Memiliki keluarga sakinah mawadah warahmah merupakan salah satu impian
setiap keluarga muslim. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut tentu tidaklah
mudah. Konflik bisa saja datang. Baik dari internal keluarga (pasangan
suami-istri dan anak), kerabat dari keluarga suami maupun istri, atau bahkan lingkungan
eksternal. Untuk mengatasi konflik tersebut harus mempertimbangkan banyak hal,
agar tidak menyakiti salah satu pihak. Sayangnya, tidak semua pasangan memahami
dan mau berdiskusi langsung secara terbuka saat hendak menyelesaikan konflik
dalam keluarga.
Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nisa’ ayat 35, “Apabila kamu
khawatir kesulitan di antara keduanya, maka utuslah seorang hakim dari
keluarganya apabila keduanya menghendaki perdamaian dan kebaikan, maka Allah
akan mndamaikan di antara keduanya. Sesungguhnya Allah Maha Tahu dan Maha Mengetahui.”
Lalu, bagaimana bila masalahnya sedikit rumit? Misal, keluarga dari pihak
pasangan terlalu berkomentar atau ikut campur. Dalam Majalah Al Falah Edisi
September 2017, Tim Redaksi mendapatkan pertanyaan konsultasi agama mengenai
konflik keluarga yang dialami oleh salah satu saudari muslim kita. Beliau
menyebutkan bahwa bahkan pernah hampir berpisah. Berikut pertanyaan lengkapnya:
Assalamualaikum wr wb.,
Rumah tangga saya pernah
hampir berpisah. Keluarga
suami selalu menyalahkan saya bahkan saya tidak diakui. Karena saya pernah
menggugat cerai suami karena banyak permasalahan, dari mulai saya lama tidak
punya keturunan (8 tahun).
Mulanya suami mendengarkan omongan saudaranya
tetapi setelah dia tahu saya gugat, suami sadar dan tidak mau mencerai.
Akhirnya saya tarik gugatan. Walaupun dimaki-maki setiap hari oleh mertua, saya
diam. Tetapi kadang saya emosi juga. Padahal kehidupan kami dibantu keluarga
saya, justru keluarga suami tidak mau tahu. Padahal keluarga suami selalu saya
bantu.
Ada yang saya adopsi hingga sudah sekolah. Alhamdulillah.
Pertanyaan:
1. Apa
yang harus saya lakukan? Apa diam terus
mengalah?
2. Bagaimana caranya saya memberi tahu anak adopsi? Sebab dia sering diomongkan
tetangga. Saya belum sanggup
untuk terus terang.
Terima kasih Ustadz.
Ny. X
Baca juga: Kisah Keluarga Teladan dalam Al Quran | YDSF
Membaca permasalahan yang sedemikian rupa, Dewan Syariah Yayasan Dana
Sosial al-Falah (YDSF) memaparkan jawaban sebagai berikut:
1. Ada pepatah yang mungkin dapat mendasari kasus Ibu. “Jika kacamata ridha yang
digunakan maka semua cacat menjadi
tertutupi. Namun jika kacamata
kebencian yang digunakan, maka yang tampak
hanyalah keburukan.” Barangkali itulah akar
permasalahan mertua Anda. Maka sangat dilematis,
karena kebaikan apa pun yang Anda berikan,
tentu ditanggapi negatif, persis seperti cerita sinetron. Kurang apa dia berlaku kebaikan namun justru difitnah habis-habisan.
Syukurlah Anda memahami posisi Anda. Itulah suami pilihan Anda dan keluarga mertua Anda, di balik ujian yang Anda terima merupakan sarana ditinggikannya derajat Anda di sisi Allah. Percayalah, tidak sia-sia terus mengabdi kepada suami dan mertua yang dapat dijadikan fasilitas untuk taqarub kepada Allah. Di situlah letak kepuasan Anda.
Diam terus mengalah bukanlah solusi, harus dibangun terus berkomunikasi sehingga mampu mencermati sisi apa yang membuat mertua sedemikian rupa. Hadirkan bahwa sebagai menantu tentu memiliki tanggung jawab untuk berbuat baik kepada mertua, seperti kepada orangtua sendiri.
Makian dan
fitnah terimalah dengan lapang dada. Kalau perlu doakan, ya Allah tunjukilah dia, kasihan karena dia tidak
ingin mengerti. Apa beratnya untuk mengatakan: terima kasih Ibu atas
komentarnya. Pola seperti ini terbukti sangat mujarab untuk meluluhkan hati
pembenci. Sungguh Allah Maha sayang kepada orang yang menyayangi temannya, bahkan
sikap seperti itulah yang dicontohkan Nabi saw. kepada pembenci. Justru mereka
mengikuti ajaran Rasulullah saw. Coba Ibu renungkan ayat,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran 159).
2. Tentang sikap Anda terhadap anak adopsi,
saya anggap cukup bijak. Biarkan tetangga mengatakan seperti itu, sampai anak
adopsi Anda yang menanyakan siapa sebenarnya dirinya, siapa ibu kandungnya.
Maka ajaklah makan bersama di tempat yang menyenangkan. Lalu Anda bisa cerita
asal usul pengadopsian sampai keinginan Anda untuk menceritakan siapa dia
sebenarnya. Semoga sama-sama memahami, silakan anak adopsi untuk mempertimbangkan,
apakah ingin tetap bersama Anda atau mengikuti jejak orang tuanya. Kita
dilarang untuk memutuskan hubungan anak dengan keluarganya. Dengan segala
keikhlasan Anda, maka Allah akan memberikan ketentuan apa yang terbaik bagi
Anda dan dia. Insya Allah.
Zakat Mudah di YDSF
Artikel Terkait:
CARA MENGHITUNG ZAKAT PENGHASILAN | YDSF
Batasan Air untuk Wudhu | YDSF
KONSULTASI ZAKAT DARI TABUNGAN GAJI DI BANK | YDSF
Menikah Tapi Tidak Cinta Suami | YDSF
MENGELUARKAN SEDEKAH DARI BUNGA BANK | YDSF
Tips Awal Memilih Pasangan Untuk Menumbuhkan Generasi Shalih | YDSF
APA ITU WAKAF? PENGERTIAN, DALIL, DAN HUKUM WAKAF | YDSF
Riyadhus Shalihin Bab Taubat
(BAGIAN 3) | Ustadz Isa Saleh Kuddeh