Kriteria Jodoh dalam Islam | YDSF

Kriteria Jodoh dalam Islam | YDSF

3 Februari 2020

Adakah orang yang tahu, siapa jodohnya? Pada dasarnya tidak seorang pun tahu. Sebelum menikah. Begitu akad nikah sudah terlaksana, maka pengantin laki-laki dan pengantin perempuan harus segera menyatakan, dialah jodohku yang telah Allah berikan kepadaku. Dari mana bisa tahu? Karena sudah terjadi akad nikah.

Jodoh kita sudah Allah ketahui sejak sebelum kita lahir. Namun Allah tidak memberi tahu kepada kita siapa jodoh kita. Kewajiban kita adalah berusaha mencari dan menemukan jodoh terbaik sesuai aturan agama. Setelah semua usaha kita lalui, hingga akhirnya berhasil melaksanakan akad nikah, kita baru tahu siapa jodoh yang telah Allah tetapkan, yang sudah tertulis di lauh mahfuzh.

Menentukan Kriteria Jodoh

Karena kita tidak tahu siapa jodoh kita, maka pada saat mencari calon pendamping hidup, yang harus kita lakukan adalah menentukan kriteria berdasarkan tuntunan agama. Sekali lagi: berdasarkan  tuntunan agama. Bukan berdasarkan keinginan kita semata-mata. Bukan berdasarkan hawa nafsu kita. Ini sangat penting dipahami, agar proses pernikahan benarbenar berada dalam keridhaan Allah Ta’ala.

Memilih calon istri atau calon suami adalah aktivitas “sesaat” yang berdampak sangat panjang, bahkan hingga ke akhirat. Untuk itu, harus memiliki kejelasan kriteria, calon pasangan hidup seperti apa yang akan dipilih. Hal ini menjadi sangat penting, mengingat pernikahan harus diniatkan untuk selamanya, sepanjang hidup manusia. Menikah tidak boleh diniatkan untuk sementara waktu, atau untuk coba-coba, atau untuk menuruti rasa penasaran belaka. Menikah itu peristiwa sakral yang tidak boleh digunakan untuk permainan dan percobaan.

Bagi kamu para jomblo yang akan atau tengah berproses mencari calon istri atau calon suami, hendaknya beberapa kriteria berikut ini kamu penuhi dalam memilih calon pendamping hidup kamu.

1. Pilih Yang Benar-benar Manusia

Saya tidak bercanda. Jangan sembarangan searching atau googling calon pasangan hidup. Jangan sembarangan berselancar di dunia maya untuk mencari dan menemukan calon istri atau calon suami. Mestinya Anda mencari di dunia nyata, di dunianya orang salih salihah. Di majelis taklim, forum pengajian, masjid, atau organisasi kebaikan. Di dunia maya, dikhawatirkan mendapatkan jodoh yang maya. Akun palsu, status palsu, foto palsu, kepribadian palsu, alamat palsu, keterangan palsu, kegiatan palsu. Semua serba mudah dipalsukan di dunia maya.

Ada seorang perempuan yang jatuh cinta kepada akun palsu. Nun jauh di sana, seorang perempuan membuat akun facebook lelaki, memasang foto macho, memasang kegiatan sebagai lelaki, berkomunikasi sebagai lelaki, hingga akhirnya ada perempuan yang tergila-gila. Mereka berkomunikasi, semakin intens dan dekat. Menemukan kecocokan. Ia sama sekali tidak tahu bahwa pemilik akun itu juga seorang perempuan iseng. Mungkin juga kurang waras. Ini kejadian nyata.

Pastikan Anda benar-benar memilih calon jodoh yang berjenis manusia. Karena Anda juga manusia.

2. Jenis Pasangan

Jika kamu lelaki, kamu harus mencari calon istri yangberjenis perempuan tulen. Jika kamu perempuan, kamu harus mencari calon suami yang berjenis lelaki tulen. Ini yang saya sebut sebagai ‘pasangan jenis’, bukan ‘lawan jenis’. Karena Allah menciptakan laki-laki dan perempuan adalah berpasangan, bukan berlawanan.

Agama apapun melarang perilaku pernikahan sejenis, yang pada waktu akhir-akhir ini banyak dilegalkan di berbagai negara. Jika anda merasa tertarik dengan sesama jenis, segera lakukan penyembuhan diri dan pertobatan, karena itu adalah sebuah penyimpangan. Perilaku gay, lesbi, dan biseksual, adalah perbuatan yang terkutuk dalam pandangan agama, yang telah dicontohkan pembinasaan mereka sejak di zaman Nabi Luth.

Tujuan menikah di antaranya mengembangkan keturunan. Tidak akan ada lagi kelahiran dan keturunan jika menikah sesama jenis.

3. Pilih yang “Aman”

Pastikan bahwa calon istri kamu belum memilikisuami (perawan), atau sudah tidak memiliki suami (janda). Statusnya harus single atau jomblo, karena tidak boleh menikahi perempuan bersuami. Nah, ini yang saya maksudkan pilihan ‘aman’. Saya tidak bercanda, karena ada banyak contoh kasus lelaki mencintai istri orang lain. Jika diteruskan, ini akan merusak rumah tangga orang.

Demikian pula perempuan, pastikan calon suami perjaka, atau sudah tidak memiliki istri (duda). Jika calon suami ingin menjadikan kamu sebagai istri kedua, pastikan istri pertamanya merelakan ia menikah lagi dengan kamu. Jangan sampai kamu menjadi istri kedua pada kondisi istri pertamanya tidak merelakan suaminya menikah lagi. Ini yang saya maksudkan pilihan ‘aman.’

Demikian pula, harus aman dari hal-hal yang dilarang agama untuk dinikahi. Pelajari kembali pihak-pihak yang diharamkan untuk menikah, supaya pilihan kamu benar-benar aman dari segi syar’i, juga aman dari segi sosial dan budaya masyarakat.

4. Salih dan Salihah

Kamu harus menetapkan kriteria yang sangat fundamental, yaitu kebaikan agama. Sesuai arahan Nabi saw.: “Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya atau karena agamanya. Pilihlah berdasarkan agamanya agar selamat dirimu.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Dalam pengarahan Nabi saw., ada empat kepentingan saat pemilihan calon istri. Bisa pula kita nisbatkan kepada pemilihan calon suami. Pertama kepentingan ekonomi, yang diungkapkan dengan li maaliha, memilih calon karena hartanya. Kedua kepentingan sosial, dengan li nasabiha, karena keturunannya. Ketiga, kepentingan fitrah kemanusiaan, li jamaliha, karena kecantikan atau ketampanannya. Keempat, kepentingan agama, dengan li diniha, karena agamanya. Dengan kepentingan agama ini, kamu telah meletakkan pondasi yang kokoh bagi kehidupan keluarga, “Pilihlah berdasarkan agamanya agar selamat dirimu”.

Kriteria utama dalam memilih calon pasangan hidup adalah kebaikan agama, yaitu seorang perempuan yang shalihah atau lelaki salih, berakhlak mulia. Dengan kriteria kebaikan agama ini, pasangan tidak terjebak hanya oleh keduniaan yang justru akan bisa menghinakan dirinya.

Pertama, harus samasama beragama Islam. Jangan menikah beda agama, beresiko secara syar’i dan secara tradisi. Kedua, harus taat menjalankan ajaran agama. Bukan hanya formalitas beragama Islam, namun tidak mau belajar dan menjalankan ajaran Islam. Ketiga, memiliki akhlak yang baik. Kebaikan agama seseorang bisa dilihat dari kebaikan akhlaknya.

5. Pilih Bertaqwa

Seorang laki-laki menghadap Hasan bin Ali, bertanya, “Ya Hasan, puteriku akan dipinang, kepada siapakah aku harus menikahkannya?” Hasan bin Ali menjawab, “Nikahkan puterimu dengan orang yang bertaqwa. Sebab bila ia mencintainya pasti akan menghormati dan memuliakannya, dan bila ia tidak mencintainya pasti tidak akan menzhalimi puterimu.”

Orang bertaqwa takut murka Allah sehingga akan selalu berhati-hati dalam berumah tangga. Selalu berhati-hati dalam menjalankan peran sebagai suami, sebagai istri, sebagai orangtua, sebagai anak.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Januari 2019

 

Baca juga:

Walimatul ’Ursy dalam Islam | YDSF

Pilar Dakwah Di Rumah Kita

3 TIPS AMPUH MENJEMPUT JODOH IMPIAN | YDSF

Zakat Profesi atau Penghasilan | YDSF

Karakteristik Para Hamba yang Dicintai Allah  | YDSF

WAKTU TERBAIK TERKABULNYA DOA | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: