Lembutkan Hati Saling Menyayangi | YDSF

Lembutkan Hati Saling Menyayangi | YDSF

15 Mei 2024

Di tengah dinamika kehidupan modern yang semakin kompleks dan penuh tantangan, ajaran Islam tentang agar kita mampu melembutkan hati saling menyayangi dan toleransi semakin relevan untuk dijadikan pedoman. Sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis di antara sesama, tak hanya antar sesama Muslim tetapi juga antar umat manusia secara keseluruhan. Fondasi yang kokoh dalam membangun hubungan yang baik adalah dengan melembutkan hati dan menebarkan kasih sayang.

Allah Swt. memerintahkan hamba-Nya untuk memelihara ukhuwah atau persaudaraan, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Ayat ini menjadi dasar dari pentingnya menjaga persatuan dan saling mendamaikan di antara umat. Dalam situasi konflik atau perbedaan pandangan, Islam mengajarkan untuk mencari jalan tengah, bukan memicu permusuhan atau memperburuk keadaan.

Makna Persaudaraan dalam Islam

Persaudaraan dalam Islam, yang dikenal sebagai ukhuwah, dibangun atas dasar iman dan kasih sayang yang tulus. Ukhuwah ini tidak semata-mata hubungan sosial atau ikatan emosional antara individu, tetapi juga wujud konkret dari keimanan yang mendalam kepada Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. “Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan (tidak memberi) karena Allah, maka sungguh, telah sempurna imannya.” (HR. Abu Dawud).

Cinta yang didasarkan pada Allah mencerminkan kesempurnaan iman seseorang. Ketika seseorang mencintai, membenci, memberi, atau menahan sesuatu semata-mata karena Allah, ia telah mencapai bentuk keimanan yang sejati. Cinta yang berlandaskan iman ini menghasilkan hubungan yang harmonis, kuat, dan penuh berkah. Selain itu, kasih sayang semacam ini berperan sebagai perisai yang melindungi dari perpecahan dan kebencian. Persaudaraan yang terjalin atas dasar iman akan menciptakan suasana yang saling mendukung, memperkuat solidaritas, dan memberi manfaat bagi kemaslahatan bersama. Ukhuwah yang tulus dan kokoh inilah yang menjaga umat agar tetap bersatu dalam keberagaman dan saling menguatkan satu sama lain.

Menghindari Prasangka dan Mencari Kesalahan

Salah satu ancaman terbesar terhadap ukhuwah adalah sikap berprasangka buruk dan kebiasaan mencari-cari kesalahan orang lain. Prasangka negatif adalah pintu yang dapat merusak hubungan dan menanamkan ketidakpercayaan di antara sesama. Allah Swt. dengan tegas mengingatkan kita untuk menjauhi sikap ini dalam QS. Al-Hujurat: 12, di mana Allah memperingatkan bahwa sebagian besar prasangka adalah dosa, dan menggunjing atau mencari kesalahan orang lain hanya akan memperburuk situasi.

Baca juga: Tips Awal Memilih Pasangan untuk Menumbuhkan Generasi Saleh | YDSF

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.” (QS. Al-Hujurat: 12).

Prasangka buruk sering kali muncul tanpa alasan yang jelas, tetapi efeknya bisa sangat berbahaya. Sikap ini tidak hanya menghancurkan kepercayaan, tetapi juga menciptakan jarak emosional yang sulit diperbaiki. Ketika seseorang fokus pada kelemahan atau kesalahan orang lain, ia akan kehilangan pandangan terhadap kebaikan yang ada pada diri orang tersebut. Akibatnya, hubungan yang seharusnya bisa harmonis menjadi penuh dengan kecurigaan dan konflik.

Islam mengajarkan kita untuk senantiasa melihat kebaikan dalam diri orang lain dan menjauhkan diri dari sikap mencari-cari kesalahan. Dengan menjaga hati tetap bersih dari prasangka negatif, kita bisa membangun hubungan yang lebih sehat dan kondusif. Sikap positif ini bukan hanya memperkuat ukhuwah, tetapi juga menciptakan iklim sosial yang lebih damai dan saling mendukung di dalam masyarakat.

Toleransi sebagai Pilar Kehidupan Harmonis

Di tengah keragaman sosial, budaya, dan agama yang ada di dunia saat ini, toleransi menjadi salah satu pilar penting dalam menjaga kedamaian. Syeikh Ziyaad Patel, seorang cendekiawan Muslim, menegaskan bahwa toleransi sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat, terutama di tengah komunitas yang beragam. Ia mengatakan bahwa umat Islam harus selalu kembali kepada prinsip dasar atau back to basics yang diajarkan dalam agama, yaitu saling memahami, menyayangi, dan mengedepankan toleransi. “Toleransi adalah elemen yang krusial dalam kehidupan bermasyarakat, terutama di era modern ini, di mana perbedaan sering kali menjadi pemicu konflik,” tegasnya.

Dalam Islam, toleransi bukan berarti mengesampingkan prinsip, tetapi justru merupakan cara untuk menghormati perbedaan dan menjaga perdamaian di tengah keberagaman. Sebagaimana Rasulullah Saw. telah memberikan teladan yang nyata tentang bagaimana berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang berbeda, baik itu dalam konteks agama, suku, maupun budaya.

Memperkuat Ukhuwah dalam Keluarga dan Masyarakat

Keluarga adalah tempat pertama di mana nilai-nilai ukhuwah seperti kasih sayang, persaudaraan, dan toleransi dibentuk dan diwariskan. Keharmonisan yang tercipta dalam rumah tangga merupakan fondasi bagi terbentuknya masyarakat yang damai dan saling mendukung. Allah Swt. berfirman dalam QS. An-Nahl: 90,

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl: 90).

Baca juga: Zakat Penghasilan Suami-Isteri Bekerja | YDSF

Firman ini menegaskan betapa pentingnya keluarga sebagai tempat pembelajaran utama dalam mengamalkan keadilan dan kebaikan. Ketika hubungan antara suami dan istri, serta orang tua dan anak terjalin dengan penuh cinta dan pengertian, keharmonisan tersebut akan meluas secara alami ke dalam lingkungan yang lebih besar. Kasih sayang dan kerjasama di dalam keluarga menjadi pondasi yang kokoh bagi terbentuknya masyarakat yang saling mendukung dan menghargai.

Namun, dalam kehidupan sehari-hari, tidak bisa dihindari bahwa setiap individu akan melakukan kesalahan. Di sinilah ajaran Islam menekankan pentingnya menutupi kesalahan saudara dan memaafkannya dengan tulus. Rasulullah Saw. bersabda,

“Barangsiapa menutupi aib (kesalahan) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.” (HR. Muslim).

Islam sangat menghargai sikap memaafkan dan tidak mempermalukan orang lain karena kekurangan mereka. Dengan menutupi aib saudara kita dan memberikan maaf, kita tidak hanya memperbaiki hubungan personal, tetapi juga memperkuat ikatan sosial yang penuh kedamaian. Sikap ini membantu menjaga persaudaraan agar tetap kuat dan terhindar dari perpecahan. Membangun ukhuwah di dalam keluarga dan masyarakat menuntut tidak hanya kasih sayang, tetapi juga keikhlasan untuk memaafkan dan tidak fokus pada kekurangan orang lain. Dengan saling menutupi kesalahan dan memelihara keharmonisan, kita dapat menciptakan lingkungan yang sehat, damai, dan diberkahi, baik di dalam lingkup keluarga maupun dalam masyarakat secara lebih luas. Ukhuwah yang dijaga dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan akan menjadi pilar penting dalam menciptakan kebersamaan yang kuat dan bermanfaat bagi semua pihak.

Semoga kita semua bisa menjaga ukhuwah tali persaudaraan kepada sesama. Aamiin.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Mei 2024

 

Wakaf di YDSF


Artikel Terkait

Siapa Saja Penerima Qurban? | YDSF
DAKWAH YDSF DI BALI
MENUNAIKAN QURBAN DENGAN UANG | YDSF
Wakil Bupati Halmahera Selatan Hadiri Khitanan Massal YDSF
Tips Menyimpan Daging Qurban | YDSF
YDSF Kelola Potensi Wakaf demi Umat

Tags: lembutkan hati, cara melembutkan hati, ydsf

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: