Stunting menjadi salah satu masalah penting dalam dunia kesehatan anak yang perlu dibahas. Penyebab utama adanya stunting ialah kurangnya asupan gizi dan nutrisi pada anak. Sehingga, untuk mencegahnya diperlukan asupan protein hewani yang tinggi gizi untuk anak-anak usia emas (0-6 tahun).
Berdasarkan data survei
Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, sebanyak 21,6% kasus stunting
masih ditemukan di Indonesia. Tentu, hal ini menjadi PR besar bagi negara kita.
Perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengupayakan
penurunan stunting pada anak.
Untuk dapat
mewujudkan tujuan tersebut, dibutuhkan edukasi yang cukup terlebih dahulu, agar
masyarakat mengetahui apa itu stunting, apa penyebabnya, serta bagaimana cara
pencegahannya.
Baca juga: Bantu Penuhi Gizi Nasional, YDSF Distribusikan 27 Ton Daging Qurban Bebas PMK
Apa itu Stunting?
Menurut World
Health Organization (WHO), stunting ialah gangguan tumbuh kembang pada anak
yang disebabkan adanya kekurangan gizi kronis (buruk), infeksi berulang, serta
stimulasi psikososial yang tidak layak. Stunting pada anak dapat menimbulkan dampak
jangka pendek dan jangka panjang.
Pada jangka
pendek, anak yang menderita stunting akan mengalami pertumbuhan fisik yang
lambat dan dibawah rata-rata dari anak seusianya (tinggi dan berat badan yang tidak
normal). Selain itu, perkembangan otak serta kecerdasan pada anak pun akan
turut menurun. Sehingga akan berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) di masa mendatang. Sedangkan pada jangka panjang, stunting akan membuat
anak menjadi rentan terkena penyakit seperti obesitas, stroke, kanker,
penyakit jantung, serta penyakit berbahaya lain di usia tuanya.
Sementara
penyebab terjadinya stunting pada anak di antaranya:
1.
Kurangnya Asupan Gizi pada Ibu Hamil
Penyebab yang pertama yaitu
masalah kekurangan gizi saat Ibu mengandung anaknya. Hal ini bisa dikarenakan
ibu memiliki riwayat penyakit tertentu yang memengaruhi perkembangan janin dalam
kandungan.
Selain itu, stunting bisa terjadi apabila ibu hamil tidak mengonsumsi asupan nutrisi yang cukup. Seperti nutrisi kalsium, asam folat, zat besi, vitamin, dan zat penting lainnya yang biasanya terkandung dalam obat khusus ibu hamil.
2.
Kekurangan Gizi saat Anak Lahir
Tak hanya ibu hamil, saat anak sudah lahir juga memerlukan gizi yang seimbang dan nutrisi yang lengkap. Ketika anak mendapatkan makanan yang kaya akan nutrisi, kecil kemungkinan mereka akan mengalami stunting. Maka, sebagai orang tua harus pintar dalam memilah makanan yang cocok dan bergizi untuk anak, dan tak lupa menyesuaikan usianya.
3.
Faktor Lingkungan
Salah satu penyebab yang tak kalah
berpengaruh pada tumbuh kembang anak yaitu faktor lingkungan. Apabila anak
tumbuh dalam lingkungan yang kekurangan akses air bersih, makanan bergizi,
terbatasnya akses kesehatan memadai, serta lingkungan yang kotor, maka kemungkinan
besar anak-anak akan beresiko stunting. Maka, sebisa mungkin jauhkan anak dari lingkungan
tersebut.
Baca juga: Pola Hidup Sehat Tingkatkan Imunitas Tubuh | YDSF
Cara Cegah Stunting
Berdasarkan
arahan Presiden Republik Indonesia dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting, menyatakan bahwa upaya mencegah stunting
tak hanya bisa dilakukan oleh Kementerian Kesehatan saja, namun diharapkan
semua pihak ikut andil dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Dalam hal ini,
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menghimbau masyarakat untuk cegah stunting
dengan metode ABCDE.
A: Aktif konsumsi
tablet tambah darah bagi
ibu hamil, disertai dengan asupan gizi dan nutrisi yang seimbang dengan cara
memperhatikan pola makan.
B: Bumil menjalani
pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali. Hal ini dilakukan untuk memastikan kesehatan ibu hamil beserta janin yang
ada di dalam kandungan.
C: Cukupi
konsumsi protein hewani,
yakni mengonsumsi protein yang berasal dari daging hewan, meliputi daging sapi,
kambing/domba, ayam, bebek, ikan (seafood), telur, serta susu. Makanan
ini dapat dikonsumsi bagi ibu hamil dan anak setelah lahir (menyesuaikan usia).
D: Datang ke Posyandu. Hal ini dilakukan untuk memantau
perkembangan janin serta bayi yang telah lahir. Dengan datang ke Posyandu
secara berkala, anak akan mendapatkan vaksinasi lengkap sesuai anjuran IDAI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia).
E: Eksklusif ASI
6 Bulan. Air Susu Ibu
(ASI) dipercaya menjadi sumber nutrisi utama bagi bayi. Ia mengandung air,
vitamin, mineral, karbohidrat, serta zat antibodi yang baik untuk anak. Selain
itu, ASI juga bermanfaat untuk mencegah penyakit bagi anak.
Kiprah YDSF dalam Mencegah
Stunting
Sebagai upaya
turut serta dalam mencegah stunting, YDSF telah mendistribusikan lebih dari 27
ton daging hewan qurban yang sehat dan kaya akan protein hewani ke pelosok
Indonesia, melalui Ekspedisi Qurban 1443 H.
Daging qurban
sebanyak 1.277 ekor domba dan 115 ekor sapi telah disalurkan ke 52
kabupaten/kota di 12 provinsi yakni Jawa Timur, Jawa tengah, Jawa Barat,
Banten, Yogyakarta, Bali, NTT, NTB, Riau, Lampung, Maluku, dan Sulawesi Tengah.
Dengan total anggaran Rp5,3 Miliar dan 54.696 penerima manfaat.
Selain itu, pada
Ramadhan 1443 H, YDSF juga menyalurkan 5.100 paket buka puasa dan takjil
bernutrisi untuk meningkatkan gizi anak-anak dhuafa pelosok negeri. (berbagai
sumber)
Featured
Image by freepik
Bahagia dengan Berbagi
Artikel Terkait:
YDSF Adakan Buka Bersama untuk Meningkatkan Kualitas Gizi Anak-anak Gresik
Banyak Menghafal Al-quran, Tubuh Jadi Semakin Sehat | YDSF
Hadits Tentang Puasa Dapat Membuat Sehat | YDSF
Gerakan Shalat dan Terapi untuk Kesehatan | YDSF
Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Jiwa, Dari Awal Hingga Akhir | YDSF
Dampak Tontonan Buruk pada Kesehatan Jiwa| YDSF
Mengasuh Anak Generasi Milenial | YDSF
Ekspedisi
Qurban YDSF 1443 H