Di luar kebiasaan, Ayah asyik mengotak-atik gawainya saat jagongan
bersama Ibu dan dua putra-putrinya. Cuma sebentar, Ayah kemudian
mempertontonkan video pendek. Belum lagi usai, sudah terdengar komentar.
“Saya sudah pernah menonton,” kata Irvan dan Putri hampir
serentak.
“Baguslah!” kata Ayah.
“Menurut Putri malah bagus sekali. Dengan video yang
durasinya cuma beberapa menit, tapi sudah berhasil menyampaikan pesan sangat
dalam,” komentar Putri.
“Maksud Ayah bagus karena Ayah punya pertanyaan.”
“Oooo! Pertanyaannya?!”
“Dengarkan ya. Andai kamu berdua berada di dalam lift itu,
menurut kamu siapa yang sebaiknya keluar?”
Ketika kakak beradik itu sedang berpikir, Ibu yang baru
bergabung nyeletuk: “Videonya cerita tentang apa sih?!”
“Biar aku yang menjelaskan,” kata Irvan.
Video itu menceritakan keadaan di dalam lift yang tak bisa
naik karena kelebihan penumpang. Penyebabnya karena seorang pemuda memaksa
masuk lift yang sudah penuh. Semua orang memandang ke arahnya. Tapi pemuda itu
cuek bebek lantaran telinganya tersumbat headset. Rupanya lagi asyik
mendengarkan musik.
“Beberapa menit berlalu, tak ada satu pun yang berani
menegur pemuda itu. Semua orang gelisah karena buru-buru. Sampai akhirnya dari
kerumunan belakang seorang gadis minta jalan. Ia melangkah keluar. Lift pun
bergerak naik,” tambah Putri.
“Yang membuat orang-orang merasa terpukul adalah fakta bahwa
gadis itu ternyata menggunakan tongkat penyangga pada kedua tangannya,” sambung
Irvan.
“Pertanyaan Ayah apa?” desak Putri.
“Kalau mau, Ibu boleh juga ikut menjawab,” kata Ayah seraya
memandang Ibu.
“Berhadiah umroh ya!?” tutur Ibu.
“Andai Ibu, Irvan, dan Putri berada di dalam lift tadi,
siapa yang sebaiknya keluar meninggalkan lift?!?”
“Tentu saja ya pemuda tadi.”
“Sepakat! Sebab pemuda itu yang masuk paling akhir. Dialah sumber
masalahnya!”
“Menurut Ibu bagaimana?” tanya Putri.
“Jawabannya Ibu tulis di kertas saja. Ibu ingin kalian
berdua menemukan jawaban yang tepat. Perhatikan dan teliti pertanyaan Ayahmu.”
Pernyataan Ibu membuat kakak beradik itu jadi penasaran.
Dan, Ibu benar-benar menuliskan jawaban di secarik kertas lalu menyerahkannya
kepada Ayah yang segera memasukkannya ke dalam saku.
Untuk beberapa saat lamanya suasana hening. Jawaban Irvan
maupun Putri ternyata dinilai Ayah tidak tepat. Mereka akhirnya meminta Ayah
menjelaskan.
“Biar Ibu saja yang menjelaskan.”
“Kita kan sudah tahu kalau pada akhirnya gadis bertongkat
itulah yang keluar sehingga masalah kemacetan lift teratasi. Padahal kita tahu
bukan dia sumber masalahnya!”
“Perhatikan! Pertanyaan Ayah tadi: Andai kita berada di
dalam lift, siapa yang sebaiknya keluar lift?!?”
“Kamu berdua terjebak dalam kata SEHARUSNYA. Padahal
pertanyaannya: SEBAIKNYA,” timpal Ibu.
“Ya, ya, ya. Kalau seharusnya, ya memang pemuda itu yang
harus keluar,” kata Putri.
“Gadis itu memilih langkah jitu: sebaiknya saya yang keluar.
Gadis itu berkorban. Dan masalah pun selesai! Kebaikan memang butuh
pengorbanan!”
Disadur dari Majalah Al Falah Edisi Juli 2022
Sedekah Mudah di YDSF:
Artikel Terkait:
Allah Lebih Melihat Keikhlasan | YDSF
ZAKAT DARI UANG PESANGON PENSIUN | YDSF
Berbakti Kepada Orang Tua yang Meninggal | YDSF
PERHITUNGAN ZAKAT RUMAH KONTRAKAN | YDSF
Larangan LGBT dalam Islam dan Kisah Kaum Luth | YDSF
PERBEDAAN ZAKAT, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
MENUMBUHKAN KEBIASAAN BERBAGI MENJADI SEBUAH KEBUTUHAN HIDUP | YDSF