengan kerja keras dan kerja cerdas. Target jangka panjang dan
jangka pendek harus tepat waktu sesuai schedule. Namun, jangan sampai
mengorbankan urusan akhirat.
Menyadari bahwa
semua kerja dunia, akhirnya adalah untuk dapat dipetik di hari kiamat. Dunia
ini ibarat ladang tanaman, mari kita tanami sebanyak-banyaknya dengan penuh
semangat. Tidak setengah-setengah. Agar kelak dapat dinikmati di hari ketika
kita kembali kepada Tuhan. Apalagi jika tanaman itu bukan hanya bermanfaat
untuk dirinya sendiri, melainkan juga berdampak untuk kebaikan semua mahluk
Allah.
Pesan Nabi saw.,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak mendatangkan manfaat bagi
sesama.”
Sumber
Majalah Al Falah Edisi Desember 2022
Zakat Penghasilan di YDSF
Artikel Terkait:
MENGELUARKAN SEDEKAH DARI BUNGA BANK | YDSF
Layanan Operasi Hernia YDSF
YDSF KELOLA POTENSI WAKAF DEMI UMAT
Meraih Akhlak dengan Zakat | YDSF
Doa Memohon Rezeki yang Berkah dan Umur Panjang | YDSF
WAKAF TUNAI DI YDSF
YDSF Rayakan 'Agustusan' Bersama Puluhan ABK Madiun
IKATAN BAIK YDSF DAN MASJID AL FALAH