Ramadhan, Medan Pembuktian | YDSF

Ramadhan, Medan Pembuktian | YDSF

14 Maret 2023

“Menurut Kakak, Ramadhan itu bulan ujian atau bulan pembuktian?!”

“Sependek yang Kakak tahu, ya bulan pembuktian. Sebelas bulan lainnya untuk berlatih. Hasil latihan dibuktikan saat Ramadhan.”

Irvan kemudian menjelaskan argumentasinya. Allah memberikan pahala berlimpah untuk setiap butir kebaikan yang dilakukan di Ramadhan. Rasulullah sudah memberi kita peringatan untuk mempersiapkan diri. Lahir dan batin untuk memasuki Ramadhan bahkan sejak dua bulan sebelumnya: Rajab dan Sya’ban.

“Pandangan menarik,” tutur ibu, nimbrung pembicaraan. “Di luar Ramadhan kita dilatih membiasakan diri shalat sunnah, puasa Senin-Kamis dan padang bulan, berhenti makan sebelum kenyang, menahan marah, dan seterusnya. Nah, Ramadhan menjadi ajang pembuktian semuanya.”

“Sepakat!” kata Putri.

“Alasannya?!” desak Irvan setengah menggoda.

“Kalau semua program latihan itu dijalankan dengan disiplin, Insya Allah pembuktian Ramadhan sukses,” kata Putri mantab.

“Ibu nambahi ya. Saat melihat orang bisa betah berlama-lama shalat, mengaji, pandai menahan diri, tekun iktikaf, kita menduga orang itu pada dasarnya memang punya kelebihan. Padahal semua capaian itu, ya berkat disiplin dalam latihan.”

“Disiplin memang tidak mudah, Mam,” kata Putri.

“Tak ada yang bilang gampang! Awalnya, ibu pun berat mengerjakan shalat. Padahal kakekmu sudah berulangkali memberitahu pentingnya, serta hukuman meninggalkannya. Toh ketika mulai, ternyata memang terasa berat sehingga ibu meninggalkannya!”

“Bener juga, sih,” kata Putri. “Dahulu Putri pikir mama bisa tahajud secara teratur karena orang dewasa. Bahkan memiliki anugerah khusus dari Allah.”

“Wah, dikau sudah membuat pengecualian diri sendiri. Berdalih orang berhasil lantaran memiliki kemampuan atau anugerah yang tidak dikau miliki. Semua kemudahan itu dimulai dari latihan awal,” tutur ibu.

“Pasti ada permulaan untuk segala sesuatu," kata Irvan seraya menepuk-nepuk pundak adiknya berlagak seorang bapak pada anaknya.

“Merasa berat di awal itu manusiawi. Awalnya terasa berat karena kita berpikir berat.  Karena itu berusahalah sekuat tenaga, berpikir baik tentang pekerjaan yang akan kita lakukan, termasuk shalat atau puasa.”

“Dorong sekuat tenaga pikiranmu untuk membayangkan shalat atau puasa dengan gambaran yang indah. Ketika setan menggambarkannya berat, segera tinggalkan pikiran itu. Ganti dengan pikiran yang menyenangkan,” kata Irvan.

“Rasulullah menggambarkan shalat sebagai sesuatu yang menyenangkan, lho. Ketika minta Bilal mengumandangkan adzan, beliau bersabda: Tenangkan kami dengannya, wahai Bilal. Begitu!” tutur ibu.

Putri terdiam. Pikirannya dipenuhi bayangan beberapa program yang akan dilaksanakannya selama Ramadhan. Ada setumpuk aktivitas: berbagi dengan kaum dhuafa, tur mengunjungi rumah yatim dan rumah tahfidz, memberikan pelayanan di rumah-rumah jompo.

“Bagaimana aku bisa tetap tarawih dan menghatamkan Al-Qur’an?!?” gumamnya. Putri tersadar dari kesendiriannya setelah ibu bicara.

“Karakter disiplin diri akan membuka pintu untuk mampu mewujudkan kesuksesan besar memberi sumbangsih kepada sesama. Orang yang terus menjaga shalatnya selama bertahun-tahun dengan sendirinya akan dianugerahi karakter disiplin. Karena dia sudah terlatih!”

 

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi April 2022 Rubrik Pojok

 

 

Sedekah Mudah di YDSF


 

Artikel Terkait

Waktu Terbaik Terkabulnya Doa | YDSF
ZAKAT DARI UANG PESANGON PENSIUN | YDSF
Mendahulukan Jamak-Qashar dalam Shalat Fardhu | YDSF
FIDYAH DALAM ISLAM DAN KETENTUANNYA | YDSF
Kisah Mualaf, Musibah Membuatku Hijrah | YDSF
WAKTU MEMBAYAR ZAKAT MAAL | YDSF
Sujud Setelah Shalat | YDSF

 

Menengok Progres Pembangunan Kompleks Dakwah Cangkringan bersama Ustadz Jazir ASP



Tags: ramadhan pembuktian

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: