Takdir Bukan Alasan Malas | YDSF

Takdir Bukan Alasan Malas | YDSF

20 Oktober 2022

Takdir memang sebuah kepastian yang didatangkan oleh Allah Swt. Namun, takdir tidak tepat bila dijadikan alasan untuk bermalas-malasan. Ada banyak kejadian di mana orang-orang terlena dengan takdir baiknya sehingga tidak ada kegigihan dalam ibadah dan hidup. Maka, hal seperti inilah yang harus kita hindari.  

Takdir merupakan hukum sebab akibat yang berlaku secara pasti sesuai dengan ketentuan Allah Swt., yang baik maupun yang buruk. Sedangkan ikhtiar merupakan kebebasan atau kemerdekaan manusia dalam memilih serta menentukan perbuatannya. Dalam bahasa Arab, takdir disebut qadara atau yuqaddiru atau taqdir/takdir. Arti harfiahnya adalah ukuran, ketentuan, kemampuan, dan kepastian.

Sedangkan ikhtiar dalam bahasa Arab adalah ikhtara atau yakhtaru atau ikhtiyar yang berarti memilih. Kata ini seakar dengan kata khayr yang berarti baik. Ikhtiar dapat pula diartikan memilih yang lebih baik di antara yang ada. Berikut definisi ringkas takdir dalam Islam sebagaimana diolah dari ayobandung.com (23/12/2019).

Takdir dalam Definisi Al-Qur’an

Takdir dalam Al Qur’an  terdapat dalam Surah Al Anam ayat 96, Surah Al Furqan ayat 2, Surah Yasin ayat 38, dan Surah Fussilat ayat 12.

Allah Swt. berfirman, “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al Furqan 2)

Ada tiga kesimpulan. Pertama, takdir berlaku untuk fenomena alam, artinya hukum dan ketentuan dari Allah mengikat perilaku alam. Sehingga hukum sebab akibat yang terjadi di alam ini dapat dipahami manusia.

Kedua, takdir Tuhan terkait hukum sosial (sunnatullah). Hukum ini melibatkan manusia di dalamnya. Ketiga, akibat dari takdir dalam arti hukum kepastian Allah yang baru diketahui setelah berada di akhirat.

Takdir seperti ini yang harus diyakini dengan keimanan. Selama manusia masih di dunia, dampaknya belum bisa dibuktikan, hanya melalui Al Qur’an  , manusia membayangkannya saja. Inilah yang disebut qadarullah, nasib manusia yang ditentukan oleh perbuatannya selama di dunia.

Baca juga: 
Pintu Dosa di Era Digital | YDSF
Karakteristik Para Hamba yang Dicintai Allah  | YDSF

Takdir dalam Teologi Islam

Dalam teologi Islam, Tuhan berkehendak mutlak. Allah yang menciptakan alam, termasuk manusia. Karena itu, kebebasan manusia sangat kecil di hadapan Tuhan. Secara alamiah sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak bisa diubah. Manusia secara fisik tidak bisa berbuat lain kecuali mengikuti hukum alam yang Allah telah tetapkan.

Tetapi manusia memiliki daya kreatif karena dibekali akal dan hawa nafsu. Inilah yang menyebabkan manusia bebas berpikiran dan berkehendak.

Kehidupan manusia merupakan realisasi dari apa yang digariskan Tuhan pada saat zaman azali, baik kehidupan yang baik ataupun yang buruk, beruntung atau merugi, dan senang atau menderita. Manusia akan menjalani semua ini sejak lahir sampai mati.

Menerima Takdir Bukan Pasrah

Takdir tidak sama dengan menerima nasib secara pasrah, dalam arti tidak mau berusaha sama sekali. Doktrin tentang takdir dalam Islam tidak mengarahkan manusia ke sikap fatalistik atau menyerah kalah kepada nasib (fate).

Islam sangat menekankan pentingnya usaha dan amal perbuatan. Al-Qur’an  menyatakan, manusia tidak akan mendapatkan sesuatu selain yang dia usahakan, dan bahwa hasil usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan dibalas dengan balasan yang setimpal.

Allah Swt. menjelaskan, “Dan bahwa insan hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. Dan sebenarnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi jawaban kepadanya dengan jawaban yang paling sempurna. Dan sebenarnya kepada Tuhanmulah akhirnya (segala sesuatu).” (QS. An-Najm 39-42).

Ayat ini sering dijadikan rujukan pandangan bahwa makna takdir harus diletakkan secara proporsional. Bertopang dagu sambil menerima nasib merupakan salah satu gejala fatalistik. Seorang mukmin dituntut untuk beriman bahwa segala hal sudah diketahui Allah sejak awal dan pasti terjadi sesuai pengetahuan-Nya. Tetapi dia tak boleh menjadikan hal itu sebagai alasan untuk berdiam diri atau menjadikan takdir sebagai alasan sebab ia tak tahu apa takdirnya.

Manusia diwajibkan terus berusaha menyambut masa depannya, berusaha dengan cara yang dibenarkan syariat dan hukum. Berusaha dengan cara yang baik, dengan niat yang baik pula tentunya. Dalam konteks inilah, Nabi saw. bersabda, “Berusahalah, karena semua akan dimudahkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).  Wallahua'lam.

 

Bantu Penyintas Bencana

 

Artikel Terkait:

KORBAN BENCANA BOLEH TERIMA ZAKAT | YDSF
Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF
6 KEUTAMAAN SEDEKAH DALAM JANJI ALLAH SWT. | YDSF
Perbedaan Zakat, Sedekah, dan Wakaf | YDSF
BOLEHKAH UMRAH TAPI BELUM ZAKAT MAAL? | YDSF
Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF


Indonesia #SiagaBencana

Tags: takdir, takdir dalam Al-Qur'an, ydsf, takdir dalam teologi, takdir dalam islam

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: