Mahabesar Allah
Swt. yang telah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya penciptaan. Membekali
manusia dengan berbagai macam potensi, yang bisa digunakan untuk mewujudkan
semua yang dicita-citakannya. Namun, manusia tetaplah manusia. Sehebat-hebatnya
manusia pastilah memiliki keterbatasan. Tidak semua tujuan dan cita-citanya bisa terwujud dengan
sebatas usaha.
Kehidupan ini tak akan pernah lepas dari yang namanya masalah dan persoalan. Keduanya akan selalu ada dan datang silih berganti. Ketika
datang persoalan tak jarang manusia merasa berputus asa dan kehilangan keyakinan
untuk menyelesaikannya. Kekuatan dan semangat yang tadinya menggebu, tiba-tiba saja
menghilang tidak berbekas saat masalah datang menerpa. Langkah kita menjadi
gontai, tujuan kita menjadi kabur, dan cita-cita kita terasa semakin menjauh
dari kenyataan.
Pada saat itulah
frekuensi fitrah kita segera terbang tinggi ingin mencari solusi. Pikiran kita berputar
menembus batas-batas kemampuan. Kita mengaduh dan mengeluh tentang berbagai macam
persoalan pelik yang tenagh membelit, melilit dan menggerogoti cita bahagia
kehidupan yang kini sedang kita rasakan. Kita mengiba dalam tangis-tangis
penyesalan saat berbagai masalah yang tidak bersesuaian dengan hati dan kehendak
kita.
Setiap manusia
pastilah memiliki keterbatasan dalam segala hal. Tidak semua yang kita inginkan
dan kita harapkan akan terwujud menjadi kenyataan. Semua dalam kerangka usaha
manusia. Dan doa adalah keajaiban. Keajaiban untuk memperbesar harapan,
meninggikan asa, dan menguatkan cita-cita.
Bahkan para nabi
dan rasul yang merupakan hamba pilihan Allah pun menjadikan doa sebagai sarana
yang digunakan untuk menghubungkan dirinya kepada Tuhannya. Pada saat diri merasa
gelisah dikarenakan banyaknya beban masalah, persoalan demi persoalan yang
datang menghampiri silih berganti, merasa terjepit dengan keadaan yang tidak
bersesuaian dengan keinginan dan harapannya. Lalu hati menjadi galau karena
banyaknya salah dan dosa, maka doa menjadi satu-satunya pilihan untuk mencari ketenangan
dan sumber kekuatan.
Jaraknya doa
dengan pengabulannya itu menguji kekuatan, sabar, iman, ridha, ikhlas serta tawakal
kepada Allah yang Mahakuasa. Semakin lama jaraknya, semakin sering latihannya, dan
lebih dalam pengaruhnya bagi kita. Kita harus belajar dari kesabaran dan
kekuatan manusia-manusia teladan dalam mengamal salah satu adab dalam berdoa
yaitu sabar dan penuh harap.
Misalnya doa yang
dipanjatkan Nabi Ibrahim dan Ismail ketika sedang membenahi bangunan Kabah.
Mereka berdua berdoa, “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari
kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al
Baqarah 129).
Baca juga: 13 Adab dalam Berdoa | YDSF
Terkabul Tiga Ribu Tahun
Jarak doa ini
dengan terkabulnya konon sekitar lamanya 3 ribu tahun. Muhammad saw. adalah
jawaban doa itu. Muhammad-lah yang mengajari kaum yang buta huruf untuk mendengarkan
ayat-ayat Allah, mensucikan diri mereka dari dosa-dosa dan perilaku jahili, serta
mempelajari kitab Allah dan peri tauladan manusia yang menjadi kemuliaan bagi
mereka.
“Dia-lah yang
mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al Jumuah 2).
Kekuatan doa
Ibrahim dan Ismail menggambarkan telekomunikasi melalui frekuensi yang menembus
jarak dan waktu. Para malaikat turut serta menyambungkan resonansi doa yang
gaungnya bisa melipat waktu. Kekuatan doa ternyata jauh lebih dahsyat
berkali-kali lipat dibanding dengan temuan teknologi telekomunikasi saat ini.
Doa adalah
senjata orang beriman. Sebagai senjata, dengan doalah orang beriman itu
berjuang mengarungi kehidupan. Karena sejatinya manusia itu lemah tiada daya. Walaupun
segala daya dan upaya ia kerahkan, namun hanya sedikit yang bisa manusia lakukan.
Pada saat itulah, manusia memohon kepada Sang Khalik.
Berdoa kepada
Allah merupakan bagian dari ibadah. Doa merupakan kebutuhan fitri setiap
manusia karena doa merupakan manifestasi dari suara hati sanubari paling dalam.
Maka doa dan zikir adalah media untuk beserah diri secara total kepada Allah.
“Maka ingatlah
kepada-Ku pasti Aku ingat kepadamu…” (QS. Al Baqarah 152). Maka keadaan paling baik bagi seorang hamba adalah
yang ingat kepadaNya seraya berdoa memohon kekuatan dalam menghadapi hidup dan
menggapai harapan.
Nabi saw.
berpesan, “Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah selama tidak
mengandung dosa dan memutuskan silaturahim (antar kerabat) melainkan Allah akan
beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan doanya, [2] Allah akan
menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya
kejelekan yang semisal.”
Para sahabat
lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdoa.” Nabi saw.
lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan doa-doa kalian.”
(HR. Ahmad 3/18).
Sumber
Majalah Al Falah Edisi Mei 2017
Sedekah Mudah di YDSF
Artikel Terkait:
CARA MENGHITUNG ZAKAT PENGHASILAN | YDSF
Batasan Air untuk Wudhu | YDSF
KONSULTASI ZAKAT DARI TABUNGAN GAJI DI BANK | YDSF
Menikah Tapi Tidak Cinta Suami | YDSF
MENGELUARKAN SEDEKAH DARI BUNGA BANK | YDSF
Tips Awal Memilih Pasangan Untuk Menumbuhkan Generasi Shalih | YDSF
APA ITU WAKAF? PENGERTIAN, DALIL, DAN HUKUM WAKAF | YDSF