Debat dalam Islam | YDSF

Debat dalam Islam | YDSF

19 Desember 2023

Dalam Islam, debat menjadi salah satu perbuatan yang hukumnya berada di tengah-tengah. Bisa diperbolehkan apabila debat tersebut memakai dasar ilmu dan bertujuan untuk kebaikan. Namun, bisa pula tidak diperbolehkan jika hanya adu mulut tanpa ilmu hingga berakhir pertengkaran antar kedua belah pihak.

Seringkali debat terjadi antar sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari antar kaum awam hingga kaum intelektual, dengan topik pembahasan yang sederhana hingga yang serius. Bahkan, di Indonesia sendiri terdapat event debat secara publik setiap lima tahun sekali jelang pemilihan umum (pemilu).  

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), debat merupakan aktivitas pertukaran pendapat antar dua orang atau lebih mengenai suatu hal dengan memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Dijelaskan pula arti mendebat (men.de.bat) bermakna membantah pendapat orang lain dengan mengajukan alasan atau pendapat pribadi.

Debat Menurut Pandangan Islam

Sejatinya, debat menjadi salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh setiap manusia. Debat bisa terjadi dalam proses komunikasi antar kedua belah pihak sebab pendapat yang saling bertolak belakang dan tak ada yang mau mengalah. Dari sini lah akhirnya manusia memiliki kebiasaan suka berdebat atau membantah.

Tabiat manusia yang satu ini bahkan disebutkan dalam firman Allah Swt. melalui Al-Qur’an. Allah berfirman,

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِى هَٰذَا ٱلْقُرْءَانِ لِلنَّاسِ مِن كُلِّ مَثَلٍ ۚ وَكَانَ ٱلْإِنسَٰنُ أَكْثَرَ شَىْءٍ جَدَلًا

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (QS. Al-Kahfi: 54).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, seorang ulama tafsir abad 14 Hijriyah menjelaskan bahwa dalam ayat di atas Allah Swt. telah menerangkan seluruh hal yang baik dan buruk dalam Al-Qur’an disertai dengan berbagai macam perumpamaan. Hal ini dimaksudkan agar setiap manusia mengerti sehingga bisa mematuhi Allah. Terlebih, Allah juga memberikan karunia akal pikiran untuk manusia dapat membedakan mana yang benar dan tidak. Namun demikian, karena pengaruh hawa nafsunya sendiri dan tipu daya syaitan serta iblis, manusia menjadi makhluk yang paling banyak mendebat.

Perilaku suka berdebat juga diabadikan pada ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an. Banyak kisah-kisah perdebatan para nabi dan orang-orang shalih terdahulu. Seperti perdebatan Nabi Ibrahim a.s. dengan umatnya (QS. Maryam: 41-49), perdebatan Nabi Musa a.s dengan Raja Fir’aun (QS. Al-Isra: 101-104), perdebatan Nabi Nuh a.s. dengan kaumnya (QS. Hud: 27-34), dan masih banyak lagi.

Baca juga: Potret Pendidikan Karakter Keluarga Nabi Ibrahim | YDSF 

Namun, perlu digarisbawahi bahwa perdebatan para nabi terdahulu bukanlah debat kusir yang ingin meraih menang sendiri. Melainkan atas dasar dakwah untuk menyebarkan ajaran yang benar dari Allah Swt. Cara debatnya pun tak asal berbicara omong kosong, tetapi disertai dengan ilmu, berdasarkan firman Allah Swt., juga dengan cara baik tanpa menyakiti orang-orang dihadapannya.

Meski demikian, berdebat bukanlah pilihan utama dalam dakwah Islam. Mayoritas ulama pun menganjurkan debat sebagai pilihan terakhir untuk menebar dakwah, setelah melalui cara bi al-hikmah wa al-mau’izah al hasanah (menyampaikan tujuan atau hikmah dan memberi pelajaran yang baik) sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw. (QS. An-Nahl: 125).

Nabi saw. sendiri menganjurkan umat Islam untuk menghindari segala bentuk perdebatan. Baik itu debat di atas kebatilan maupun kebenaran. Sebab, debat dapat mengakibatkan kerasnya hati, memicu permusuhan antar sesama muslim, juga menghilangkan berkah ilmu apabila keras dalam debatnya.

Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.” (HR. Tirmidzi, Shahih at-Targhib wat Tarhib).

Baca juga: Pesan Rasulullah Saw. Untuk Umat Muslim Jelang Akhir Zaman | YDSF

Lalu, Bagaimana Debat yang Diperbolehkan dalam Islam?

Sebagaimana firman Allah Swt. yang menjelaskan bahwa salah satu sifat manusia ialah suka berdebat, maka akan sulit bila menghindari suatu perdebatan. Dalam hal ini, Islam membolehkan debat untuk dijadikan sebagai opsi terakhir ketika akan menebarkan dakwah Islam atau perihal kebenaran lainnya.

Namun, dengan catatan debat tersebut menggunakan dasar ilmu dan dalil, bukan malah debat kusir tanpa pengetahuan, hanya menggunakan otot saja dan paling keras dalam berdebat. Dalam hadits, Nabi saw. bersabda, “Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.” (HR. Bukhari & Muslim).

Selain itu, juga terdapat beberapa adab yang harus diikuti umat muslim ketika hendak berdebat. Dalam kitab adab Al-Ikhtilaf fil Islam disebutkan sejumlah adab berdebat, di antaranya:

1. Debat diawali dengan husnudzan atau prasangka baik antar sesama muslim. Hal ini dilakukan, agar masing-masing tidak merasa benar serta menghindari permusuhan.

2. Menyampaikan debat dengan perkataan baik tanpa menyakiti sesama muslim.

3. Menyampaikan debat atas dasar ilmu, dalil, dan sumber lain yang dapat dipercaya.

4. Saling menghargai dan memberi kesempatan dalam penyampaian pendapat.

5. Tidak memaksakan kehendak bahwa pendapat yang disampaikan paling benar.

6. Tidak berkata kasar, mencaci, atau menjatuhkan sesama muslim.

7. Berdiskusi dengan tenang dan meluruskan niat untuk menemukan solusi terbaik yang lebih benar.

8. Akhiri dengan berlapang dada dan komitmen untuk menjalankan kebenaran yang ditemukan bersama.

 

Itulah beberapa penjelasan tentang debat dalam Islam. Sebagai seorang muslim, memang lebih baik untuk menghindari segala bentuk perdebatan. Namun, apabila tetap diperlukan berdebat untuk dakwah Islam, para ulama berpendapat boleh saja dengan syarat tetap memperhatikan ilmu serta adabnya. Wallahua’lambisshowab. (yul)

 

Tetap Sedekah Agar Mendapat Berkah:


 

Artikel Terkait:

Proses Pemilihan Pemimpin Umat Islam Pasca-Rasulullah | YDSF
Menyiapkan Pemimpin Dari Masjid | YDSF
Menyiapkan Pemimpin | YDSF
Beda Pendapat dengan Ibu | YDSF
Mendidik Generasi Berdaya Juang Pahlawan | YDSF
Generasi Masa Kini Berpedoman Al-Qur’an | YDSF
Memupuk Sifat Kedermawanan Dan Meneladani Rasulullah | YDSF
Muhasabah ala Sahabat Rasulullah saw. | YDSF

Tags: debat, debat dalam islam, debat pemilu, hukum debat, hukum debat dalam islam

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: