Zainab binti Rasulullah, Mencintai Islam daripada Suami | YDSF

Zainab binti Rasulullah, Mencintai Islam daripada Suami | YDSF

8 Februari 2023

Zainab binti Muhammad ialah putri sulung dari pasangan yang paling mulia dalam Islam, yakni Rasulullah saw. bersama Khadijah binti Khuwailid. Zainab dari kecil dibesarkan dan dibimbing dengan penuh kasih sayang oleh keluarga mulia itu.

Sebab ketelatenan didikan Khadijah, Zainab menjadi seorang anak yang ringan tangan dalam mengurus rumah tangga serta merawat adik-adiknya, Ummu Kulsum, Ruqayyah, dan Fatimah. Tak hanya itu, Zainab juga tumbuh menjadi sosok yang sabar dan teguh menjalani hidupnya. Bahkan, adik bungsunya, Fatimah sampai menganggap Zainab seperti ibu kecilnya.

Saat Zainab binti Muhammad menginjak usia dewasa, ia diminta untuk menikah dengan Abu Al Ash bin Rabi’, putra dari Halah binti Khuwailid yang merupakan saudara Khadijah (ibunda Zainab). Abu Al Ash merupakan seorang pedagang yang jujur dan kaya dari Makkah. Tanpa penolakan apapun, Zainab lantas bersedia dinikahkan dengan Abu Al Ash oleh Rasulullah saw.

Setelah pernikahan berlangsung, Abu Al Ash membawa Zainab ke rumahnya. Lalu, Khadijah binti Khuwailid pergi ke rumah pasangan baru yang saling mencintai itu, seraya mendoakan agar keduanya selalu dikaruniai keberkahan. Kemudian, Khadijah melepas kalung berharganya untuk Zainab sebagai hadiah pernikahan.

Baca juga: Walimatul ’Ursy dalam Islam | YDSF

Dipisahkan karena Beda Keyakinan

Suatu ketika Zainab berada di rumah sendiri sebab ditinggal suaminya Abu Al Ash untuk berdagang, ia mendengar kabar yang tersebar di Makkah. Yakni munculnya seorang nabi, bernama Muhammad bin Abdullah, yang tak lain ialah ayah Zainab. Sontak ketika mendengar kabar tersebut, Zainab bergegas ke rumah orang tuanya untuk mencari tahu kebenaran dari berita tersebut.

Sesampainya di rumah, kabar tersebut dibenarkan oleh ibu, paman, beserta saudara Zainab. Alangkah gembiranya Zainab beserta keluarga saat mengetahui bahwa ayah mereka telah menjadi Nabi utusan Allah Swt. Tanpa berpikir panjang, Zainab langsung menyatakan keimanan atas kenabian ayahnya, dengan bersyahadat. Zainab lantas kembali pulang ke rumah dan menunggu kepulangan suami tercinta.

Abu Al Ash pun pulang dari perjalanan dagangnya. Sesaat setelah melihat suaminya istirahat, Zainab dengan penuh semangat dan bahagia menceritakan semua yang terjadi, termasuk keputusannya saat masuk Islam. Dengan harapan, Abu Al Ash juga tertarik mengikuti jejak Zainab. Mirisnya, Abu Al Ash memilih untuk tetap bertahan pada kesyirikannya. Ia menolak untuk masuk Islam. Tentu, hal itu sangat menyakitkan bagi Zainab. Namun, Zainab menghargai keputusan suami tercintanya, sembari terus berdoa agar Allah Swt. memberikan hidayah bagi suaminya.

Setelah menerima wahyu dari Allah Swt., Rasulullah saw. memperlihatkan keseriusan akan perintah dan larangan Allah. Salah satunya, menantang orang-orang Quraisy yang tidak mengimani Islam. Termasuk orang yang telah menjadi menantu atau suami dari anak-anaknya.

Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila perempuan-perempuan mukmin datang berhijrah kepadamu, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada orang-orang kafir (suami-suami mereka). Mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal bagi mereka...” (QS. Al Mumtanah: 10)

Baca juga: Kisah Cinta Rasulullah Pernah Ditolak | YDSF

Tibalah waktu Rasulullah saw. beserta pengikutnya mendatangi Abu Al Ash. Mereka berkata “Ceraikanlah istrimu, niscaya kami nikahkan engkau dengan wanita Quraisy mana pun yang engkau kehendaki!” Abu Al Ash menjawab dengan tegas, “Tidak demi Tuhan, aku tidak akan menceraikan istriku! Aku tidak ingin istriku tergantikan dengan wanita Quraisy lainnya”.

Rasulullah saw. memberi pujian kepada Abu Al Ash sebab telah menjadi menantu yang baik, yang tulus mencintai putrinya. Rasul pun tidak tega memisahkan keduanya. Meski sesungguhnya Islam telah menceraikan Zainab dengan suaminya, Abu Al Ash tatkala Zainab masuk Islam.

Akhirnya, untuk sementara waktu Zainab tetap tinggal bersama Abu Al Ash, dengan kondisi berbeda keyakinan. Zainab tetap teguh dengan Islam, sedang Abu Al Ash tetap musyrik hingga Rasulullah saw. hijrah ke Madinah.

Zainab Memilih Meninggalkan Suaminya, Demi Hijrah ke Madinah

Di tengah hati yang semakin berkecamuk, sebab perbedaan keyakinan antara Zainab dan suaminya, datanglah musibah baru yang tak kalah berat. Sang paman, Abu Thalib, disusul Ibunda tercinta, Khadijah wafat meninggalkannya. Betapa terpukulnya perasaan Zainab kala itu. Ditambah, setelah ibunya tiada, ayah beserta para sahabat pergi hijrah ke Madinah dan saudari-saudarinya pun menyusul kesana.

Tak lama kemudian, perang besar antara kaum muslimin dan musyrikin terjadi di Badar. Suami Zainab, Abu Al Ash ikut berperang dan berada dalam barisan kaum musyrikin. ‘Perang dimenangkan oleh kaum muslimin’, begitulah berita yang tersebar di Makkah. Tentu, Zainab sangat gembira mendengar kemenangan umat muslim. Namun, muncul kekhawatiran, bagaimana dengan suaminya?

Sebagaimana kabar yang beredar, suaminya telah menjadi tawanan oleh kaum muslimin. Zainab bergegas mengirim seorang wakil agar pergi ke Madinah untuk menebus Abu Al Ash dengan sejumlah uang dan kalung pemberian ibunya, Khadijah. Rasulullah sesaat trenyuh mengetahui hal tersebut. Lalu beliau bersabda, “Jika kalian ingin membebaskan suami Zainab, dan mengembalikan hartanya, maka lakukanlah!” Para sahabat pun menyetujuinya.

Rasulullah lantas membebaskan Abu Al Ash, dengan syarat ia harus mengembalikan Zainab kepada Rasul. Abu Al Ash pun menyetujui permintaan Rasulullah, kemudian menyampaikannya kepada Zainab. Mendengar hal itu, Zainab merasa sangat berat berpisah dengan suaminya. Namun, Zainab sadar bahwa perintah Allah dan Rasul-Nya harus lebih didahulukan daripada segalanya. Dengan pengorbanan cinta dan perasaannya, Zainab pun memilih meninggalkan sang suami dan pergi hijrah ke Madinah. (yul)

 

Featured Image by Freepik

 

Sedekah dari Rumah:


 

Artikel Terkait:

Kisah Inspiratif : Jemput Jodoh dengan Islam | YDSF
Kisah Keluarga Teladan dalam Al Quran | YDSF
Ummu Yulyani dan Hamas Syahid, Ibu dan Anak Inspiratif Ummat | YDSF
Wanita Mulia, Yang Makamnya Harum Semerbak | YDSF
Mahar Pernikahan Sahabat Rasulullah | YDSF
Jenis Cinta Dalam Islam Menurut Ibnu Qayyim| YDSF
Menikah Tapi Tidak Cinta Suami | YDSF
Kriteria Jodoh Dalam Islam | YDSF

 

Bersikap Romantis Terhadap Pasangan:


 

Tags: cinta, kisah islami, kisah Zainab, kisah inspiratif

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: